Hukum Suami Lebih Mementingkan Ibunya Daripada Istrinya

Bagaimana sih hukum suami lebih mementingkan ibunya daripada istrinya? Karena banyak kasus di mana seorang suami lebih mengutamakan ibunya daripada istrinya sendiri.

Di dalam Islam sendiri, seorang suami memiliki kewajiban untuk menafkahi, membimbing, dan menyayangi istrinya dengan cara yang ma’ruf. Ia juga harus memenuhi hak-hak istrinya sesuai dengan syariat.

Namun, bukan berarti seorang suami boleh mengabaikan ibunya yang telah melahirkannya dan membesarkannya. Seorang suami juga harus berbakti kepada ibunya dengan cara yang baik dan hormat.

Hukum Suami Lebih Mementingkan Ibunya daripada Istrinya

Untuk menjawab pertanyaan hukum suami lebih mementingkan ibunya daripada istrinya, kita perlu merujuk pada sumber-sumber ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan Hadis. Berikut adalah hukumnya yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadis:

1. Seorang Suami Harus Menghormati dan Menyayangi Ibunya Lebih dari Ayahnya

Hal ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah RA yang berkata:

Artinya: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW sambil berkata; ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu’. Dia bertanya lagi; ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu’. Dia bertanya lagi; ‘Kemudian siapa lagi?’, beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Kemudian siapa’ Beliau menjawab: ‘Kemudian ayahmu’,” (HR. Bukhari no 5971 dan Muslim no 2548).

Hadis di atas menunjukkan bahwa ibu memiliki kedudukan dan derajat yang tiga kali lebih tinggi daripada ayah.

2. Seorang Suami Harus Mengutamakan Istri dalam Hal Nafkah, Perlindungan, dan Kasih Sayang. 

Pada poin ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 228, yaitu sebagai berikut:

وَٱلْمُطَلَّقَٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَٰثَةَ قُرُوٓءٍ ۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ

ٱللَّهُ فِىٓ أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ

فِى ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُوٓا۟ إِصْلَٰحًا ۚ وَلَهُنَّ مِثْلُ ٱلَّذِى عَلَيْهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ

عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Bacaan latin: Wal-muṭallaqātu yatarabbaṣna bi`anfusihinna ṡalāṡata qurū`, wa lā yaḥillu lahunna ay yaktumna mā khalaqallāhu fī ar-ḥāmihinna ing kunna yu`minna billāhi wal-yaumil-ākhir, wa bu’ụlatuhunna aḥaqqu biraddihinna fī żālika in arādū iṣlāḥā, wa lahunna miṡlullażī ‘alaihinna bil-ma’rụfi wa lir-rijāli ‘alaihinna darajah, wallāhu ‘azīzun ḥakīm.

Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 228).

Tak hanya itu, dalam sebuah hadits, Siti Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW:

Artinya: “Siapa yang lebih berhak terhadap wanita?” Rasullullah SAW menjawab, “Suaminya.”

Hadis di atas menunjukkan bahwa istri memiliki hak yang harus dipenuhi oleh suaminya.

Baca juga: Hukum Perceraian dalam Islam, Simak Baik Baik!

3. Seorang Suami Harus Menyeimbangkan Antara Ibu dan Istrinya

Hal ini merujuk pada firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 36, yaitu sebagai berikut:

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Bacaan latin: Wa’budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụrā.

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. an-Nisa: 36).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.

4. Seorang Suami Harus Lebih Mengutamakan Ibunya Daripada Istrinya

Seorang suami harus lebih mengutamakan ibunya daripada istrinya jika keduanya memiliki kebutuhan tertentu dalam waktu bersamaan. 

Hal tersebut berdasarkan pendapat Elie Mulyadi dalam Buku Pintar Membina Rumah Tangga yang Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah.

Namun, status kewajiban ini dapat hilang jika suami dihadapkan pada situasi yang genting, misalnya ketika istri melahirkan, sedang sakit, kecelakaan, dan lain-lain. Jumhur ulama mengategorikan situasi ini dalam bab pengecualian.

5. Seorang Suami Harus Mendamaikan Antara Ibu dan Istrinya Jika Terjadi Perselisihan atau Konflik

Poin yang terakhir berdasarkan firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 35, yaitu sebagai berikut:

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَٱبْعَثُوا۟ حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِۦ وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَآ إِن يُرِيدَآ

إِصْلَٰحًا يُوَفِّقِ ٱللَّهُ بَيْنَهُمَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

Bacaan latin: Wa in khiftum syiqāqa bainihimā fab’aṡụ ḥakamam min ahlihī wa ḥakamam min ahlihā, iy yurīdā iṣlāḥay yuwaffiqillāhu bainahumā, innallāha kāna ‘alīman khabīrā.

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (an-Nisa: 35).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT menginginkan kita untuk menjaga kerukunan dan keselarasan dalam keluarga.

Dari poin-poin di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum suami lebih mementingkan ibunya daripada istrinya dalam Islam adalah boleh, asalkan tidak melanggar hak-hak istrinya dan tidak menimbulkan kerusakan dalam rumah tangga.

Seorang suami harus bijak dan adil dalam memperlakukan ibunya dan istrinya. Ia harus menyadari bahwa keduanya adalah orang-orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Ia harus berusaha untuk membuat keduanya bahagia dan ridha dengan cara yang halal dan syar’i. Wallahu a’lam.

Cara Menghadapi Suami yang Selalu Lebih Mementingkan Ibunya

1. Komunikasikan dengan Suami

Komunikasi memiliki peran penting dalam membangun keharmonisan dalam rumah tangga.

Jika kamu merasa tidak nyaman atau tersakiti dengan sikap suami yang lebih mementingkan ibunya daripada kamu, jangan diam saja atau menyimpannya di dalam hati.

Sampaikanlah perasaan kamu dengan jujur, sopan, dan bijak kepada suami. Jelaskan alasan dan harapan kamu kepada suami.

Dengarkan juga pendapat dan alasan suami. Jangan saling menyalahkan atau menyerang, tetapi carilah solusi bersama-sama.

2. Hindari Konflik dengan Saudaranya

Meskipun kamu merasa tidak adil dengan perlakuan suami yang lebih mementingkan keluarganya, jangan sampai kamu terlibat konflik dengan saudara-saudaranya, terutama ibunya. 

Sebagai istri, kamu tetap harus menghormati keluarga suami. Jangan sampai berkata kasar atau menunjukkan sikap tidak hormat kepada mereka. Hal ini hanya akan memperburuk situasi dan membuat suami semakin menjauh dari kamu.

3. Tidak Tinggal Satu Atap dengan Ibu dan Keluarga Suami

Salah satu faktor yang dapat memicu konflik antara istri dan keluarga suami adalah tinggal serumah atau satu atap. Hal ini dapat menyebabkan privasi dan kenyamanan kamu terganggu.

Selain itu, hal ini juga dapat membuat suami lebih sulit untuk menyeimbangkan perhatian dan bantuan antara ibu dan istrinya.

Oleh karena itu, sebaiknya kamu dan suami tinggal terpisah dari keluarga suaminya. Namun, bukan berarti kamu tidak pernah berkunjung atau bersilaturahmi dengan mereka.

4. Beri Perhatian Lebih

Mungkin salah satu alasan mengapa suami lebih mementingkan ibunya daripada istrinya adalah karena ia merasa kurang mendapatkan perhatian dari kamu.

Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan perhatian lebih kepada suami. Tunjukkanlah rasa cinta dan kasih sayang kamu dengan cara-cara yang disukai oleh suami.

Misalnya, dengan memasak makanan kesukaannya, memberikan hadiah kecil, memuji penampilannya, mendengarkan keluh kesahnya, atau mengajaknya melakukan aktivitas bersama.

5.      Beri Suami Waktu Bersama Keluarganya

Meskipun kamu sebagai istri ingin mendapatkan perhatian penuh dari suami, namun jangan sampai kamu melarang atau membatasi suami untuk bersama dengan keluarganya.

Ingatlah bahwa keluarga suami juga merupakan orang-orang yang penting bagi suami. Jadi, berilah kesempatan kepada suami untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya sesekali.

Misalnya, dengan mengizinkan suami untuk menghubungi ibunya setiap hari, atau mengajak ibunya makan malam bersama seminggu sekali.

6.      Hindari Emosi

Jika suami terus-menerus lebih mementingkan ibunya daripada istrinya, kamu mungkin akan merasa marah, kesal, atau cemburu. Namun, jangan biarkan emosi yang ada di dalam dirimu menguasai kamu.

Emosi yang tidak terkontrol hanya akan membuat kamu bertindak tidak rasional dan menyakiti suami.

Sebaliknya, cobalah untuk menenangkan diri dan berpikir positif. Yakinlah bahwa suami tetap mencintai kamu dan tidak bermaksud menyakiti dirimu.

7.      Jangan Merasa Tersaingi

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh istri adalah merasa tersaingi dengan ibu suami. Padahal, ibu suami dan istri memiliki peran dan kedudukan yang berbeda dalam hidup suami.

Ibu suami adalah orang yang telah melahirkan dan membesarkan suami, sedangkan istri adalah orang yang menjadi pasangan hidup dan teman berbagi suami. Jadi, jangan merasa harus bersaing dengan ibu suami untuk mendapatkan perhatian atau cinta dari suami. Cobalah untuk menghargai dan menghormati peran ibu suami dalam hidup suami.

Share:

Penulis aktif di beberapa media Nasional, ingin menjadikan postingan di web ini sebagai lahan Dakwah. "Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang berguna bagi sesama".

Leave a Comment