Silaturahmi sangat dianjurkan dalam agama Islam, ada banyak bentuk dari slaturahmi, salah satunya yakni bertamu pada kerabat, saudara maupun tetangga. Namun, perlu diketahui bahwa ada adab bertamu dalam Islam.
Dengan adab bertamu yang baik, tidak hanya membuat kita sebagai pengunjung dihormati, tetapi juga akan membuat penerima tamu merasa nyaman.
Lantas, apa saja adab bertamu dalam islam yang benar? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel ini.
Daftar ISI
Adab Bertamu dalam Islam
Telah disinggung sebelumnya, bahwa bertamu ke rumah sesama muslim merupakan salah satu bentuk silaturahmi yang disukai Rasulullah SAW. Namun, banyak di antara kita abai dan belum mengetahui adab bertamu dalam Islam sesuai dengan syariat.
Nah, alangkah indahnya jika setiap yang kita hendak lakukan, menilik syariat yang Allah SWT berikan, agar keberkahan selalu mengiringi jalan kita.
Berikut ini beberapa adab bertamu dalam Islam yang perlu diketahui:
1. Minta Izin Maksimal Tiga Kali
Adab pertama yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita, bahwa batasan untuk meminta izin untuk bertamu adalah tiga kali. Sebagaimana dalam sabdanya,
عن أبى موسى الاشعريّ رضي الله عمه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلم: الاستئذانُ ثلاثٌ، فان أذن لك و الاّ فارجع
Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dijelaskan pula pada salah satu firman Allah SWT dalam QS. An Nuur ayat 28 mengenai izin bertamu dan mengetuk pintu, bunyinya:
“Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ‘Kembalilah!’ Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.An-Nur:28)
Maksud dari hadits dan firman Allah berikut adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu.
Baca juga: Bacaan Doa Keluar Rumah: Arab, Latin dan Artinya
2. Mengucapkan Salam dan Meminta Izin Masuk
Dewasa ini, seiring dengan perkembangan trend, banyak umat muslim yang melupakan adab bertamu satu ini, yakni mengucapkan salam yang benar sesuai dengan syariat.
Kerap kali, seseorang bertamu hanya dengan memanggil-manggil nama yang hendak ditemui atau dengan kata-kata sekadarnya saja. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan, hendaknya seseorang ketika bertamu memberikan salam dan meminta izin untuk masuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur [24]: 27)
Hal ini turut dijelaskan dalam hadits dari Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu, ia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
Selain mengucapkan salam, seorang muslim juga harus memperhatikan satu hal penting lainnya. Meski salam telah dijawab, dan pemilik rumah sudah membuka pintu, bukan berarti kita dapat masuk begitu saja.
Akan lebih baik untuk diawali dengan meminta izin atau menunggu pemilik rumah untuk mempersilahkan memasuki rumahnya. Menghindari adanya aib yang tidak diinginkan pemilik rumah untuk dilihat sebelum sempat ditutupi.
Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِنّما جُعل الاستئذان من أجل البصر
“Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca juga: 10 Doa Agar Seseorang Merindukan Kita, Insyaallah Manjur
3. Ketukan yang Tidak Mengganggu
Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu terlalu berlebihan sehingga mengganggu pemilik rumah, baik karena kerasnya atau cara mengetuknya.
Maka dari itu, penting untuk memperhatikan ketukan agar tidak terlalu keras yang bisa saja mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah.
Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu,
إن أبواب النبي صلى الله عليه وسلم كانت تقرع بالأظافير
“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)
4. Posisi Berdiri Tidak Menghadap Pintu Masuk
Siapa sangka bahwa hal sederhana ini menjadi adab bertamu dalam Islam yang perlu diperhatikan? Dianjurkan seorang muslim memperhatikan posisi bertamu dengan tidak menghadap ke dalam ruangan.
Poin satu ini berkaitan dengan pemilik rumah agar mempersiapkan dirinya dan rumahnya dalam menerima tamu. Selain itu, posisi ini juga membuat rumah tidak langsung terlihat oleh tau sebelum diberi izin untuk masuk ke dalam rumah.
Sebagaimana amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Bisyr ia berkata,
كان رسول الله إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء و جهه و لكن ركنها الأيمن أو الأيسر و يقول السلام عليكم السلام عليكم
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud)
5. Memperkenalkan Diri
Adab selanjutnya adalah memperkenalkan diri kepada pemilik rumah, tujuannya tentu saja agar pemilik rumah mengenali tamunya.
Terutama jika kita baru pertama kali mengunjungi rumah dan pemilik belum mengenali sama sekali tamunya. Dengan memperkenalkan diri, tentu saja pemilik rumah maupun tamu akan lebih nyaman dalam bersilaturahmi.
Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata,
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Tidak Mengintip
Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim mengintip ke dalam rumah, sebab rasa penasaran dengan keberadaan sang pemilik rumah.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya,
لو أنّ امرأ اطلع عليك بغير إذن فخذفته بحصاة ففقأت عينه لم يكن عليك جناح
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
Selain itu dijelaskan pula dalam hadits riwayat Bukhari Kitabul Isti’dzan, berbunyi:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِك أَنَّ رَجُلًا اطَّلَعَ مِنْ بَعْضِ حُجَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِشْقَصٍ أَوْ بِمَشَاقِصَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَخْتِلُ الرَّجُلَ لِيَطْعُنَهُ
“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang ntuk menusuk orang itu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
7. Pulang Kembali Jika Disuruh Pulang
Telah dijelaskan pada poin sebelumnya, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, dengan kata lain pemilik rumah menyuruh kita pulang kembali.
Dengan demikian, tidak diperkenankan seorang muslim tersebut merasa tersinggung atau merasa dilecehkan karena hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syariat Islam.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur [24]: 28)
Maksud dari ayat tersebut disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, “Mengapa demikian? Karena meminta izin sebelum masuk rumah itu berkenaan dengan penggunaan hak orang lain. Oleh karena itu, tuan rumah berhak menerima atau menolak tamu.” Syaikh Abdur Rahman bin Nasir As Sa’di dalam Tafsir Al Karimur Rahman menambahkan, “Jika kamu di suruh kembali, maka kembalilah. Jangan memaksa ingin masuk, dan jangan marah. Karena tuan rumah bukan menolak hak yang wajib bagimu wahai tamu, tetapi dia ingin berbuat kebaikan. Terserah dia, karena itu haknya mengizinkan masuk atau tidak. Jangan ada perasaan dan tuduhan bahwa tuan rumah ini angkuh dan sombong sekali.” Oleh karena itu, kelanjutan makna ayat “Kembali itu lebih bersih bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Artinya supaya hendaknya seorang tamu tidak berburuk sangka atau sakit hati kepada tuan rumah jika tidak diizinkan masuk, karena Allah-lah yang Maha Tahu kemaslahatan hamba-Nya. (Majalah Al Furqon).
8. Jangan Terlalu Lama Saat Bertamu
Adab bertamu dalam Islam yang terakhir, perhatikan waktu bertamu. Sebaiknya kita tidak terlalu lama bertamu, dikhawatirkan pemilik rumah akan bosan atau memiliki kesibukan lainnya yang hendak dikerjakan.
Kerap kali, pemilik rumah merasa kesal namun tidak bisa mengusir tamu yang sedang berkunjung untuk menghormati dan menjaga silaturahmi agar terjaga dengan baik. Untuk itu, mari perhatikan waktu kita saat bertamu.
Agar silaturahmi dan keberkahan tetap terjaga setelah bertamu, perhatikan adab bertamu dalam Islam yang sesuai dengan syariat ya!