Kisah Nabi Ishaq: Mukjizat Nabi Ishaq, Sejarah, & Perjalanan Dakwah 

Artikel ini akan membahas kisah Nabi Ishaq. Nabi Ishaq merupakan anak kedua dari Nabi Ibrahim setelah Nabi Ismail. Ia sekaligus menjadi anak pertama dari Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim.

Cerita sejarah Nabi Ishaq tentu patut kita ketahui karena memiliki beberapa hikmah. Salah satunya adalah kesabaran seperti yang terlihat saat Siti Sarah menunggu agar ia bisa memiliki seorang anak seperti Siti Hajar, istri kedua Nabi Ibrahim.

Kisah kaum Kan’an juga menjadi pokok pembahasan dan juga terkait dengan Nabi Ishaq. Artikel ini ikut menjelaskan bagaimana perjuangan Nabi Ishaq berhadapan dengan kaum Kan’an yang jauh dari Allah.

Berikut adalah pembahasan kisah nabi Ishaq singkat dan lengkap. Mari kita bahas bersama.

Rangkuman Kisah Nabi Ishaq

Pertama, mari kita pahami kisah Nabi Ishaq. Dengan begitu, kita bisa lebih mengerti bagaimana perjuangan Nabi Ishaq dan apa saja hikmah yang bisa didapat.

Nabi Ibrahim dan Siti Sarah Belum Dikaruniai Anak

Siti Sarah merupakan istri pertama dari Nabi Ibrahim. Disebutkan bahwa Sarah merupakan wanita tercantik di muka bumi pada masanya. Bahkan kecantikannya itu bisa menandingi Siti Hawa, istri Nabi Adam.

Meski demikian, ternyata Nabi Ibrahim dan Siti Sarah sama sekali belum memiliki anak. Padahal, usia mereka sudah sangat tua. Nabi Ibrahim sendiri khawatir ia tidak akan memiliki keturunan untuk meneruskan dakwahnya.

Menjawab kekhawatiran sang suami, Siti Sarah mengizinkannya untuk menikahi wanita lain, lebih tepatnya Hajar yang masih sangat muda. Setelah pertimbangan berat, Nabi Ibrahim akhirnya menyetujui permintaan sang istri pertamanya itu.

Setelah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar menikah, mereka akhirnya memiliki anak bernama Ismail. Hal ini sempat memicu kecemburuan dari Siti Sarah yang berkata tidak siap untuk tinggal serumah dengan mereka.

Atas perintah Allah, Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail ke Mekkah yang masih belum berpenghuni dan berupa tanah tandus. Meski demikian, Allah memberikan sebuah mukjizat saat Hajar dan Ismail kehausan.

Kita tentu sudah mengetahui peristiwa saat Siti Hajar yang berlari berkeliling tujuh kali sebelum mukjizat tiba. Begitu juga dengan perintah Allah SWT untuk Nabi Ibrahim agar menyembelih Ismail. Sekarang, mari kita bahas awal cerita kisah Nabi Ishaq.

Baca juga: Niat Sholat Maghrib Sendiri, Berjamaah, dan Tata caranya

Kelahiran Nabi Ishaq Menjadi Kabar Gembira

Meski sudah memiliki Ismail sebagai anak pertamanya, Nabi Ibrahim masih belum memiliki anak dari hasil pernikahan pertamanya. Padahal, ia sudah menginjak usia 100 tahun, usia yang sangat lanjut.

Saat itu, Ismail berusia 14 tahun, sementara Siti Sarah menginjak usia kurang lebih 90 tahun. Usia Nabi Ibrahim dan Siti Sarah memang sudah berusia lanjut dan tidak mampu lagi memiliki keturunan.

Suatu hari, terdapat tiga malaikat yang datang bertamu kepada Nabi Ibrahim. Ketiga malaikat itu menyamar sebagai manusia sebelum bertamu untuk menyampaikan dua kabar.

Nabi Ibrahim pun menyambut mereka dengan senang hati. Ia mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu sebelum memerintahkan Siti Sarah agar menyiapkan hidangan anak sapi gemuk.

Akan tetapi, ketiga tamu itu ternyata tidak makan dan minum jamuan itu. Mereka justru mengungkapkan diri sebagai para malaikat yang datang dengan dua kabar.

Pertama, mereka mengatakan kaum Sodom akan mendapat azab yang sangat pedih akibat menolak ajakan Nabi Luth untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Saat itu, mereka sedang menuju lokasi kaum Sodom sebelum berkunjung.

Kabar gembiranya adalah Siti Sarah akan melahirkan seorang anak dalam waktu dekat. Padahal Siti Sarah sudah berusia 90 tahun dan mandul. Perkataannya diabadikan dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

قَالَتْ يٰوَيْلَتٰىٓ ءَاَلِدُ وَاَنَا۠ عَجُوْزٌ وَّهٰذَا بَعْلِيْ شَيْخًا ۗاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ

Artinya:

“Dia (istrinya) berkata, ‘Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib’.” (QS. Hud: 72).

Nabi Ibrahim juga menyambut kabar itu dengan gembira. Ia sudah menanti-nantikan momen terwujudnya memiliki anak dari pernikahan pertamanya itu. Beberapa bulan kemudian, Siti Sarah akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki. bernama Ishaq.

Kisah kelahiran nabi ishaq diceritakan dalam Al Quran surah Hud ayat 69-74, surat Adz-Dzariyat ayat 24-30, surat Shad ayat 45-47. Ketiga surat dalam Al-Qur’an tersebut juga membahas kisah kelahiran Nabi Ishaq sebagai kebesaran Allah SWT.

Kisah Nabi Ishaq saat Dewasa

Kelahiran Ishaq tentu menjadi kabar gembira bagi Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Usaha untuk selalu berdoa pada Allah SWT akhirnya terbayar. Anak mereka itu tumbuh menjadi sangat soleh dan alim.

Ishaq memiliki sifat-sifat penting yang menjadi idaman bagi Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Ia punya akhlak sangat tinggi, mengajak manusia untuk mengikuti kebenaran, dan mengingat kehidupan akhirat kelak.

Kemudian, Ishaq akhirnya diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun agar meneruskan dakwah sang ayah, Nabi Ibrahim. Hal itu juga menjadi bukti dari kisah nabi Ishaq dalam Al Quran sebagai berikut:

اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ

Artinya:

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.” (QS. An-Nisa: 163).

Nabi Ishaq diutus untuk memimpin kaum Kan’an yang berada di wilayah Palestina. Saat itu, kaum Kan’an sama sekali tidak mengenal Tuhan. Inilah momen terpenting dari kisah Nabi Ishaq lengkap.

Pernikahan Nabi Ishaq dan Cobaannya

Kisah nabi Ishaq pun berlanjut saat Nabi Ibrahim, sang ayah, sudah memasuki usia yang sangat tua. Ibunya sudah meninggal terlebih dahulu, sementara Nabi Ishaq sendiri belum menikah.

Awalnya, nabi Ishaq meminta izin pada ayahnya agar bisa menikahi seorang perempuan dari kaum Kan’an. Akan tetapi, permintaan itu berakhir dengan penolakan karena kaum Kan’an masih tidak beriman.

Terlebih lagi, Nabi Ibrahim juga sangat khawatir dengan keputusan anaknya itu. Ia takut Nabi Ishaq menikah dengan perempuan yang tidak seiman.

Oleh karena itu, suatu hari Nabi Ibrahim memiliki solusi. Ia meminta seorang pelayannya untuk pergi ke Harran, Irak. Tujuannya agar mendapat perempuan yang bisa menjadi jodoh bagi Nabi Ishaq.

Pada akhirnya, pelayan itu menemukan seorang perempuan yang tidak lain kerabat keluarga jauh. Ia adalah Rafiqah binti Batnail bin Nahur. Setelah itu, Nabi Ibrahim menikahkan Nabi Ishaq dengan Rafiqah.

Tidak jauh berbeda dari Siti Sarah, Rafiqah ternyata mengalami mandul. Ini menjadi momen ujian dalam kisah nabi Ishaq. Tidak menyerah pada nasib, Nabi Ishaq dan sang istri terus berdoa pada Allah SWT agar mereka bisa mendapat keturunan.

Kelahiran Nabi Yaqub jadi Cikal Bakal Nabi dari Kaum Bani Israil

Pada akhirnya, doa Nabi Ishaq dan istrinya terkabulkan oleh Allah SWT. Rafiqah pun melahirkan putra kembar, yaitu Al-‘Aish dan Yaqub. Ternyata bukan hanya satu, dua putra kembar sudah menjadi kabar yang sangat menggembirakan.

Seperti yang kita ketahui, Yaqub kemudian menjadi nabi sama seperti sang ayah. Ia diutus pada kaum Bani Israil demi meneruskan dakwah sang ayah untuk menyebarkan kebenaran.

Nabi Yaqub juga menjadi awal dari masa depan nabi dari kaum Bani Israil. Pertama, ia mendapat anugerah berupa putra bernama Yusuf. Kemudian, muncullah beberapa nabi lain dari keturunan Bani Israil seperti Ayyub, Musa, Daud, Sulaiman, dan Isa.

Sementara itu, Al-‘Aish sering sekali disebut-sebut sebagai cikal bakal dari bangsa Romawi atau lebih tepatnya Bani Ashfar. Ashfar memiliki arti warna kuning karena warna kulit Al-‘Aish.

Konflik Al-‘Aish dan Yaqub

Kedua anak Nabi Ishaq yang menjadi cikal bakal kedua bangsa berbeda ternyata terpicu oleh sebuah perseteruan. Konflik tersebut menjadi satu lagi momen terpenting dari kisah Nabi Ishaq. Nabi Ishaq saat itu sudah berusia sangat lanjut.

Suatu hari, Nabi Ishaq meminta Al-‘Aish untuk memasak makanan kesukaannya dari hasil buruan itu. Pada saat yang sama, Rafiqah meminta Yaqub agar menyajikan makanan kesukaan Nabi Ishaq.

Tidak tanggung-tanggung, Rafiqah menyuruh Yaqub mengenakan pakaian milik Al-‘Aish. Ia juga memasangkan kulit domba di tangan dan leher anaknya itu.

Karena Nabi Ishaq sudah sangat tua, penglihatannya pun menurun. Saat itulah menjadi momen dirinya mengira Yaqub adalah Al-‘Aish berdasarkan rabaan tubuh anaknya itu.

Yaqub pun menyajikan makanan favorit sang ayah itu. Akan tetapi, Nabi Ishaq merasakan ia sedang di dekat Al-‘Aish namun suaranya dari Yaqub.

Ia pun mengucapkan doa agar putranya itu selalu mendapat ilmu dan rezeki melimpah, kebaikan, serta menjadi panutan bagi saudara sekaligus keturunannya.

Al-‘Aish pun tiba tidak lama setelah Yaqub pergi dengan hidangan sesuai permintaan sang Ayah. Akan tetapi, ia tercengang bahwa Nabi Ishaq sudah menikmati hidangan buatan Al-‘Aish yang ternyata tak lain adalah Yaqub.

Tidak terima dengan kenyataan itu, Al-‘Aish menjadi murka dan ingin membunuh saudara kembarnya sendiri. Tidak lama setelah itu, Rafiqah meminta Yaqub agar pergi ke Irak untuk menuju rumah pamannya.

Konflik Al-‘Aish dan Yaqub yang berdampak pada masa depan umat manusia tentu bukan menjadi akhir dari kisah Nabi Ishaq. Tentunya, kita harus mengetahui bagaimana perjalanan dakwah dan mukjizatnya.

Perjalanan Dakwah Nabi Ishaq

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Nabi Ishaq mendapat perintah agar memimpin kaum Kan’an di daerah Palestina. Ia juga menjadi penerus Nabi Ibrahim, sang ayah, dalam menyebarkan kebenaran dan ajaran Allah SWT.

Ternyata Nabi Ishaq memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam menyampaikan ilmu dari Allah SWT. Tidak hanya itu, ia juga terkenal sebagai sosok Nabi yang sangat ramah, menjadikan banyak dari kaum Kan’an sangat menghormatinya.

Kisah Nabi Ishaq dan kaumnya menjadi bukti bahwa ia sangat cerdas dalam memahami kaumnya. Tidak heran ia menjadi sosok yang terkenal dan penuh hormat.

Mukjizat Nabi Ishaq

Sebagai nabi, Ishaq tentu memiliki mukjizat dan keistimewaan sama seperti yang lainnya. Umat manusia belum banyak mengetahui hal tersebut. Ternyata, semuanya berawal dari kabar kelahirannya dari para malaikat pada Nabi Ibrahim dan Siti Sarah.

Nabi Ishaq juga memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tidak hanya itu, ia memiliki akhlak yang sangat tinggi. Kisah Nabi Ishaq dan mukjizatnya tercantum pada ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shaad: 45-47)

Terakhir, kedua anaknya, Yaqub dan Al-‘Aish, menjadi cikal bakal dua bangsa yang berbeda, yaitu Bani Israil dan Romawi. Tentunya, keduanya memiliki dua iman yang berlawanan. Hal ini tercantum pada ayat Al Quran sebagai berikut:

وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ

Artinya:

“Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishaq. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” (QS. Ash-Shaffat: 113).

Hidayatul Insan menafsirkan ayat Al-Qur’an itu sebagai petunjuk bahwa keturunan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq mendapat keberkahan. Keberkahan itu berbentuk iman, ilmu, akhlak, dan keturunan para nabi.

Itulah mengapa Nabi Ibrahim memiliki tiga keturunan yang menjadi cikal bakal kaum masing-masing. Ketiganya adalah bangsa Arab dari keturunan Ismail, bangsa Bani Israil dari Yaqub, dan bangsa Romawi dari Al-‘Aish.

Meski namanya sering sekali ada di Al-Qur’an, ternyata tidak banyak kisah Nabi Ishaq yang tercantum di sana, terutama perjalanan dakwah. Al-Qur’an hanya mencantumkan kisah kelahiran dan kematiannya.

Wafatnya Nabi Ishaq

Menjelang kematian Nabi Ishaq, Al-‘Aish dan Yaqub diceritakan sudah akur kembali. Meski begitu, ia akhirnya meninggal pada usia seratus delapan puluh tahun.

Yaqub kemudian menjadi penerus sang ayah dalam menyebarkan agama Islam. Ia juga mendapat utusan dari Allah untuk menjadi seorang nabi. Seperti yang kita ketahui, Yaqub juga menjadi cikal bakal Bani Israil.

Itulah akhir dari kisah Nabi Ishaq lengkap dari lahir sampai wafat.

Hikmah dari Kisah Nabi Ishaq

Setelah mengetahui sejarah Nabi Ishaq, kita bisa memetik beberapa hikmahnya. Berikut adalah hikmah penting yang kita patut tiru:

1. Sayangilah Keluarga dan Saudara

Kisah Nabi Ishaq telah mengajarkan kita agar selalu sayangi keluarga dan saudara. Hal ini sudah terlihat saat Nabi Ibrahim yang meminta pelayannya untuk mencari calon istri Nabi Ishaq sebagai bukti kasih sayang terbaik.

Nabi Ishaq juga tetap menyayangi sang istri, Rafiqah, meski mengalami sebuah cobaan. Mereka tetap bersabar dan selalu berdoa penuh harap kepada Allah SWT. Doa dan usaha mereka membuahkan hasil berupa dua anak kembar.

Kemudian, Nabi Ishaq mengajarkan kedua anaknya tentang akhlak secara penuh kasih. Dari ketiga peristiwa itu, Nabi Ishaq sudah mengajarkan kita agar selalu memberi cinta dan kasih sayang terhadap keluarga dan saudara.

2. Tidak Dendam

Dari kisah Nabi Ishaq singkat, kita sudah mengetahui Al-‘Aish memiliki dendam terhadap Yaqub. Padahal keduanya merupakan putra kembar dari Nabi Ishaq.

Dendam hanyalah memicu masalah baru. Alih-alih menyimpan dendam, kita sepatutnya memaafkan setiap kesalahan keluarga dan saudara. Insya Allah, kehidupan kita akan lebih damai dan tenteram.

Demikianlah pembahasan kisah Nabi Ishaq beserta mukjizatnya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment