Ada banyak cerita inspirasi Islam yang bisa membuat kehidupan kita jadi lebih bermakna. Berbagai cerita ini akan memberikan kita makna dalam kehidupan jika benar-benar membaca dan merenunginya.
Banyak nilai yang nantinya bisa kita ambil mulai dari perbuatan baik yang akan membuahkan kebaikan pula, saling menolong, dan masih banyak lagi. Berbagai kisah ini dapat menjadi pengingat untuk kita mengenai banyak hal.
Bisa mengenai kehadiran Allah SWT dalam hati dan pertolongan dari-Nya. Mari, kita belajar bersama melalui cerita inspiratif Islam agar kehidupan jadi jauh lebih bermakna.
Cerita Inspirasi Islam Sebagai Bahan Renungan
Kehidupan adalah rangkaian waktu yang disediakan bagi kita untuk terus belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi dan menjadi versi terbaik dari diri kita. Belajar jadi lebih baik bisa dari apa saja, termasuk kisah inspiratif ini:
1. Cerita Inspirasi Islam bahwa Kebaikan Tidak Pernah Sia-sia
Dikisahkan ada seorang laki-laki yang bernama Muhammad Ibnu Hamir. Ia adalah seseorang yang ketika siang sangat rajin berpuasa dan ketika malam hari sering beribadah qiyamul lail.
Suatu waktu, ia memutuskan untuk pergi berburu hewan. Kemudian, di tengah perjalanan tiba-tiba ada ular yang menghadangnya. Mereka berdua terlibat dialog yang cukup panjang. Begini dialognya:
Ular: “Hai Muhammad, tolong selamatkan aku.”
Ibnu Hamir: “Menyelamatkanmu dari siapa?”
Ular: “Selamatkan aku dari musuhku. Dia telah berbuat jahat kepadaku.”
Ibnu Hamir: “Memangnya, musuhmu siapa?”
Ular: “Musuhku adalah yang berada di belakangku.”
Ibnu Hamir: “Sebelum itu, aku ingin bertanya kamu ini dari golongan umat siapa?”
Ular: “Aku adalah golongan dari umat Muhammad SAW.”
***
Tak lama, Ibnu Hamir lalu membuka selendang yang ia kenakan. Ia lantas berkata:
“Wahai ular, kemarilah. Masuk ke dalam selendang ini saja.”
Ular: “Tidak, nanti jika aku ada di dalam selendang itu, musuhku akan dengan mudah mengetahuinya.”
Ibnu Hamir: “Kenapa begitu? Lalu, apa yang bisa aku perbuat selain ini untuk membantumu?”
Ular: “Kalau kamu mau berbuat baik kepadaku dengan menolongmu, bukalah mulutmu. Nanti aku akan masuk ke sana. Hanya itu yang bisa menyelamatkanku.”
Ibnu Hamir: “Jika membuka mulut dan mengiyakan keinginanmu, aku khawatir nanti kamu akan membunuhku.”
Ular: “Tidak, demi Allah. Aku tidak akan dan tidak mungkin tega membantu orang yang telah membantuku dengan setulus hati.”
Ibnu Hamir: “Baiklah, aku akan membuka perlahan mulutku. Aku percaya kepadamu untuk tidak membunuhku karena bantuan ini.”
Lalu, Ibnu Hamir secara perlahan membuka mulut. Kemudian, ular yang meminta bantuannya pun segera masuk ke dalam tubuh Ibnu Hamir.
***
Setelah ular masuk ke dalam tubuh Ibnu Hamir, ia melanjutkan perjalanannya. Di perjalanan, Ibnu Hamir sekadar berpapasan dengan orang yang tengah membawa parang.
Setelah diketahui, ternyata orang dengan parang tersebutlah yang merupakan musuh dari ular yang kini berada dalam tubuh dari Ibnu Hamir.
Orang dengan Parang: “Hai, Muhammad!” dengan nada kencang.
Ibnu Hamir: “Apakah ada hal yang bisa aku bantu?”
Orang dengan Parang: “Apakah kau berjumpa dengan musuhku?”
Ibnu Hamir: “Musuh? Memangnya siapa musuhmu?”
Orang dengan Parang: “Musuhku adalah seekor ular.”
Ibnu Hamir: “Maafkan aku, aku tidak melihatnya.”
Begitulah kata Ibnu Hamir yang menutupi informasi dari ular sembari mengucap istighfar sebanyak 100 kali.
Ia membaca istighfar karena sebenarnya tahu letak dari tempat Si Ular yang bersembunyi.
***
Secara perlahan, Ibnu Hamir kemudian melangkahkan kakinya untuk meneruskan perjalanan. Setelah Ibnu Hamir berjalan cukup jauh akhirnya ular mengeluarkan kepalanya.
Kemudian, ular bertanya: “Apakah musuhku telah pergi dari sini?”
Ibnu Hamir: “Aku lihat ke sebelah kiri dan kanan, tidak ada siapa pun. Termasuk musuhmu. Jika memang ingin keluar, maka silakan keluar.
Ular: “Hai Muhammad, aku menawarkan dua opsi untukmu. Opsi pertama, kau memilih untuk aku hancurkan bagian limpamu dari dalam; atau opsi kedua, aku akan melubangi hatimu ini dan akan aku biarkan dirimu hidup tanpa ruh.
Ibnu Hamir: “Subhanallah, lantas di mana janji yang sebelum aku bantu dan sudah kau ucapkan tadi?”
Ibnu Hamir: “Apakah kau telah lupa dengan sumpah yang tadi kau ucapkan sendiri? Mengapa sangat cepat kamu bisa melupakannya?”
Ular: “Mengapa kamu sudah lupa antara permusuhanku dengan moyangmu, Nabi Adam? Yang mana aku membuatnya keluar dari surga.”
Ular: “Ini salahmu sendiri, apa dasar kamu melakukan kebaikan ini pada makhluk yang sebenarnya tak pantas untuk diperlakukan dengan baik?”
Ibnu Hamir yang telah membantunya, sama sekali tidak menyangka jawaban yang keji dari sosok ular yang telah ditolong olehnya, bahkan ia sampai berbohong kepada orang yang membawa parang.
Ibnu Hamir: “Apakah kau begitu yakin akan membunuhku?”
Ular: “Pasti, aku pasti membunuhmu.”
Ibnu Hamir: “Jika begitu, tunggulah sebentar sampai aku naik ke gunung. Aku ingin menyiapkan diri.”
Ular: “Silakan, kamu bisa berbuat semaumu.”
Lalu, Muhammad bin Hamir akhirnya memutuskan naik ke gunung di tengah keputusasaannya sembari menyadari, tidak ada lagi harapan agar ia bisa hidup di dunia.
***
Akhirnya, Ibnu Hamir sampai di puncak gunung. Ia menatap ke arah langit dan berdoa:
يَا لَطِيفُ، يَا لَطِيفُ، اُلْطُفْ بِي بِلُطْفِكَ الْخَفِيِّ. يَا لَطِيفُ، بِالْقُدْرَةِ الَّتِي اسْتَوَيْتَ بِهَا عَلَى الْعَرْشِ، فَلَمْ يَعْلَم الْعَرْشُ أَيْنَ مُسْتَقِرُّكَ إِلَّا مَا كَفَيْتَنِيْ هَذِهِ الْحَيَّةَ
Artinya:
“Wahai Allah Dzat Yang Mahalembut, wahai Allah Dzat Yang Mahalembut, berlaku lembutlah kepadaku dengan kelembutan-Mu yang samar. Wahai Allah Dzat Yang Mahalembut, dengan kekuasan-Mu yang denganya Engkau menguasai Arsy’, lalu Arsy pun tidak mengetahui di mana kekuasan-Mu, kecuali tidak Engkau lindungi diriku dari kejahatan ular ini.”
***
Lalu, Ibnu Hamir melanjutkan jalannya. Tak disangka, ada sosok lelaki yang wanginya semerbak dan begitu bersih menghampirinya.
Sosok Lelaki: “Salamun ‘Alaika, wahai Muhammad. Kenapa kau terlihat sedih? Ada Apa?”
Ibnu Hamir: “Waalaikumsalam, saudaraku. Musuhku sudah berbuat jahat kepadaku.”
Sosok Lelaki: “Di mana musuhmu?”
Lantas, Sosok Lelaki itu memberi daun hijau seperti zaitun dan berkata:
“Hai, Muhammad. Kunyahlah daun ini, lalu silakan ditelan.”
Secara tak terduga, setelah mengunyah dan menelannya, Ular yang ada dalam perutnya berputar-putar dan keluar berkeping-keping dari arah duburnya.
Dengan keajaiban ini, akhirnya Ibnu Hamir penasaran:
“Siapa dirimu? Allah telah menyelamatkan aku dengan perantara dirimu?”
Sosok Lelaki: “Apakah kau belum kenal aku, Muhammad?”
Sosok Lelaki: “Mengertilah, Muhammad bin Hamir! Ketika kau dianiaya ular dan kau berdoa, malaikat di langit mengadu pada Allah SWT dan Allah mengutusku untuk menolongmu.”
“Aku adalah malaikat Ma’ruf yang berada di langit keempat.”
Allah berkata kepadaku:
“Pergilah ke Surga, lalu ambil daun berwarna hijau, lalu berikan kepada hamba-Ku, Muhammad bin Hamir.”
Dari cerita inspirasi Islam ini bisa kita simpulkan bahwa perbuatan baik yang kita lakukan, tidak akan pernah sia-sia.
Baca juga: 5 Peran Ayah dalam Keluarga Menurut Islam, Penting dan Tidak Tergantikan!
2. Cerita Inspirasi Islam Memberi Tanpa Menghina
Selanjutnya, ada cerita inspirasi Islam terkait memberi tanpa perlu menghina orang yang menerimanya. Berikut ini kisahnya:
Alkisah ada penjual selimut yang kualitasnya terbaik. Selimut yang tersedia, harganya bervariasi dan juga memiliki variasi dari segi ketebalan. Kemudian, suatu hari datang kakek tua renta yang bajunya sudah lusuh.
Jika melihatnya secara menyeluruh, ternyata kakek tua yang datang merupakan orang yang tidak berpunya. Walaupun begitu, ia tetap memberanikan diri membeli selimut kepada penjual selimut yang selalu menyediakan kualitas terbaik.
Saat kakek tua ini ada di dalam toko, banyak pengunjung yang menatap dan melihatnya dengan sinis. Bahkan cenderung penuh dengan rasa tidak suka. Tapi siapa sangka, pemilik toko tetap melayani kakek tua yang datang dengan sopan.
Pemilik toko tetap memberikan perhatian seperti tidak ada bedanya dengan pelanggan biasa di dalam toko. Banyak yang melihatnya dengan sinis dan tidak suka hanya karena pemilik toko melayaninya dengan ramah.
Namun, siapa sangka ternyata pemilik toko selimut ini melayani kakek tua yang datang dengan sangat sopan. Ia pun perhatian seperti memperlakukan pengunjung pada umumnya yang datang untuk membeli selimut.
Ia pun meminta selimut dengan harga yang paling murah karena memang total uang yang dimiliki pas-pasan. Bahkan, bisa dikatakan jika uang tersebut ternyata belum cukup untuk membeli selimut paling murah di toko penjual selimut.
Saat mengetahui hal ini, pemilik toko tetap memberi kakek tua pelayanan terbaik dan lantas mencari selimut buat kakek tua yang tadi datang. Siapa yang menyangka jika pemilik toko akan memberikan selimut dengan kualitas terbaik.
Menariknya, harga yang diberikan sesuai dan pas dengan uang yang kakek tersebut miliki. Lalu, kakek tua tersebut memberi ucapan terima kasih yang cukup mendalam pada pemilik toko.
Ternyata, selimut yang dibeli oleh kakek tua tersebut merupakan selimut yang digunakan untuk menyelimuti anak juga istri yang berada di balik tembok rumahnya.
Suatu waktu, datang juga pengunjung yang ingin membeli selimut yang kualitasnya sama dengan selimut yang sudah diberikan kepada kakek tua.
Pengunjung itu tampak marah saat ia tahu berapa harga sebenarnya dari selimut yang telah diberikan kepada kakek tua sebelumnya. Pengunjung tersebut tetap ngotot dan membandingkan harga yang kemarin diberikan oleh penjual selimut.
Pengunjung tersebut menganggap jika hal ini tidak adil. Namun, tetap dengan penuh kesabaran, pemilik toko selimut memberi penjelasan:
“Memang, harga yang saya berikan kepadamu dan kakek tua kemarin berbeda. Tapi, kali ini saya berdagang dengan manusia. Namun, kemarin saya tengah berdagang dengan Allah,” kata pemilik toko selimut.
Lalu, pemuda yang tadi marah akhirnya tertegun dan membayar selimut sesuai dengan harga yang sudah ditentukan. Sembari berdoa agar kakek tua yang sebelumnya membeli selimut dengan harga murah, tak kedinginan.
3. Cerita Inspirasi Islam dari Penjual Kerupuk Tuna Netra
Suatu hari, ada seorang penjual kerupuk yang memiliki keterbatasan lain. Penjual kerupuk ini memiliki keterbatasan fisik yakni tuna netra atau mengalami keadaan buta pada mata.
Walaupun begitu, ia tetap terus mencoba untuk menjalani hidup seperti orang normal pada umumnya: mencari nafkah. Caranya ialah dengan berjualan kerupuk. Tak lama, ada seorang pemuda yang menghampiri penjual kerupuk ini.
Ia ingin membeli kerupuk darinya. Pemuda ini lalu memberikan pertanyaan. Kalau misalnya dia tak membayar tapi meminta kembalian, bagaimana? Bukankah itu suatu kerugian?
Pemuda ini menanyakan tentang tanggapan dari penjual kerupuk tersebut. Dan seketika, penjual kerupuk memberikan jawabannya dengan nada rendah.
“Nah, rezeki sudah Allah yang mengatur. Bagian saya hanya berusaha. Kalau memang rezeki itu sudah milik saya dan memang ditetapkan untuk saya, maka tidak akan sedikit pun tertukar. Berlaku juga sebaliknya,” kata penjual kerupuk.
Sesaat setelah mendengar jawaban dari penjual kerupuk tersebut, anak muda ini langsung bergetar hatinya. Ia lantas memberikan uang dengan jumlah yang lebih.
Pemuda ini percaya kalau Allah telah menitipkan rezeki dari penjual tersebut melalui dirinya dan tangannya.
***
Dari cerita inspirasi Islam ini, kita bisa memperoleh pesan moral kalau rezeki dari Allah tidak akan pernah tertukar dan memang sudah tertakar.
Apa pun itu, kalau kita ber-tawakkal kepada Allah, jalan yang sulit seperti apa pun pasti akan lebih mudah kita lewati.
Percayalah kalau Allah akan memberikan yang terbaik kepada semua hamba-Nya. Jika belum rezekinya, Allah akan menggantinya dengan hal yang telah menjadi rezeki kita atau yang tertulis di Lauhul Mahfudz sana.
Besar dan kecil rezeki bukan menjadi ukuran karena rezeki bukan hanya sekadar hitungan nominal. Bisa keberkahan, kesehatan, keluarga lengkap, teman-teman yang sholeh, dan bahkan pekerjaan yang menenangkan. Semuanya patut kita syukuri.
4. Cerita Inspirasi Islam Masyithah Pelayan Putri Fir’aun
Kisah ini asalnya dari Masyitah. Ia merupakan pelayan dari putri Fir’aun dan seorang wanita yang berani dan dengan gagah mengorbankan jiwa dan raga untuk agamanya.
Ia merupakan ibu yang terbalut dengan sifat cinta, kasih sayang, dan penuh dengan kebaikan.
Masyithah merupakan sosok yang begitu mencintai anak-anak dengan ketulusan. Ia pun suka berjuang, bekerja keras, dan membuat mereka bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.
Masyithah mempunya satu tantangan terberatnya yakni penyiksaan demi penyiksaan yang dilakukan oleh Fir’aun. Anak-anaknya penuh hormat dan memiliki kebaikan hati. Ada banyak kekejaman juga siksaan yang didapatkan oleh Masyithah.
Seluruh ketidaknyamanan, ia hadapi hingga akhir kematiannya dan akhirnya Tuhan pun menyenangkannya. Masyithah sudah berhasil membesarkan anak-anaknya untuk berjuang hanya di jalan Allah.
Rasulullah pernah bertanya pada malaikat Jibril saat menjalani Isra’ Mi’raj dan Rasulullah bertanya dari mana bau yang amat wangi itu datang. Akhirnya malaikan Jibril menjawab bahwa itu merupakan wangi dari putri Fir’aun dan pelayannya.
Pelayan itulah yang bernama Masyithah. Suatu hari, Masyithah pernah menyisir rambut dari putri Fir’aun. Kemudian, sisirnya jatuh dari tangan dan ia berkata ‘Bismira.”
Putri Fir’aun kaget dan akhirnya melapor kepada Fir’aun. Hal ini sontak membuat Fir’aun tersinggung dan memanggil Maysita.
Kemudian Fir’aun bertanya, “Apakah kamu memiliki tuhan yang beda dari aku?”
Masyithah menjawab iya. Dia tidak sedikit pun takut untuk menjawabnya. Keberanian inilah yang akhirnya membuat Masyithah dan anak-anak Fir’aun wangi ketika Rasulullah tengah dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj.
***
Dari cerita inspirasi Islam ini, kita bisa belajar bahwa Masyithah adalah sosok yang teguh dengan pendiriannya dan tetap di jalan Allah apa pun risiko yang mungkin ia hadapi.
Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita. Khususnya bagi kita yang memiliki keimanan setipis tisu dan bahkan bisa goyah hanya karena hal-hal sepele seperti atasan, jabatan, harta, teman, pasangan, jalan macet dan lain sebagainya.
Semoga kita dapat menjalani hidup untuk tetap berada di jalan Allah seperti Maysitah hingga akhir hayat.
5. Keajaiban Sedekah Zaman Nabi Musa
Ada satu cerita inspirasi Islam yang cukup menarik untuk kita renungi. Intinya mengenai keajaiban dari melakukan sedekah. Cerita ini terjadi tepat di zaman Nabi Musa.
Dikisahkan, waktu itu ada suami istri yang sangat kekurangan atau serba kekurangan selama bertahun-tahun. Hidup mereka termasuk sangat miskin. Tapi, mereka tetap tabah dan berusaha untuk keluar dari belenggu kemiskinan.
Suatu waktu, ketika mereka istirahat di tempat tidur, istri berkata ke suaminya, “Bukankah Nabi Musa adalah Nabi Allah yang bisa berbicara langsung dengan-Nya?” Suami lantas mengiyakan pertanyaan tersebut.
Kemudian, sang istri bertanya kembali, “Jika begitu, kenapa kita tidak ke sana dan mengadukan keadaan kita? Kita minta pada Nabi Musa agar berbicara kepada Tuhan mengenai keberadaan kita.”
“Sekaligus memintakan agar kita diberi keberlimpahan atau kekayaan agar hidup senang dan berkecukupan selama kita menjalani sisa hidup,” lanjutnya.
Keesokan harinya, pasangan suami istri ini mendatangi Nabi Musa lalu menyampaikan keinginan ini. Nabi Musa akhirnya bermunajat dan menghadap kepada Allah sesuai dengan yang pasangan suami istri ini inginkan.
Sedangkan, Allah Maha mendengar dan Maha Melihat, tak ada sesuatu pun di bumi dan langit yang bisa bersembunyi dari-Nya.
Allah menjawab permohonan tersebut, “Wahai Musa, sampaikan pada mereka bahwa aku telah mengabulkan permintaan mereka. Aku akan memberikan mereka kekayaan, tapi hanya selama satu tahun saja. Dan setelah setahun, aku akan kembalikan mereka menjadi orang miskin.”
Mendengar kabar ini, pasangan suami istri tersebut amat gembira. Benar saja, tiba-tiba rezeki datang dari arah yang tak pernah mereka duga dan menjadikan mereka sangat kaya raya di tengah masyarakat ketika itu.
Kehidupan mereka pun akhirnya berubah dan bisa senang dan berbahagia. Sang istri pun akhirnya berkata pada suaminya, “Wahai suamiku, ingatlah kita diberi kekayaan seperti ini hanya setahun saja. Dan setelah itu, kita akan jatuh miskin lagi.”
“Ya, saya tahu.”
Istrinya kemudian berkata, “Kalau begitu, mari kita gunakan kekayaan ini untuk membantu sebanyak mungkin orang. Selama setahun ini, kita beri makan orang-orang fakir lalu menyantuni anak yatim selagi masih punya.”
Suaminya pun setuju dan mereka akhirnya membangun rumah singgah buat para musafir. Rumah itu memiliki tujuh pintu, setiap pintu menghadap ke jalan yang jumlahnya tujuh persimpangan.
Akhirnya, keluarga ini pun menyambut semua musafir yang datang. Mereka diberi makan dan tempat singgah gratis. Entah itu siang hari ataupun malam hari.
Selama berbulan-bulan, mereka terus sibuk melayani musafir yang berdatangan. Hidup mereka tetap kaya, mereka lupa dengan tenggat waktu yang telah Allah tetapkan.
Melihat itu, Nabi Musa merasa heran. Kemudian, Nabi Musa bertanya kepada Allah dengan berkata:
“Wahai Rabb, Engkau telah menetapkan syarat kepada mereka hanya satu tahun. Sekarang, sudah lewat satu tahun tetapi mereka tetap hidup kaya?”
Lalu, Allah berfirman:
“Wahai Musa, Aku membuka satu pintu di antara pintu-pintu rezeki kepada keluarga tersebut, lalu mereka membuka tujuh pintu untuk membantu hamba-hamba-Ku. Wahai Musa! Aku merasa malu kepada mereka. Wahai Musa! Apakah mungkin hamba-Ku lebih dermawan dari-Ku?”
Kemudian, Nabi Musa kembali menjawab:
“Maha Suci Engkau Ya Allah, betapa Maha Mulia urusan-Mu dan Maha Tinggi kedudukan-Mu”
***
Dari cerita inspirasi Islam ini, kita dapat mengambil dan memetik pelajaran betapa dahsyatnya keutamaan dari sedekah. Pada satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada satu hari pun yang seorang hamba memasuki waktu pagi padanya, kecuali ada dua Malaikat yang turun dari langit dan salah satunya berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah ganti untuk orang yang berinfak.’ Dan Malaikat yang lain berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah kebinasaan untuk orang yang menahan diri tidak berinfak dan mengambil sesuatu yang bukan haknya.”
Semoga berbagai cerita inspirasi Islam ini kita bisa memetik banyak ilmu dan pelajaran agar kita dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi.