Khotbah adalah ceramah atau pidato yang biasa disampaikan guna memberi peringatan, pembelajaran serta nasihat dalam kegiatan ibadah. Tujuan khotbah ini untuk mempertebal iman dan takwa kepada Allah SWT.
Orang yang memberikan khotbah disebut khatib. Perlu diketahui bahwa kegiatan satu ini bersifat satu arah, di mana hanya khatib saja yang berbicara sedang yang lain mendengarkan.
Ada banyak ragam khotbah, salah satunya yakni khotbah Jumat. Satu hal yang penting diketahui bahwa kegiatan satu ini memiliki rukun yang harus dipenuhi agar menjadi sah dan sesuai dengan aturan. Ingin tahu lebih mengenai penjelasannya? Berikut uraiannya.
Daftar ISI
Pengertian Khotbah
Khotbah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pidato, di masyarakat sendiri istilah khotbah akrab disebut sebagai pidato keagamaan.
Sedangkan dalam bahasa Arab, khotbah berasal dari kata Khataba, yakhutubu dan khutbatan yang artinya ceramah atau pidato.
Sehingga dapat disimpulkan secara umum bahwasannya khotbah merupakan satu cara berdakwah menyebarkan nilai-nilai agama Islam melewati kegiatan ibadah seperti pada sholat Jum’at, idul Fitri, idul Adha, Istiqo, Kusuf dan lain sebagainya.
Hakikat khotbah sendiri merupakan bentuk wasit atau nasihat agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Khutbah memiliki rukun dan syarat sah yang perlu ditunaikan agar menjadi sah.
Khotbah disampaikan secara monologi, yakni komunikasi satu arah dari seorang khatib. Apabila khatib sudah melakukan khotbah, maka wajib bagi para jamaah duduk mendengarkannya.
Sementara itu, perlu diketahui pula bahwasannya khotbah sendiri termasuk ke dalam aktivitas ibadah. Sehingga kegiatan ini tidak bisa ditinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas beribadah.
Misalnya dalam pelaksanaan sholat Juma’at, apabila khotbah tidak dilakukan, maka sholat Jum’at akan menjadi tidak sah hukumnya. Begitu pula dengan wukuf di Arafah, apabila tidak ada khutbah, maka wukuf dianggap tidak sah.
Hal di atas menjelaskan bahwa kegiatan ini memiliki kedudukan yang agung di dalam syariat Islam. Sehingga sudah sepantasnya seorang khatib melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Adanya khotbah sebenarnya juga menjadi sebuah kesempatan besar untuk berdakwah dan juga membimbing para umat Islam menuju keridhoan Allah SWT.
Baca juga: Kata Ulama Tentang Hukum Jual beli Kucing dalam Islam
Syarat Khotbah
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa dalam melaksanakan khotbah, seorang khatib hendaknya tahu mengenai syarat sah dalam melakukannya agar ibadah menjadi sah dilakukan.
Dalam khotbah sendiri, terdapat pengecualian khusus pada khotbah Jum’at yang memiliki syarat sah berbeda dengan ragam khotbah lainnya. Untuk itu, mari simak syarat sahnya di bawah ini:
1. Syarat Khotbah Idul Fitri atau Idul Adha
Berikut ini syarat khotbah Idul Fitri atau Idul Adha, yaitu:
- Khatib harus laki-laki.
- Khatib harus suci dari hadas besar maupun kecil.
- Khatib harus menutup aurat.
- Khatib harus berdiri bila mampu.
- Isi rukun khutbah baik yang pertama dan kedua harus didengar oleh jamaah sekurang-kurangnya 40 orang jamaah.
2. Syarat Khutbah Jumat
Berikut syarat khotbah Jumat yang perlu diketahui oleh calon khatib:
- Khatib harus laki-laki.
- Khatib harus suci dari hadas besar maupun kecil.
- Khatib harus menutup aurat.
- Khatib harus berdiri bila mampu.
- Khotbah harus dilakukan pada saat dzuhur usai azan ke-2 shalat Jumat.
- Isi rukun khotbah baik yang pertama dan kedua harus didengar oleh jamaah sekurang-kurangnya 40 orang jamaah pria.
- Khatib harus duduk sebentar dengan tumaninah atau mengistirahatkan sebentar dirinya di antara dua khotbah.
- Khotbah pertama dengan kedua harus dilaksanakan secara berturut-turut, begitu pun antara khotbah dengan sholat Jumat.
- Rukun-rukun khotbah Jumat harus disampaikan dengan bahasa Arab.
Rukun Khotbah
Tidak hanya syarat saja yang memiliki perbedaan antara dilakukannya pada sholat Jum’at dan sholat lainnya. Adapun rukunnya juga memiliki perbedaan. Berikut ini beberapa rukun khotbah yang perlu diketahui agar ibadah menjadi sah:
1. Rukun Khutbah Jumat
Adapun rukun-rukun khutbah Jumat sebagai berikut:
- Khotbah sholat Jumat wajib hukumnya dimulai dengan bacaan hamdallah yakni lafadz memuji Allah SWT. Misalnya seperti lafadz Alhamdulillah atau Ahmadullah atau innalhamda-lillah.
- Wajib untuk melafalkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafadz yang jelas. Paling tidak melafalkan sholawat seperti sholli ala Muhammad atau as-shalatu ala Muhammad atau ana mushallai ala Muhammad.
- Membacakan dua kalimat syahadat.
- Mengajak untuk bertaqwa kepada Allah SWT dengan kalimat-kalimat ajakan yang diberikan oleh khatib. Misalnya seperti takutlah kalian kepada Allah SWT, marilah kita bertaqwa serta menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT atau bisa juga dengan membaca “yaa ayyuhalladzina aamanuu ittaqullaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunaa ilaa wa antum muslimun.”
- Mencantumkan satu ayat suci Al-Qur’an dalam isi khotbahnya.
2. Rukun Khutbah Idul Fitri atau Idul Adha
Dalam melaksanakan khotbah pada sholat idul Fit dan idul Adha. Perlu diperhatikan bahwa rukunnya tidak berbeda jauh dengan rukun yang ada pada sholat Jum’at.
Di antaranya sama seperti memuji Allah, membaca sholawat, berwasiat untuk senantiasa bertaqwa, membaca salah satu ayat A-Qur’an serta mendoakan kaum muslimin dalam dua khotbah.
Namun berbeda halnya dengan khotabah sholat Jumat maupun khotbah pada saat wakaf di Arafah yang wajib dilakukan sebab akan membatalkan rangkaian ibadah yang dilakukan jika tidak dilaksanaan.
Untuk sholat idul Fitri maupun idul Adha, hukumnya adalah sunnah. Sehingga hal ini tidak akan menjadi masalah jika tidak melaksanakannya dengan alasan tidak adanya calon khatib yang mampu untuk melakukannya.
Kendati demikian, seperti yang sudah disebutkan di atas, penyampaian khutbah Idul Fitri atau Idul Adha tetap disunnahkan, meski salat Id dilaksanakan di rumah dengan jemaah terbatas.
Perbedaan Ceramah dan Khotbah
Sebagian muslim mungkin mengira bahwa keduanya memiliki artian yang sama sebab tujuannya tentulah memberikan wasiat atau dakwah berupa ajakan agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Padahal keduanya meiki perbedaan yang bida dilihat dari bentuk komunikasinya, isi dari pesan atau informasi yang disampaikan hingga cara penyampaiannya.
Ceramah sendiri merupakan salah satu jenis pidato keagamaan yang berfokus pada penyampaian ajaran tentang ilmu tauhid. Ajaran yang terkandung dalam sebuah ceramah umumnya meliputi nasihat, petuah, petunjuk dan para kisah.
Sedangkan khotbah merupakan kegiatan dakwah berupa ajaran atau menyeru orang lain demi meningkatkan ketaqwan kepada Allah SWT.
Untuk lebih mudah dalam memahaminya, berikut perbedaan ceramah dan khotbah yang dikutib dari buku Kompeten Berbahasa Indonesia karya Asep Ganda Sadikin (2008: 158):
- Topik pembicaraannya bersifat ilmu pengetahuan ataupun keagamaan namun tidak dikhususkan untuk tertentu. Sedangkan pada khotbah topik pembicaraannya bersifat umum.
- Terdapat interaksi berupa tanya jawab antara sang pembicara dengan sang pendengar. Sedangkan pada khotbah tidak terdapat interaksi antara sang pembicara dengan sang pendengar sama sekali.
- Bisa ditujukan untuk kalangan umum jika ceramah umum dan umat agama tertentu jika ceramah keagamaan. Sedangkan khotbah ditujukan hanya untuk kalangan penganut agama tertentu.
- Biasanya dilakukan tempat , di kampus, di sekolah, di tempat khusus (aula) saat seminar atau ceramah umum. Sedangkan khotbah biasanya dilakukan di dalam tempat ibadah agama tertentu.
Tata Cara Khotbah
Setelah mengetahui syarat serta rukun khotbah. Ada baiknya jika kita juga mengetahui tata cara khotbah itu sendiri, sebagai berikut:
1. Tata Cara Khotbah Jumat
Berikut tata cara khotbah sholat Jumat sesuai sunnah Rasul, yaitu:
- Khatib berdiri di atas mimbar dan mengucapkan salam pada jamaah. Hal ini dianjurkan sebagimana disebutkan di dalam hadits Jabir bin Abdullah, Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam jika telah naik mimbar biasa mengucapkan salam. HR Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.
- Setelah khatib mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengumandangkan suara adzan. Untuk khatib dianjurkan untuk duduk mendengarkan dan menirukan hingga adzan selesai.
- Kemudian berdiri untuk berkhotbah. Sebelum memulai berkhutbah hendaknya membuka khotbah sesuai dengan rukun khotbah, yaitu dengan membaca alhamdulilah, sanjungan kepada Allah, syahadat, shalawat, bacaan ayat-ayat taqwa, dan perkataan amma ba’d.
- Khatib dianjurkan untuk berdiri dan menghadap jamaah. Namun, apabila khatib tidak dapat berdiri maka khutbah boleh dilakukan dengan posisi duduk.
- Setelah khatib selesai menyampaikan khotbah pertama hendaknya khatib duduk sejenak untuk beristirahat sebelum menyampaikan khotbah kedua.
- Hal yang disampaikan pada ibadah ini hendaknya tidak terlalu panjang atau hendaknya tidak boleh lebih lama dari durasi sholat Jum’at.
- Saat menyampaikan wasiat, hendaknya khatib menggunakan bahasa yang jelas dan keras sehingga para jamaah paham dengan kata-kata yang diucapkan.
- Khutbah hendaknya diakhiri dengan permohonan ampunan kepada Allah SWT
2. Tata Cara Khutbah Idul Fitri atau Idul Adha
Berikut ini tata cara khutbah Idul Fitri atau Idul Adha, yaitu:
Khotbah pertama:
- Menghadap jemaah.
- Mengucap salam.
- Melafalkan takbir sebanyak sembilan kali.
- Membaca tahmid/hamdalah.
- Membaca selawat nabi, yaitu Allahumma shalli ‘al sayyidin Muhammad, wa ‘alaa aali sayyidin muhammad.
- Membaca wasiyyat bit taqwa.
- Menyampaikan nasihat ketakwaan, terutama soal penting zakat fitrah
- Membaca salah satu ayat Al-Qur’an.
- Menutup khutbah pertama.
Khotbah kedua:
- Membaca takbir sebanyak tujuh kali.
- Membaca tahmid/hamdalah.
- Membaca selawat nabi.
- Membaca wasiyyat bit taqwa.
- Membaca salah satu ayat Al-Qur’an.
- Membaca doa ampunan untuk umat Islam.
- Doa sapu jagat.
- Menutup khutbah kedua.
- Mengucap salam.
Adab Khatib Sholat Jumat
Berikut beberapa adab yang perlu diketahui seorang khatib:
1. Adab khatib sebelum azan dikumandangkan
- Berangkat menuju masjid dengan hati dan pikiran yang tenang.
- Jika sudah sampai di masjid, untuk menunggu waktu shalat Jumat dianjurkan untuk melakukan shalat sunah sebelum duduk.
- Khatib sebaiknya percaya diri dan merasa terhormat karena berkhutbah adalah tugas keagamaan yang penting.
- Naik dan berdiri di mimbar dengan khusyu dan mengingat Allah dengan berdzikir, sehingga dapat membangun suasana yang sakral.
- Menatap jamaah dan mengucapkan salam.
- Duduk sejenak untuk mendengarkan azan.
2. Adab khatib setelah azan dikumandangkan
- Sampaikan khutbah dengan sikap tawadlu, tidak menunjukkan arogansi, dan tidak menyampaikan khutbah seperti orasi.
- Materi yang disampaikan adalah materi yang bermanfaat.
- Memberikan isyarat kepada jamaah untuk berdoa, bisa dengan memberi isyarat untuk mengangkat tangan sehingga jamaah pun bisa mengamini doa tersebut.
3. Adab khatib setelah iqamat
- Khatib turun dari mimbar.
- Pastikan kondisi tenang dan bertakbir.
- Dianjurkan membaca dengan tartil.
Hikmah Khotbah
Khotbah tidak hanya berlaku sebagi syarat sah sholat Jumat. Lebih dari itu, terdapat hikmah yang sangat istimewa di dalamnya. Bahkan, Allah SWT tidak mengesahkan sholat Jumat apabila tidak dilakukannya khotbah sebelum itu.
Salah satu ulama Al-Azhar Mesir, Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi dalam kitabnya mengatakan bahwa sifat manusia pada umumnya adalah condong pada kejelekan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعاً (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعاً (21)
Artinya, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir.” (QS Al-Ma’arij:19-21)
Sebab hal itulah, mengapa Allah menetapkan adanya khotbah dalam sholat Jumat, yakni agar senantiasa mengingatkan umat Islam kembali perihal urusan dunia maupun akhiratnya.
Umat Islam akan berbondong-bondong untuk mendengarkan nasehat yang disampaikan khotib, sebagai bentuk pengingat agar senantiasa baik dan beradab.
Oleh sebab itu, dianjurkan bagi khatib untuk tidak hanya membahas terkait dunia dan akherat saja. Melainkan juga setiap hal-hal yang berfaedah sekalipun berupa isu-isu yang terjadi di dunia. Sebagaimana yang turut dijelaskan oleh para ulama:
لَقَدْ كَانَ السَّلَفُ الصَّالِحِ لَا يَقْتَصِرُوْنَ عَلَى التَّبْشِيْرِ بِالْجَنَّةِ وَالتَّحْذِيْرِ مِنَ النَّارِ وَكُلِّ مَا هُوَ مُتَعَلِّقٌ بِأَمْرِ الْأَخِرَةِ، بَلْ كَانُوْا يَشْرَحُوْنَ لِلْمُصَلِّيْنَ كُلَّ مَا فِيْهِ فَائِدَةٌ دُنْيَوِيَةٌ أَوْ أُخْرَوِيَةٌ تَعُوْدُ عَلَيْهِمْ
Artinya, “Para ulama salafus shalih tidak hanya menyampaikan nasehat kebahagiaan perihal nikmat surga, atau nasehat menakutkan perihal neraka, dan hal lain yang berhubungan dengan neraka saja, tetapi juga menjelaskan kepada orang-orang yang shalat (jamaah) perihal setiap sesuatu yang di dalamnya terdapat faedah, bagi dunia dan akhirat mereka.”
كَانَ الْخَطِيْبُ فِي صَدْرِ الْاِسْلَامِ يَقِفُ عَلَى الْمِنْبَرِ وَيَشْرَحُ الدَّاءَ الَّذِيْ أُصِيْبَتْ بِهِ جمَاعَةُ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَصِفُ الدَّوَاءَ بِصُوْرَةٍ مُؤَثِّرَةٍ. فَاِذَا كَانَ الْجِهَادُ شُرِحَ لَهُمْ ثَوَابَ الْكِرَامِ الْمُحْسِنِيْنَ، وَاِذَا كَانَتْ هُنَاكَ فِتَنٌ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ شُرِحَ لَهُمْ مَا يُوْطِدُ دَعَائِمَ الْأَمْنِ فِي الْبِلَادِ وَهَدَاهُمْ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَاِلَى صَلَاحِ أَمْرَيْ الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ
Artinya, “Khatib di awal Islam berdiri di atas mimbar dan menjelaskan kepada jamaah perihal penyakit yang menimpa mereka, kemudian menjelaskan obatnya dengan cara yang sangat menggugah. Jika sedang terjadi jihad, maka dijelaskan kepada mereka tentang balasan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Jika terjadi fitnah (perseteruan), maka dijelaskan kepada mereka pilar-pilar keamanan negara, dan mengajak mereka pada jalan yang lurus dan pada kebaikan dunia dan akhirat.” (Syekh al-Jurjawi, Hikmatut Tasyrî’ wa Falsafatuh, [Maktabah at-Taufiq, Darul Fikr: 1997], juz I, halaman 90-91).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya hikmah khutbah ialah Allah hendak memberikan peringatan kepada umat Islam dalam setiap pekan satu kali melalui khotbah Jumat. Agar senantiasa berkelakuan sesuai dengan syariat dan tidak melupakan tujuan hidup di dunia hanya untuk mencari kebaikan saja.
Contoh Teks Khotbah Jumat
Berikut contoh teks singkat khotbah Jumat yang bisa ditiru:
Pahala Orang Mukmin Diberikan di Akhirat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh
Mengapa pahala orang beriman pasti diberikan di akhirat?
Dalam kitab al-hikam dijelaskan
إِنَّمَا جَعَلَ الدَّارَ الْأَخِرَةَ مَحَلاًّ لِجَزَاءِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ، لِأَنَّ هَذِهِ الدَّارَ لاَ تَسِعُ مَا يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَهُمْ وَلِأَنَّهُ أَجَلَّ أَقْدَارَهُمْ عَنْ أَنْ يُجَازِيْهِمْ فِى دَارٍ لاَ بَقَاءَ لَهَا
Artinya :Sesungguhnya Allah menjadikan negeri akhirat itu, hanyalah sebagai negeri tempat pembalasan amal ibadah orang-orang mukmin, karena alam dunia ini tidak cukup untuk menjadi imbalan dari amal ibadah mereka, demikian juga karena Allah menyayangi mereka, sehingga tidak memberikan hasil jerih payah mereka di tempat yang tidak kekal ini.
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh
Allah menjadikan pahala bagi orang-orang mukmin untuk diberikan di akhirat karena dua hal yaitu;
Pertama, di dunia ini tidak cukup menampung berbagai kenikmatan yang hendak diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang mukmin itu sangat besar. Bisa dibayangkan satu kerajaan saja yang hendak diberikan Allah kepada seorang mukmin itu luasnya sejauh perjalanan lima ratus tahun, sebagaimana yang telah dijelaskan Rasulullah dalam haditsnya. Ditambah lagi berbagai keistimewaan dan aneka kenikmatan yang Allah berikan, sungguh dunia ini tidak cukup muat untuk menampungnya. Kehidupan dunia ini sungguh menyedihkan dan penuh dengan kerendahan, kehinaan dan kekurangan. Sementara kenikmatan yang diperuntukkan ahli surga itu sangat mulia dan tinggi nilainya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
إِنَّ مَوْضِعَ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ لَخَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وإنّ نُوْر سُوَارِ حَورَاء يَطْمَسُ نُورَ الشَّمْسِ
Artinya : Sesungguhnya tempat pecut (cambuk kuda) di dalam surga itu lebih baik daripada dunia seisinya, dan cahaya gigi seri bidadari surga akan dapat memadamkan matahari.
Dalam alqur’an Surat As Sajdah Ayat 17 Allah berfirman
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya : Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh
Kedua, Allah mengagungkan dan meninggikan derajat hamba-hambanya yang mukmin, Allah tidak menjadikan balasan kepada mereka atas ketaatannya di dunia yang bersifat fana (rusak ) ini. Karena kenikmatan dunia bersifat semu dan cepat sirna, setiap sesuatu yang bersifat rusak, sekalipun masanya panjang, maka akan menyisakan penyesalan dan kesedihan. Namun Allah hendak memberikan kenikmatan besar bagi orang mukmin di ialah surga yang abadi, dan yang abadi itu di akhirat bukan di dunia fana ini.
Allah Swt menjadikan akhirat sebagai tempat orang beriman atas hasil usaha dan amal ibadahnya. Sebagaimana janji Allah dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat : 25
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya
Hidup di akhirat lebih baik, bahkan hidup di akhirat bersifat abadi. Di akhirat inilah Allah SWT memberi semua keinginan hamba-hambanya yang mukmin sesuai amal perbuatannya selama di dunia, oleh karenanya begitu banyak pahala yang akan diterima oleh orang-orang mukmin ini, sehingga semua nya diberikan oleh Allah di akhirat, tidak di dunia. Oleh karena di dunia tidak akan pernah mampu menampung seluruh pahala yang diberikan Allah pada hambanya.
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang semangat dalam beribadah menjauhi segala larangannya sehingga kita memperoleh pahala/kenikmatan-kenikmatan syurga besok di akhirat amin.
Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Demikian uraian terkait khotbah, rukun, syarat hingga contohnya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta bermanfaat ya!