Batasan Aurat Laki-Laki dalam Islam, Sudah Tahu Dads?

Mengetahui batasan aurat bagi umat muslim merupakan suatu keharusan. Terlebih lagi kita sebagai seorang laki-laki yang kadang sering menyepelekan hukum batasan tersebut. Lantas, apa saja yang menjadi batasan aurat laki-laki dalam Islam?

Aurat adalah bagian tubuh yang harus ditutupi menurut ajaran Islam.

Pemahaman mengenai aurat laki-laki dalam Islam menjadi penting agar sesuai dengan kaidah syariat.

Pengertian Aurat dalam Islam

Setiap individu beragama Islam pasti mendambakan untuk menjadi seorang mukmin yang patuh dan beriman. Dalam meraih status sebagai seorang muslim yang taat, mereka harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Salah satu peraturan penting dalam ajaran Islam adalah kewajiban menutup aurat bagi para muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam konteks ini, batasan aurat yang akan kita bahas adalah untuk laki-laki muslim.

Sebelum mengetahui batasan aurat laki-laki dalam Islam, tentunya kita harus tahu terlebih dahulu tentang pengertian aurat. Dalam fiqih, aurat adalah sebagian tubuh yang harus terjaga dari pandangan orang yang tidak memiliki hubungan mahram.

Seorang ulama terkemuka dalam fiqih, yaitu Al-Khatib As-Syirbini, menjelaskan bahwa aurat merujuk pada area tubuh yang perlu ditutup dan disembunyikan ketika beribadah, khususnya dalam konteks shalat.

Tujuan Menutup Aurat

Menjalankan tugas untuk menutup aurat adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh semua muslim. Selain menjadi kewajiban, tindakan ini juga memiliki beberapa tujuan yang perlu dipahami, yakni sebagai berikut:

1. Membedakan Manusia dari Makhluk Lain

Tujuan pertama ini dicerminkan dalam Al-Quran, tepatnya dalam surat Al-A’raf ayat 26 yang berbunyi:

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَٰرِى سَوْءَٰتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

Yā banī ādama qad anzalnā ‘alaikum libāsay yuwārī sau`ātikum warīsyā, wa libāsut-taqwā żālika khaīr, żālika min āyātillāhi la’allahum yażżakkarụn.

Artinya:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf: 26).

Dalam ayat ini, Allah memberikan perintah khusus kepada manusia untuk menutup aurat, sementara tidak ada penyebutan mengenai makhluk lain yang harus menutup aurat.

Oleh karena itu, menutup aurat membedakan kita sebagai manusia dari makhluk ciptaan Allah yang lain. Tentunya ini juga menjadi salah satu cara kita untuk menunjukan cara bersyukur sebagai manusia agar kelebihan yang diberikan Allah.

Baca juga: 8 Keutamaan dan Hadits Menutup Aurat bagi Wanita

2. Mengukuhkan Kelebihan Agama Islam

Tujuan lainnya dengan kita mengetahui batasan aurat laki-laki dalam Islam untuk mengukuhkan kelebihan agama Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa agama Islam merupakan ajaran yang sangat sempurna.

Hal ini karena Islam mengatur berbagai aspek yang ada di kehidupan manusia. Termasuk juga dalam tata cara berpakaian sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur’an serta hadits Rasulullah untuk menutup aurat.

Salah satu sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam terkait berpakaian untuk seorang laki-laki, yakni berbunyi:

“Kain sarung yang terjulur di bawah mata kaki tempatnya ialah di neraka.” (HR. Bukhari, No. 5787).

3. Mencegah Dosa

Menutup aurat membantu menghindari godaan dan dorongan negatif yang mungkin muncul ketika bagian tubuh yang biasanya dianggap pribadi dan sensual terlihat oleh orang lain. Dalam situasi aurat terbuka akan memungkinkan kita untuk berbuat dosa.

4. Identitas Seorang Muslim

Menutup aurat juga berfungsi sebagai identitas seorang Muslim, membedakannya dari penganut agama lain. Pakaian yang tertutup dapat memberikan petunjuk jelas tentang keyakinan seseorang. Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Ahzab ayat 59:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Yā ayyuhan-nabiyyu qul li`azwājika wa banātika wa nisā`il-mu`minīna yudnīna ‘alaihinna min jalābībihinn, żālika adnā ay yu’rafna fa lā yu`żaīn, wa kānallāhu gafụrar raḥīmā.

Artinya:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

5. Meningkatkan Ketakwaan

Dengan menjalankan perintah Allah SWT, seorang muslim dapat memperkuat tingkat ketakwaannya. Menutup aurat adalah salah satu cara untuk selalu menjaga hati dan terus memotivasi diri untuk meningkatkan iman.

Baca juga: 13 Manfaat Sholat Hajat agar Dikabulkan Keinginan dan Harapan

Batasan Aurat Laki-laki dalam Islam

Imam Nawawi menyatakan bahwa dalam mazhab tersebut, terdapat lima pandangan yang berbeda mengenai aurat laki-laki, namun yang dianggap sah dan benar adalah pandangan yang disampaikan oleh Imam Syafii.

Menurut Imam Syafi’i batasan aurat laki-laki dalam Islam mencakup beberapa hal, yakni:

“Aurat laki-laki berada di antara pusar dan lutut, tetapi baik pusar maupun lutut bukanlah bagian dari aurat laki-laki. Imam Syafii lebih lanjut menjelaskan bahwa ketika seorang laki-laki sedang menjalankan shalat dan lututnya terlihat, shalatnya tetap sah dan tidak batal.”

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda mengenai batasan aurat laki-laki yang berbunyi:

فَإِنَّ مَا تَحْتَ السُّرَّةِ إِلَى رُكْبَتِهِ مِنَ الْعَوْرَةِ

Artinya:

“Karena di antara pusar sampai lutut adalah aurat.” (HR. Ahmad).

Adab Berpakaian Laki-laki yang Sesuai Syariat Islam

Berpakaian sesuai syariat artinya berpakaian yang dianjurkan oleh Rasulullah tanpa memperlihatkan aurat. Batasan aurat laki-laki dalam Islam berkaitan dengan menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama.

Berikut adalah beberapa prinsip adab berpakaian laki-laki dalam Islam yang bisa kita terapkan:

1. Menutup Aurat

Salah satu prinsip utama dalam berpakaian sesuai syariat adalah menutup aurat. Bagian aurat laki-laki, sesuai dengan ajaran Islam adalah dari pusar hingga lutut.

Hal ini berarti bahwa laki-laki Muslim harus memastikan bahwa bagian ini selalu tertutup, terutama ketika berada di hadapan orang yang bukan mahram. Termasuk juga sesama laki-laki lain karena sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah pula seorang wanita melihat aurat wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain dalam satu kain, dan tidak boleh pula seorang wanita bersama wanita lainnya dalam satu kain.” (HR. Muslim No. 338)

2. Pakaian yang Tidak Ketat

Laki-laki Muslim harus memakai pakaian yang tidak terlalu ketat. Pakaian yang ketat atau melekat pada tubuh dapat mengungkapkan bentuk tubuh secara terperinci dan bertentangan dengan prinsip aurat.

3. Menjaga Kesan Bersih dan Rapi

Berpakaian dengan rapi dan bersih adalah penting dalam Islam. Hal ini tentunya akan mencerminkan sikap hormat terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Selain itu, orang sekitar juga akan lebih nyaman apabila berada di dekat kita.

4. Menghindari Pakaian yang Mewah

Islam mengajarkan kesederhanaan sehingga laki-laki muslim sebaiknya menghindari pakaian yang mewah, mencolok, atau berlebihan. Pakaian yang mewah dan mencolok dapat merusak akhlak dan menyebabkan sombong.

5. Mengenakan Pakaian yang Sesuai

Penting untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan kesempatan dan situasi. Pakaian formal untuk acara resmi, pakaian santai untuk situasi yang sesuai dan sebagainya. Hal ini menunjukkan kita bentuk kehormatan pada acara tersebut.

Adanya batasan aurat laki-laki dalam Islam menunjukkan bahwa kita sebagai umat harus taat akan perintah tersebut. Hal ini tentunya juga demi menjaga diri kita agar terhindar dari hal-hal yang bisa saja menyebabkan kesombongan hingga dosa.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment