Penyebaran Islam di Nusantara bukan tanpa sebab. Ada sejumlah tokoh agama yang turut ikut dalam menyebarkan agama Islam di nusantara. Di antaranya yang cukup populer di kalangan masyarakat yakni Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga merupakan bagian dari 9 wali yang berdakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara.
Perjalanan hidupnya secara turun temurun dikisahkan, baik melalui lisan maupun dengan tulisan. Kisah 9 wali yang syarat akan perjuangan dan karomah ini juga menjadi inspirasi dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam.
Daftar ISI
Kisah Hidup Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. Memiliki nama asli Raden Mas Said. Meski berasal dari Jawa Timur, beliau berdakwah dan menyebarkan agama Islam di wilayah Demak, Jawa Tengah.
Sunan Kalijaga cukup tersohor di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bahkan, namanya tersebar hampir ke seluruh wilayah di Nusantara. Namanya sering ada dalam cerita sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa.
1. Menurut Buku Atlas Walisongo (2017)
Misalnya dalam buku Atlas Walisongo (2017) karya Agus Sunyoto. Buku tersebut menceritakan biografi dan perjalanan para Wali salah satunya Sunan Kalijaga yang merupakan putra dari Bupati atau Tumenggung Tuban Arya Wilatikta.
Selain dikenal dengan nama Raden Mas Said, Sunan Kalijaga juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Syaikh Melaya, Raden Abdurrahman, Lokajaya, hingga Ki Dalang Sida Brangti.
Kisah Sunan Kalijaga juga ada dalam ebook Sejarah Kebudayaan Islam oleh Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida.
Tahun kelahiran Sunan Kalijaga masih menjadi teka-teki hingga saat ini.
Baca juga: Biografi Sunan Drajat dari Silsilah hingga Metode Dakwahnya
2. Menurut Buku Sunan Kalijaga
Namun, di dalam buku Sunan Kalijaga (Raden Said) karya Yoyok Rahayu. Menyebutkan bahwa Raden Said lahir sekitar tahun 1450 M.
Meski menjadi wali saat dewasa, cerita hidup Raden Said kecil justru tidak lazim. Diantara para wali lainnya menghabiskan masa kecil di pesantren, Raden Said kecil justru berjudi, meminum arak, dan mencuri.
Akibat Perilakunya tersebut, keluarga Raden Said yang merupakan keluarga terpandang, harus menanggung malu. Alhasil keluarga mengusirnya dari rumah. Kenakalan Raden Said justru semakin menjadi, hingga merampok dan membunuh.
3. Menurut Serat Walisana Asmarandana Pupuh XIX
Kisah kelam masa kecil Raden Said ini, termuat dalam Serat Walisana dalam Asmaradana Pupuh XIX.
Hingga pada suatu waktu, Raden Said Mencuri di rumah salah seorang lelaki tua yang ternyata beliau adalah Sunan Bonang. Alih-alih merampok, pertemuannya dengan Sunan Bonang justru membuat Raden Said bertaubat.
Dari sinilah awal mula, Raden Said belajar tentang agama Islam dan kemudian ikut berdakwah dan menyebarkannya.
4. Menurut Buku Mengenal 9 Wali (2018)
Sebenarnya masa kelam Raden Said sebagai seorang pencuri bukan tanpa sebab. Dalam buku Mengenal 9 Wali (2018) karya Susilarini menyebutkan tindakan Raden Said itu bentuk penolakan terhadap ketimpangan di Tuban.
Para petani kecil dan rakyat jelata tercekik karena kemarau panjang yang melanda. Sementara pemerintah kadipaten justru menarik pajak yang besar kepada mereka.
Raden Said kemudian mencuri harta pungutan pajak tersebut, untuk dibagikan kepada para petani dan rakyat jelata. Perbuatan ini, ia sadari sebagai perbuatan yang salah setelah bertemu dengan Sunan Bonang.
Raden Said yang memiliki nama lain Sunan Kalijaga, menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga sendiri menggunakan media seni dan kebudayaan.
Oleh karena itu, penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga cukup berhasil dengan menggunakan cara yang halus. Tidak langsung berdakwah mengajak untuk masuk Islam, tapi melalui media kebudayaan.
Masyarakat saat itu, masih sangat kental dengan seni dan kebudayaan daerah masing-masing. Terlebih pulau Jawa yang memiliki banyak seni dan budaya. Dari sisi inilah Sunan Kalijaga masuk dan berdakwa untuk mengenalkan Islam.
Baca juga: Biografi Sunan Gresik: dari Silsilah Hingga Metode Dakwahnya
Asal Julukan Sunan Kalijaga?
Nama Sunan Kalijaga berasal dari sebuah dusun yang terletak di daerah Cirebon yakni Dusun Kalijaga. Pasalnya Sunan Kalijaga yang juga merupakan sahabat Sunan Gunung Jati pernah tinggal dan menetap di sana.
Namun, statement ini muncul di kalangan masyarakat yang sering mengaitkan nama seseorang dengan nama daerah.
Muncul banyak versi mengenai julukan Sunan Kalijaga sendiri. Ada juga yang menyebutkan julukan Sunan Kalijaga karena ia pernah bertapa di tepi sungai selama bertahun-tahun.
Gurunya sendiri yakni Sunan Bonang, yang memintanya untuk menjaga tongkat yang ditancapkan di pinggir kali. Oleh karena itu, ia mendapat julukan “Kali Jogo”. Hingga saat ini julukan tersebut melekat.
Kisah Cinta Sunan Kalijaga
Banyak kisah yang menyebutkan kalau Sunan Kalijaga pernah menikah dengan Nyi Roro Kidul. Kisah ini bermula saat Sunan Kalijaga melawan Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi terkenal sakti saat melawan pasukan kerajaan Cirebon. Tidak satupun utusan kerajaan cirebon yang dapat menandingi kesaktian Prabu Siliwangi. Bahkan, Pangeran Arya Kemuning dan Dewi Nyimas Gandasari.
Sunan Kalijaga yang saat itu menjadi murid Sunan Gunung Jati, meminta saran kepada gurunya itu. Kemudian, Sang Guru mendapat petunjuk untuk melawan Prabu Siliwangi, ia harus menggunakan Tombak Karera Reksa.
Sebuah tombak sakti yang milik Dewi Nawang Wulan atau Nyi Roro Kidul. Tanpa berpikir panjang, Sunan Kalijaga berangkat untuk meminjam Tombak Karera Reksa tersebut.
Setelah menemui sang Ratu Pantai Selatan, Sunan Kalijaga justru meminta untuk bertemu dengan Raja Panatagama sebutan bagi Raja Cirebon saat itu.
Pasalnya, sang Dewi Nawang Wulan memiliki rasa terhadap Sunan Kalijaga. Ia pun berkata tidak akan memberikan tombak itu pada siapapun kecuali pada suaminya.
Lantaran sang Guru memerintahkan untuk mendapatkan tombak tersebut, Sunan Kalijaga akhirnya menikah dengan Dewi Nawang Wulan. Dengan pusaka tersebut akhirnya Sunan Kalijaga dapat mengalahkan kesaktian Prabu Siliwangi.
Akhir cerita, Sunan Kalijaga tidak hanya mengalahkan Prabu Siliwangi. Akan tetapi, ia juga yang mengantarkan Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam.
Silsilah Sunan Kalijaga
Mengenai silsilah Sunan Kalijaga ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa ia merupakan keturunan arab. Ada juga yang menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga keturunan cina, serta ada yang mengatakan keturunan jawa asli.
Di dalam Babad Tuban, kakek Sunan Kalijaga bernama Aria Teja yang memiliki nama asli Abdurrahman. Kemudian Abdurrahman menikahi putri Adipati Tuban, Aria Dikara.
Abdurrahman menggantikan mertuanya sebagai Adipati Tuban dan berganti nama menjadi Aria Teja. Dari pernikahannya, mereka memiliki anak bernama Aria Wilatikta.
Di dalam buku Le Hadhramaut et les Colonies Arabies dans l’Archipel Indien” (1886), menyebutkan kalau Sunan Kalijaga merupakan keturunan arab.
Garis silsilah tersebut, mengatakan Sunan Kalijaga memiliki keturunan yang berasal dari paman Nabi Muhammad Abbas bin Abdul Muthalib. Hal ini diperkuat oleh H.J., Dee Graaf yang membenarkan Babad Tuban.
Kisah Wafatnya Sunan Kalijaga
Dari berbagai sumber tidak ada yang pasti kapan wafatnya Sunan Kalijaga. Namun, para ahli sejarah mengatakan beliau wafat sekitar tahun 1580 M. Para ahli mengatakan ia wafat karena menderita sakit.
Sementara itu, makam Sunan Kalijaga juga masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa makam Sunan Kalijaga berada di Demak Jawa Tengah dan ada pendapat lain yang mengatakan makannya berada di Cirebon, Jawa Barat.
Namun, meski ada dua pendapat yang berbeda. Umumnya orang yang ingin berziarah, mengunjungi makam Sunan Kalijaga yang berlokasi di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
Media Dakwah Sunan Kalijaga
Apa saja media dakwah yang pernah digunakan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam, berikut rangkumannya:
1. Seni Suara
Sebagai seorang yang juga menggemari seni. Sunan Kalijaga mahir menyanyikan dan menciptakan tembang. Salah satu tembang ciptaannya yang masih populer hingga saat ini adalah Lir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
Dalam setiap tembang yang tercipta. Beliau selalu menyelipkan dakwah dan syiar agama. Bahkan beberapa liriknya juga terdapat sholawat yang sangat merdu berpadu dengan nada jawa.
Dari caranya yang halus dan nyaman, banyak orang yang tertarik untuk ikut belajar agama Islam. Bahkan mereka berbondong-bondong untuk memeluk agama Islam.
2. Seni Wayang
Media berikutnya yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam berdakwa yakni wayang. Wayang sendiri merupakan kesenian khas jawa, yang terbuat dari kulit kerbau yang keringkan.
Kemudian wayang ini berbentuk menyerupai beberapa tokoh atau peran, dalam cerita pewayangan. Kisah pewayangan umumnya berasal dari cerita Hindu atau Buddha.
Namun, Sunan Kalijaga menyelipkan nilai keIslaman dalam pertunjukan wayangnya. Pertunjukan yang ia gelar juga tanpa memungut biaya, yang tentunya menjadi hiburan gratis dan menarik banyak perhatian masyarakat.
Dengan banyak menyelipkan sentuhan Islam dalam tokoh maupun cerita, Sunan Kalijaga berhasil membuat masyarakat jawa banyak masuk Islam. Sehingga, saat pertunjukan selesai banyak masyarakat yang mengucap dua kalimat syahadat.
Baca juga: Biografi Sunan Muria: dari Silsilah Hingga Metode Dakwahnya
3. Seni Ukir
Sunan Kalijaga tidak pernah kehabisan ide untuk berdakwah dengan cara-cara yang halus. Ia menggunakan berbagai macam media kesenian, salah satunya adalah seni ukir.
Sebagai orang jawa yang memiliki bakat seni, ia memanfaatkan bakatnya tersebut untuk menyebarkan agama Islam. Ia mengenalkan seni ukir yang melafadzkan ayat-ayat Al-Quran atau sentuhan indah tentang Islam lainnya.
Cara ini berhasil mengenalkan Islam lebih luas. Bahkan, dari seni ukir ini kisah atau perjuangan Sunan Kalijaga bisa terekam dengan jelas hingga saat ini.
4. Seni Berpakaian
Media seni berikutnya yakni seni berpakaian. Orang Jawa jaman dulu tidak mengenal yang namanya aurat. Para wanita biasanya hanya mengenakan kemben. Hadirnya Sunan Kalijaga kemudian memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat.
Selain mengajarkan tentang pentingnya menutup aurat bagi wanita, Sunan Kalijaga juga mengenalkan pakai batik dan pakaian takwa. Ia bahkan menciptakan motif batiknya sendiri.
Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi ketentuan aurat laki-laki. Perpaduan dengan pakaian khas jawa, gaya berpakaian Sunan Kalijaga masih sangat populer hingga saat ini.
Karomah Sunan Kalijaga
Selain terkenal sebagai seorang wali yang melakukan pendekatan Islam dengan penuh toleransi, Sunan Kalijaga juga dikenal seorang wali yang memiliki banyak karomah. Berikut beberapa karomah atau hal mulia yang ia lakukan:
1. Sholat Jumat di Tempat yang Berbeda
Salah satu murid kesayangan Sunan Bonang ini, memiliki karomah pernah sholat jumat di tempat yang berbeda dalam satu waktu. Hal seperti ini mungkin terlihat mustahil bagi orang awam, tapi tidak bagi seorang wali seperti Sunan Kalijaga.
Namun, banyak saksi mata yang mengatakan hal ini benar terjadi. Sunan Kalijaga pernah sholat jumat di lokasi yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Bahkan, konon katanya ia pernah sholat di Jawa dan di Makkah dalam satu waktu.
2. Tidak Mempan Dibakar
Kisah Nabi Ibrahim A.S yang berselisih dengan Raja Namrud, sehingga Nabi Ibrahim haru menjalani hukuman dibakar hidup-hidup. Namun, api sama sekali tidak membakar kulit Nabi Allah Ibrahim A.S.
Hal semacam itu, juga pernah terjadi pada Wali Sunan Kalijaga. Cerita ini bermula pada suatu waktu ketika Sunan Kalijaga perintahkan seorang ratu untuk menjadi imam sholat. Ia justru diam seperti patung.
Karena tindakannya yang dianggap melecehkan agama. Sunan Kalijaga dihukum dengan dibakar hidup-hidup. Akan tetapi, api tidak bisa membakar Sunan Kalijaga hingga sang ratu tau bahwa orang yang tengah dihukumnya adalah sunan Kalijaga.
Sang ratu kemudian meminta maaf. Kisah ini merupakan kisah perjalanan Sunan Kalijaga yang menyamar menjadi santri tua bernama Kyai Marbot.
3. Berjalan di atas Air
Sunan Kalijaga yang dulunya bernama Raden Mas Said merupakan seorang yang senang bertapa. Ia pernah bertapa di tepi sungai. Saat bertapa, Raden Mas Said menghabiskan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Menurut cerita dari mulut ke mulut, banyak masyarakat yang melihat kesaktian dan karomah Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga ini. Ia mampu berjalan di atas air tanpa alat bantu apapun.
4. Mengubah Tanah jadi Emas
Karomah Sunan Kalijaga yang berikutnya yakni mengubah tanah jadi emas. Kisah ini terjadi saat Sunan Kalijaga melawan Ki Pandan Arang II. Saat itu, Ki Pandan Arang II diangkat menjadi Adipati.
Namun, kekuasaan membuatnya lupa diri dan merasa paling hebat. Bahkan, Sunan Kalijaga yang mengingatkan keangkuhannya tak dihiraukan. Hingga, Sunan Kalijaga menunjukkan karomahnya.
Ia mengubah setiap tanah yang dicangkulnya menjadi sebongkah emas. Hal ini untuk menyadarkan Ki Pandan kalau dunia tidak ada apa-apanya. Akhirnya Ki Pandan tersadar dan langsung bertaubat. Cerita ini berasal dari mulut ke mulut.
5. Mengubah Pasir jadi Beras
Ketika terjadi kelaparan di sebuah dusun. Sunan Kalijaga kembali menunjukkan karomahnya. Semua kesaktian dan karomahnya ia gunakan dalam jalan kebaikan. Salah satunya adalah memberantas kelaparan di dusun tersebut.
Ia sangat sedih melihat banyak rakyat yang kelaparan, sementara itu kepala dusun justru hidup mewah. Saat seorang warga datang untuk meminjam beras untuk makan pada sanga kepala dusun, ia menghina dan memberinya pasir.
Sunan Kalijaga yang mengetahui hal tersebut, merasa sedih dan geram terhadap tingkah pemimpin itu. Menurut cerita dari mulut ke mulut, Sunan Kalijaga kemudian mengubah sekarung pasir itu menjadi beras.
Sekali lagi, bagi kaum muslimin hanya menjadikan cerita ini sebagai cerita leluhur saja. Karena sejatinya hanya nabi dan rasul yang bisa kita percayai mempunyai mukjizat.
6. Bertapa dalam Waktu Lama
Karomah Sunan Kalijaga yang lainnya dan cukup populer yakni mampu bertapa dalam waktu lama. Ia bertapa dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mencari jawaban atas pertanyaan dalam hatinya.
Selain itu, ia bertapa untuk meneguhkan hatinya dalam menyebarkan agama Islam. Sehingga banyak hal yang ia dapatkan dari pertapaan. Sekali bertapa ia bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun.
Di zaman yang sudah serba modern ini, kisah tentang para wali sudah jarang sekali diminati. Banyak anak muda yang lebih menggandrungi artis-artis luar negeri daripada tokoh perjuangan seperti Sunan Kalijaga.
Kisah perjalanan hidup serta perjuangan Sunan Kalijaga bisa menjadi teladan. Keteguhan hati dalam menyebarkan agama Islam dan menebarkan kebaikan. Selain itu, sifat-sifat terpuji Sunan Kalijaga juga dapat menjadi contoh.
Beberapa karomah yang belum bisa dibuktikan secara nyata, cukuplah hanya menjadi sebuah cerita. Bagi kita kaum muslimin, tetap memberikan ruang bahwa bisa jadi cerita-cerita karomah di atas hanya sebatas bahasa “syair” atau “kiasan” untuk menggambarkan kesalehan seorang Sunan Kalijaga. Wallahu a’lam bishawab.