12 Tradisi Islam di Nusantara, Yuk Kenali Apa Saja!

Berbicara Islam di Indonesia pastinya tidak luput dari adanya tradisi Islam di Nusantara. Sebab Islam sudah sejak abad ke-7 Masehi datang di Indonesia melalui para pedagang dan pengembara Arab.

Dan sejak saat itulah masyarakat Indonesia membentuk tradisi yang mencerminkan harmoni ajaran Islam dan kearifan lokal.

Dimana tradisi Islam di Nusantara ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari tradisi masyarakat Indonesia.

12 Tradisi Islam di Nusantara

Seperti yang sudah kita tahu bahwa tradisi merupakan adat istiadat atau kebiasan yang turun temurun dari masyarakat sebelumnya. Sehingga, tidak heran jika ajaran Islam mencoba masuk ke Indonesia melalui budaya.

Para ulama yang berdakwah menyebarkan Islam tanpa memusnahkan secara total tradisi yang sudah ada di Indonesia. Dengan begitu, akan tercipta harmonisasi yang indah dalam tradisi Islam di Nusantara.

Adapun tradisi-tradisi Islam di Indonesia yaitu:

1. Tradisi Halal Bihalal

Menjelang akhir bulan Ramadhan tradisi halal bihalal umum dilaksanakan oleh masyarakat Islam di Indonesia. Tradisi ini bertujuan untuk bisa saling memanfaat atas kesalahan yang diperbuat baik dengan keluarga, teman, tetangga dan lainnya.

Awal mula tradisi ini ada sejak tahun 1984, dimana pada saat itu presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno memanggil KH. Wahab Chasbullah untuk datang ke Istana Negara.

Dan kedatangan dari KH. Wahab Chasbullah ini bertujuan untuk dimintai pendapat oleh Soekarno tentang ketegangan yang telah terjadi di Indonesia saat itu.

Kemudian KH. Wahab Chasbullah memberikan saran agar melaksanakan silaturahmi.

Sebab saat kedatangannya beliau itu akan masuk hari raya Idul Fitri 1367 H. Saran dari KH. Wahab Chasbullah pun disetujui oleh Soekarno. Baru akhirnya acara tersebut disebut dengan halal bihalal.

2. Tradisi Sekaten

Mungkin ada beberapa orang yang kurang familiar akan tradisi Sekaten. Sebab tradisi Islam di Nusantara satu ini dilaksanakan di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta pada satu tahun sekali.

Tradisi ini masih ada hingga sekarang, sebab ingin melestarikan dengan wujud mengenang jasa-jasa para Walisongo. Para Walisongo inilah yang telah berhasil menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Tradisi ini dulu merupakan sarana penyebaran agama Islam yang digunakan oleh Sunan Bonang. Biasanya peringatan ini oleh para Wali disebut Maulid Nabi, dan sekarang adalah Sekaten.

Sekaten sendiri merupakan kata yang berasal dari kata Syahadatain artinya dua kalimat syahadat. Dahulu Sunan Bonang akan menyebarkan Islam dengan membunyikan gamelan yang diselingi oleh lagu berisi ajaran Islam.

Dan setiap pergantian pukulan gamelannya, Sunan Bonang menyelingi dengan membaca syahadat tersebut. Sehingga, Sekaten ini diadakan dengan tujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw dan melestarikan tradisi para wali.

3. Tradisi Perayaan Hari Besar Islam

Selanjutnya tradisi Islam di Nusantara yaitu perayaan hari besar Islam. Masyarakat Indonesia merayakan berbagai hari besar Islam di Indonesia. Hari besar seperti Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Adha, dan Isra Mi’raj.

Biasanya perayaan hari besar Islam ini diisi dengan berbagai kegiatan islami yang mendukung hari besar tersebut. Salah satunya seperti shalat berjamaah, membaca Al-Quran, berbagi makanan, dan masih banyak yang lainnya.

4. Tradisi Ketupat

Tidak afdol rasanya jika di pulau Jawa setelah seminggu hari raya Idul Fitri tidak melaksanakan tradisi Ketupat. Tradisi yang awalnya hanya di pulau Jawa saja, kini sudah berkembang di daerah lain juga.

Tradisi membuat ketupat yang biasanya masyarakat laksanakan dengan cara berkumpul pada satu tempat untuk mengadakan selamatan. Bertempat di musholla atau masjid dengan hidangan utama ketupat.

Ketupat sendiri merupakan sebuah makanan yang terbuat dari nasi dengan bungkus anyaman janur atau daun kelapa yang masih muda. Dan tradisi ini oleh para wali digunakan sebagai sarana mendakwahkan agama Islam.

Sebagian besar masyarakat menyebut ketupat dari singkatan ngakui lepat atau mengakui kesalahan. Dengan begitu, tradisi ini menjadi simbol untuk saling memaafkan antar umat manusia.

Baca juga: Bacaan Doa Sujud Syukur Latin, Arab dan Tata Caranya

5. Tradisi Grebeg Syawal

Berikutnya ada tradisi Islam di Nusantara yang bernama Grebeg Syawal. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setahun 3 kali. Tahun pertama setiap 1 Syawal dengan tujuan menghormati bulan Ramadhan dan Lailatul Qadar.

Kedua Grebeg Besar yang diadakan pada tanggal 10 Dzulhijjah guna merayakan hari raya kurban. Dan ketiga ada Grebeg Maulud untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awwal.

Biasanya untuk tradisi Grebeg Syawal pada hari pertama bulan Syawal ini dilaksanakan dengan mengadakan arakan gunungan hasil bumi. Gunungan tersebut akan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Agung Kauman. 

Setelah sampai di masjid, gunungan hasil bumi akan diperebutkan oleh masyarakat yang sudah menunggu. Tradisi Grebeg Syawal hadir sebagai salah satu bentuk wujud kedermawanan dari sultan terhadap rakyat di Yogyakarta.

6. Tradisi Tabuik atau Tabot

tabuik

Tradisi ini merupakan sebuah acara upacara masyarakat tradisional Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Muhammad SAW. Cucu Nabi Rasulullah SAW yang bernama Hasan dan Husein bin Ali Abi Thalib.

Sebab kedua cucu Nabi Muhammad SAW tersebut gugur dalam peperangan di Karbala Irak pada 10 Muharram 61 Hijriah. Syaikh Burhanuddin lah orang pertama yang melaksanakan tradisi Tabuik.

Upacara yang dilaksanakan dari tanggal 1 hingga 10 Muharram setiap tahunnya ini berasal dari kata Arab yaitu tabut. Tabut yang secara harfiah mempunyai arti kotak kayu atau peti.

Walaupun tradisi ini dilaksanakan Syaikh Burhanuddin sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Akan tetapi, belum ada dugaan kuat tradisi ini siapa yang membawa masuk ke Bengkulu.

7. Tradisi Rabu Kasan

Tradisi Islam di Nusantara ini pertama kali diselenggarakan di Bangka, hingga akhirnya terus berkembang hingga saat ini dan menyebar di seluruh masyarakat Indonesia seperti tanah Jawa dan Sunda.

Tradisi Rabu Kasan diadakan setiap hari Rabu pada bulan Safar yaitu bulan kedua dari 12 penanggalan tahun Hijriah. Acaranya berisikan kegiatan doa untuk memohon keberkahan, perlindungan, dan keselamatan antar manusia.

Dimana biasanya tradisi Rabu Kasan dianjurkan untuk memperbanyak istighfar. Sebab istighfar merupakan satu perbuatan paling ampuh untuk memohon ampunan kepada Allah SWT, dan kemudian dilanjutkan untuk bertaubat kepada Allah SWT.

8. Tradisi Tahlilan

Bagi warga Nahdliyin pastinya sudah lazim mendengar kata tahlilan, bukan? Tradisi Islam di Nusantara yang satu ini dilaksanakan apabila terjadi kematian terhadap salah satu kerabat muslim.

Tradisi yang dilakukan pada hari ke-1 hingga ke-17, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 dari kematian kerabat tersebut. Setelah itu, puncak acara tahlilan dilaksanakan setiap tahun tepat pada hari meninggalnya.

Secara singkatnya tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengenang dan mendoakan seseorang yang telah meninggal dunia. Berharap semua dosa yang dimiliki oleh orang yang meninggal diampuni oleh Allah SWT.

9. Tradisi Grebeg Besar

Selain ada tradisi Grebeg Syawal di Yogyakarta, ada pula tradisi Islam di Nusantara yang bernama Grebeg Besar. Acara ini dilaksanakan setiap bulan di Kabupaten Demak Jawa Tengah.

Biasanya acara akan dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Tanggal yang bertepatan dengan datangnya Hari Idul Qurban atau Hari Raya Idul Adha.

Awal mulanya acara ini terjadi pada tahun 1428 Caka, sekaligus memperingati 40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak kala itu. Dan sekarang, acaranya terjadi setiap setahun sekali pada 10 Dzulhijjah.

Masjid Agung Demak ini didirikan oleh Walisongo pada tahun 1399. Dan tahun berdirinya itu tertulis kalimat “Lawang Trus Gunaning Janmo” pada bagian Candrasengkala.

Dan pada tahun 1428 dalam Caka, Sunan Giri meresmikan masjid tersebut. Sebab pengunjung yang datang sangatlah banyak., maka beliau menggunakan kesempatan tersebut untuk berdakwah Islam.

10. Tradisi Kerobok Masjid

Tradisi Kerobok Masjid juga merupakan tradisi Islam di Nusantara. Tradisi yang dilaksanakan di Kutai pada tanggal 12 Rabiul Awwal ini bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Kerobok Maulid sendiri berasal dari bahasa Kutai yang artinya berkerumun atau berkerubun oleh orang banyak. Biasanya tradisi akan dilaksanakan di pusat halaman Masjid Jami’ Hasanuddin Tenggarong.

Acaranya diawali dengan pembacaan Barzanji, kemudian Keraton Sultan Kutai dan puluhan prajurit Kesultanan akan keluar membawa usung-usungan. Usung-usungan itu berisi kue-kue tradisional, bunga rampai, astagona, dan puluhan bakul Sinto.

Setelah semua dikeluarkan, maka akan dibawa berkeliling ke Keraton Kedaton Sultan dan berakhir di Masjid Jami’ Hasanuddin tersebut. Barulah semua makanan akan dibagi-bagikan kepada masyarakat yang ada dalam masjid.

Acara berakhir dengan ditandai penyampaian hikmah maulid Nabi Muhammad SAW oleh seorang ulama.

11. Tradisi Syawalan

Tradisi Syawalan yang termasuk dalam tradisi Islam di Nusantara ini merupakan tradisi masyarakat Kota Pekalongan. Acara akan dilaksanakan pada setiap hari kedelapan pada Hari Raya Idul Fitri.

Syawalan juga diartikan sebagai halal bihalal. Dimana jika jatuh pada 8 Syawal ribuan masyarakat akan berkumpul untuk bersilaturahmi sekaligus berkunjung untuk menikmati segala hidangan yang tersedia.

Menariknya lagi, hidangan khasnya yaitu Lopis Raksasa yang ukurannya sangat besar. Sebelum Lopis Raksasa dipotong oleh Walikota Pekalongan dan kemudian dibagikan kepada masyarakat, sebelumnya dilakukan doa bersama terlebih dahulu.

Dengan harapan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Dan pembuatan Lopis Raksasa tersebut bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota masyarakat.

12. Tradisi Ziarah Kubur

Tradisi Islam di Nusantara terakhir yang perlu kita tahu yaitu tradisi ziarah kubur. Umumnya tradisi ini banyak dilakukan sebelum bulan Ramadhan dan saat Hari Raya Idul Fitri.

Tujuan dari tradisi ini pun sangat berlimpah, salah satu untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Selain itu, juga bisa mengingatkan kita sebagai manusia dengan kematian dan kehidupan di akhirat.

Tradisi ini juga juga diharapkan bisa memberikan kita hikmah untuk diampuni dosa oleh Allah SWT, menyadarkan kita sebagai makhluk yang lemah, dan membantu menghindarkan diri dari cinta dunia yang berlebihan.

Menurut hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari abu Hurairah menyatakan bahwa ziarah kubur hukumnya sunnah. Sebab saat berziarah kubur, secara langsung akan mengingatkan kita akan kematian bisa datang kapan pun.

Itulah tradisi Islam di Nusantara yang beragam bentuknya. Sebagai negara berbentuk kepulauan yang mempunyai banyak suku, budaya, dan kepercayaan tidak heran jika tradisinya pun sangat beragam.

Walaupun begitu, mungkin ada beberapa tradisi yang sudah tidak dilaksanakan hingga sekarang. Akan tetapi, masih banyak tradisi Islam yang masih dilestarikan sebagai salah satu bagian dari kebudayaan.

Oleh sebab itu, untuk tradisi-tradisi Islam di Nusantara yang tidak melanggar berbagai aturan seperti aturan agama, norma, dan hukum di Indonesia perlu dijaga untuk selalu dilestarikan.

Hal tersebut bertujuan agar tradisi Islam di Nusantara tetap membumi atau tidak mati. Dengan harapan Allah SWT selalu menjaga Indonesia dari hal-hal yang tidak baik, sekaligus menjaga umat manusia di Indonesia agar selalu berada dijalan-Nya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment