Doa Kejatuhan Cicak, dan Pandangan Hukumnya dalam Islam

Konon kejatuhan cicak merupakan pertanda akan terkena sial. Maka dari itu, banyak yang ingin tahu tentang doa kejatuhan cicak. Sehingga, saat tidak sengaja kejatuhan cicak kita bisa langsung memanjatkan doa yang tepat. 

Namun, apakah pertanda tersebut benar?

Bagaimana hukumnya kejatuhan cicak menurut Islam? Mari cari tahu bersama.

Doa Kejatuhan Cicak

Sudah tidak asing bagi orang Indonesia tentang pertanda sial saat tertimpa cicak jatuh. Cicak memang dianggap sebagai hewan pembawa sial. Sehingga banyak yang menganjurkan untuk menghindari. 

Bahkan ada yang bilang untuk membunuhnya jika sampai kejatuhan. Selain itu, untuk menjauhkan kesialan banyak yang membaca doa kejatuhan cicak.

Mengutip dari tulisan Luthfi Yanshya dalam buku “Doa-doa Rasulullah Sehari-hari dan Sepanjang Masa”, berikut bacaan doa kejatuhan cicak:

اَللَّهُمَّ لاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ، وَلاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ.

Allohumma laa thoiro illaa thoituka walaa khoiro illa khoiruka, walaa ilaaha ghoiruka.

Artinya: “Ya Allah! Tidak ada kesialan kecuali kesialan yang Engkau tentukan. Dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu. Serta tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau.” (HR Ahmad dan Ibnu Sunni).

Doa tersebut merupakan doa untuk memohon supaya dijauhkan dari kesialan. Bukan hanya karena kejatuhan cicak, doa tersebut dapat kita baca saat merasakan firasat buruk.

Baca juga: Bacaan Doa Kehilangan Barang: Arab Latin dan Artinya Allah Ganti Lebih Baik!

Pandangan Tanda Kesialan dalam Islam

Kejatuhan cicak sebagai pertanda kesialan merupakan mitos yang terkenal di antara masyarakat Indonesia. Sementara, dalam ajaran Islam tidak terdapat mitos. Pasalnya, mitos termasuk larangan yang awalnya merupakan budaya masyarakat jahiliyah.

Memang benar bahwa terdapat anjuran untuk membunuh cicak dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan cicak merupakan hewan fasik yang berpotensi membawa dampak buruk bagi manusia.

Meski demikian, tidak sepatutnya umat muslim mempercayai mitos kejatuhan cicak.

Dalam ajaran Islam, percaya pada mitos termasuk perbuatan tathayyur, yang berarti menganggap suatu hal sebagai pembawa kesialan tanpa adanya dalil maupun bukti ilmiah.

Tathayyur dapat muncul karena menyaksikan tanda-tanda tertentu, baik dari penglihatan, ucapan, maupun perbuatan.

Para ulama menegaskan bahwa tathayyur termasuk tindakan yang dilarang dalam Islam. Bahkan, disebutkan bahwa perbuatan tersebut termasuk suatu bentuk kesyirikan.

Hal ini berlandaskan pada hadits dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

Artinya: 

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, dan setiap orang pasti pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini. Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya.” (Hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi).

Selain itu, larangan mengenai thiyarah (beranggapan sial) juga disebutkan dalam hadits lain. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَلاَ هَامَةَ ، وَلاَ صَفَرَ

Artinya: 

“Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar.” 

(HR. Bukhari no. 5757 dan Muslim no. 2220).

Memiliki perasaan buruk atau firasat merupakan hal yang manusiawi dan terjadi dengan sendirinya. Firasat bukan termasuk hal yang dilarang dalam Islam.

Namun, alangkah baiknya untuk segera membuang kekhawatiran akibat perasaan tersebut alih-alih mempercayainya.

Baca juga: 8 Doa agar Jualan Laris Bahasa Arab, Latin dan Artinya

Cara Menghindari Kesialan

Daripada khawatir mengenai pertanda dan mitos, umat muslim sebaiknya mengingatkan kembali bahwa sesungguhnya nasib baik maupun buruk datangnya dari Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah.

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: 

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: ‘Itu adalah karena (usaha) kami’. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. 

Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131).

Maka, untuk menjauhkan kesialan caranya bukan dengan mempercayai pertanda pembawa sial dan mitos. Dalam ajaran Islam cara untuk menjauhkan kesialan yaitu:

1. Tawakal

Tawakal merupakan cara paling ampuh bagi umat muslim untuk menghilangkan kepercayaan dari anggapan sial. Pasalnya, dengan bertawakal kita akan lebih banyak mengingat Allah SWT, sehingga kita juga hanya bergantung pada Allah.

Meningkatkan tawakal juga dianjurkan oleh Syaikh Sholeh Al Fauzan. Dalam I’anatul Mustafid, Beliau berkata:

“Penyembuh dari beranggapan sial adalah dengan bertawakal pada Allah. Kemudian meninggalkan anggapan sial dan tidak memiliki keraguan lagi dalam hati.”

Kita dapat mengingat kembali firman Allah SWT.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: 

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).

2. Mengucapkan Doa

Ketika mengalami perasaan tidak enak ataupun mendapatkan firasat buruk, segeralah buang jauh-jauh pikiran yang mengarah pada anggapan sial.

Ingatlah bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT. Mitos dan perkataan orang mengenai kesialan bukan hal yang bisa dipercaya.

Allah SWT telah berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Artinya: 

“Katakanlah: ‘tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah.’ dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS An-Naml 65)

Oleh karena itu, kita sebaiknya mengucap doa untuk mengingat Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya.

Melansir dari Rumaysho, berikut doa yang dapat kita baca saat mendapatkan hal yang tidak mengenakkan.

اللَّهُمَّ لاَ يَأْتِى بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

Allahumma laa ya’ti bilhasanaati illa anta. Wa yadfa’us sayyi-ati illa anta. Wa laa hawla wa laa quwwata illa billah

Artinya: 

“Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali engkau. Tidak ada yang dapat menolak bahaya kecuali engkau. Tidak ada daya dan upaya melainkan denganmu.”

3. Menghindari Perbuatan Buruk

Segala hal buruk, baik itu berupa musibah seperti bencana, hingga hal-hal kecil seperti kesialan kejatuhan cicak terjadi atas kehendak Allah SWT.

Namun, ada kalanya saat kesialan atau kemalangan menimpa sebagai azab dari-Nya. Sebagaimana telah dikisahkan dalam Surat Yasin mengenai bencana yang terjadi pada penduduk negeri yang mendustakan utusan Allah.

 قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ ۚ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

Artinya: 

“Utusan-utusan itu berkata: ‘Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas’”.

Selain itu, hal yang sama juga disampaikan dalam firman Allah berikut:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” 

(QS. Al A’raf: 96).

Maka hal yang dapat kita lakukan supaya dijauhkan dari kesialan adalah meningkatkan iman dan takwa, serta menjauhi perbuatan buruk.

Demikianlah doa kejatuhan cicak dan pandangan mengenai hukumnya dalam Islam. Semoga menjadi pengetahuan yang bermanfaat.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment