7 Amalan Malam Lailatul Qadar Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Amalan malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan tersendiri. Sebab, malam Lailatul Qodar lebih mulia daripada seribu bulan. Alhasil, umat Islam berlomba-lomba untuk mengisi malam tersebut dengan amalan-amalan yang dianjurkan. 

Makna “lebih baik dari 1000 bulan” berarti setiap amalan pada malam ini memiliki nilai keutamaan yang lebih besar daripada amalan serupa selama seribu bulan.

Ketika banyak beribadah di malam ini, kita akan mendapat pahala berlipat ganda.

Kapan Terjadinya Lailatul Qadar?

Berdasarkan Hadits Nabis SAW, Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Dari riwayat Bukhari dijelaskan sebagai berikut.

“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam yang ke sembilan tersisa, malam yang ke tujuh tersisa, malam yang ke lima tersisa.” (HR. Bukhari).

Dari 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, malam keberapa yang termasuk malam Lailatul Qadar? Untuk menjawab pertanyaan ini, dijelaskan ciri-ciri yang menyebut tentang malam lailatul qadar. 

Lailatul qadar disebut akan membuat matahari pagi harinya bersinar berbeda dari biasanya. Besoknya, matahari muncul dengan cahaya putih bersih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru, sesuai dengan apa yang diungkapkan Rasulullah.

“Malam itu adalah malam yang cerah, yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Imam Muslim, 762).

Aisyah ra mencatat bahwa Rasulullah SAW memberikan nilai istimewa pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. 

Keistimewaan ini tercermin melalui pelaksanaan beragam ibadah yang dilakukan oleh beliau pada periode malam tersebut.

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجتهد فى العشر الأواخر مالايجتهد فى غيره

Artinya:

“Bahwa Rasulullah saw meningkatkan kesungguhan (ibadahnya) di sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) yang tidak dilakukan pada hari-hari sebelumnya.”

Baca juga: 7 Cara Melupakan Seseorang Menurut Islam, Yuk Simak

Amalan Malam Lailatul Qadar

Umumnya, segala amalan yang dikerjakan dengan niat ibadah akan meraih pahala ibadah, selama amalan tersebut sesuai dengan ketentuan syariat. Berikut 7 amalan utama yang bisa kita lakukan pada malam Lailatul Qadar:

1. Semangat Beribadah

Semangat beribadah selama sepuluh hari terakhir Ramadhan diwujudkan dengan menghidupkan malam dan membangunkan keluarga untuk turut beribadah bersama. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ 

Artinya:

“Rasulullah SAW biasa ketika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau kencangkan sarungnya (bersungguh-sungguh dalam ibadah dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.” (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim, no. 1174).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa:

ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح 

Artinya: 

“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh.”

Sementara itu, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far Muhammad bin Ali juga menjelaskan: 

“Siapa pun yang memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan beragama Islam, kemudian berpuasa di siang hari dan melaksanakan shalat di malam hari secara teratur, mengontrol matanya, menjaga kesucian tubuhnya, serta merawat mulut, tangannya, dan selalu mengikuti shalat berjamaah. Orang tersebut telah sungguh-sungguh menjalankan puasa selama satu bulan dan akan menerima pahala yang sempurna, menemukan Lailatul Qadar, dan mencapai keberuntungan yang diberikan oleh Allah, Tuhan yang Maha Memberkahi.”

Baca juga: Dalil Keringanan Puasa untuk Ibu Hamil, Perhatikan Moms!

2. Sholat Isya dan Subuh Berjamaah

Amalan kedua adalah melaksanakan sholat Isya dan sholat Subuh secara berjamaah. Hal ini telah disebutkan oleh Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan digunakan sampai pada Ibnu ‘Abbas ra disebutkan sebagai berikut:

أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ

Artinya:

“Menghidupkan malam lailatul qadar itu bisa dengan melaksanakan shalat Isya’ berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah.”

Imam Malik dalam Al-Muwatha’ bahwa Ibnul Musayyib menyatakan:

مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

Artinya:

“Siapa yang menghadiri shalat berjamaah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”

Adapun Imam Syafi’i menyatakan sebagai berikut:

مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

Artinya:

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.” Semua perkataan di atas diambil dari Latha-if Al-Ma’arif, hlm. 329.

Pernyataan Imam Syafi’i dan ulama lainnya tersebut sesuai dengan hadits dari ‘Utsman bin ‘Affan ra yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hal yang serupa.

مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

Artinya:

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim, no. 656 dan Tirmidzi, no. 221).

3. I’tikaf

Melaksanakan I’tikaf atau berdiam diri di masjid merupakan satu bentuk amalan malam lailatul qadar yang termasuk dalam sunnah Nabi. Amalan ini dianjurkan selama bulan Ramadhan, terutama pada 10 malam terakhir.

Itulah sebabnya, dalam surah Al-Baqarah Allah memerintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk membersihkan tempat ibadah agar dapat digunakan untuk I’tikaf.

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Artinya: 

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al-Baqarah: 125).

Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Aisyah bahwa Rasulullah meninggalkan istrinya dengan tujuan untuk fokus beribadah. 

Dalam hadis riwayat Ibnu Umar RA juga disebutkan bahwa Rasulullah selalu Iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. (Shahih Muslim).

4. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an

Ketika bulan Ramadhan, membaca satu huruf Al-Qur’an saja pahalanya 10 kebaikan. Artinya, pada bulan yang mulia ini memang segala ibadah yang dilakukan ikhlas dengan mengharap ridho Allah, pasti bernilai pahala.

Itulah sebabnya memperbanyak membaca Al-Qur’an merupakan amalan malam Lailatul Qadar yang dianjurkan. Lebih utama lagi karena malam Lailatul Qadar merupakan malam turunnya Al-Qur’an.

Anjuran untuk amalan ini diperkuat dengan hadits riwayat Bukhori. Dari Abu Hurairah RA yang menyebutkan malaikat Jibril mengajarkan Al Quran kepada Rasulullah SAW pada waktu ini sebanyak dua kali. 

Pilihan amalan ini juga bisa untuk wanita yang sedang haid. Oleh karena itu, wanita yang haid tidak boleh menyentuh mushaf, alternatifnya yaitu dengan mendengarkan murotal. Dengan begitu, wanita yang haid pun bisa mendapat kemuliaan malam ini.

5. Berdzikir

Selain membaca Al-Quran, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak dzikir. Misalnya membaca tasbih, tahlil, dan tahmid sebanyak 100 kali atau sesuai kemampuan. 

Hitungan dzikir tersebut tidak perlu menjadi patokan. Sebab, setiap bacaan dzikir sudah bernilai pahala. Sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah disebutkan sebagai berikut:

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: 

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

6. Sholat Malam

Sholat malam termasuk salah satu amalan malam lailatul qadar yang utama ketika ingin mendapatkan malam Lailatul Qadar. Pada 10 malam terakhir, sebaiknya kita mengurangi tidur dan memperbanyak sholat sunnah seperti sholat tahajud.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Aisyah ra bahwa ketika memasuki sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, Rasulullah SAW membangunkan keluarganya dan menghidupkan malam-malam tersebut dengan memperbanyak ibadah. 

Hadits Bukhari lain menyebutkan dari Abu Hurairah wa bahwa Nabi SAW, beliau bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya:

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1901).

7. Berdoa pada Malam Lailatul Qadar

Ketika tiba malam yang lebih baik dari 1000 bulan, sudah semestinya kita memanjatkan doa kepada Allah SWT. Banyak berdoa pada malam mulia ini memiliki kemungkinan besar doa kita cepat dikabulkan. 

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata,  “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya:

“Jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul SAW “Berdoalah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU’ANNI (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–).” (HR. Tirmidzi, no. 3513 dan Ibnu Majah, no. 385).

Doa yang kita panjatkan pada malam Lailatul Qadar sebaiknya doa untuk memohon ampunan kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab rahimahullah sebagai berikut:

و إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر

Artinya:

“Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam lailatul qadar setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadhan dan juga di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang arif (bijak) adalah yang bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan, atau ucapan yang baik (saleh). Oleh karenanya, ia banyak meminta ampun pada Allah seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa.”

Demikian amalan malam Lailatul Qadar yang bisa kita kerjakan. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan nikmat untuk mendapatkan malam yang mulia ini.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment