Kisah Nabi Saleh AS, Sejarah dan Mukjizatnya dalam Al-Qur’an 

Artikel ini akan membahas kisah nabi Saleh dan kaum Tsamud. Nabi Shaleh sendiri merupakan nabi kelima dari 25 nabi dan rasul. Ia diutus untuk mengajarkan kaum Tsamud yang ternyata masih menyembah berhala.

Kaum Tsamud sendiri tinggal di kota Hijr, kira-kira antara Suriah dan Arab Saudi saat ini. Mereka memiliki kemajuan dalam teknologi pembangunan rumah megah memiliki kekayaan melimpah.

Sayangnya, mereka justru menganggap berhala, lebih tepatnya patung buatan sendiri sebagai Tuhan. Tidak heran mereka sangat ingkar kepada Allah SWT. Suatu hari, seekor unta muncul. Nabi Shaleh menyuruh agar tidak membunuh unta itu.

Jadi apakah munculnya seekor unta menjadi salah satu mukjizat Nabi Shaleh? Apakah kaum Tsamud akan sadar? Mari kita simak kisah Nabi Saleh singkat dan hikmah apa yang bisa dipetik.

Ringkasan Kisah Nabi Saleh

Memahami kisah dari Nabi Saleh, bisa membantu kita memahami bagaimana perjuangan serta apa saja hikmah yang bisa diperoleh dari kisahnya. Lebih lengkapnya, bisa cek di sini: 

Nabi Saleh dan Kaum Tsamud

Silsilah mengatakan bahwa Nabi Shaleh merupakan keturunan Nabi Nuh. Hal ini karena ayah dari Nabi Shaleh sendiri adalah Ubaid bin Jabir bin Tsamud bin Amr Bin Hisyam bin Sam Bin Nuh Alaihissalam.

Kita melihat Tsamud dalam nama asli ayah Nabi Saleh, “Ubaid bin Jabir bin Tsamud”, artinya Tsamud memiliki keterkaitan dengan Nabi Nuh. Tsamud sendiri berasal dari keturunan kaum Ad yang beriman, lebih tepatnya kaum Nabi Hud.

Kita harus ingat bahwa kaum Ad menjadi kaum yang menggantikan kaum Bani Rasib atau kaum Nabi Nuh. Kaum Bani Rasib sendiri binasa akibat banjir besar yang hanya menyisakan sedikit manusia.

Kaum Ad, yaitu keturunan Sam bin Nuh, justru kembali menyembah berhala dan menjadi angkuh. Mereka menolak ajaran Nabi Hud untuk kembali menyembah Allah. Akhirnya, Allah timpakan azab berupa angin topan sangat dingin pada mereka.

Nabi Hud dan semua orang beriman selamat karena berlindung di sebuah lembah. Setelah itu, mereka hijrah ke Hadramaut untuk memulai awal yang baru. Sementara orang-orang kafir justru binasa sampai tidak bersisa.

Menurut penjelasan dari Ibnu Katsir, tempat tinggal kaum Ad yang selamat itu merupakan Al-Hijr. Kaum ini menjadi kaum Tsamud atau kaum Ad yang kedua (Tafsir Ibnu Katsir, 3: 439).

Tentunya, kaum Tsamud memiliki keterkaitan dengan kisah nabi saleh lengkap dari lahir sampai wafat. Apa yang terjadi pada kaum Tsamud tidak jauh berbeda dari kaum Ad?

Baca juga: 10 Kata Cinta untuk Suami dalam Islam, Romantis!

Kaum Tsamud sebagai Kaum Ad yang Kedua

Pada awal dari kisah Nabi Saleh, kaum Tsamud memiliki beberapa nikmat yang sangat menguntungkan. Mereka pandai mengolah tanah subur dan memiliki kekayaan melimpah dari hasil ternak serta panen.

Tidak hanya itu, mereka juga maju dalam teknologi pembangunan. Mereka bisa mendirikan banyak bangunan dan rumah sangat megah dari tanah rata. Bangunan-bangunan itu sangat kokoh seperti istana.

Dari situ, kita bisa lihat kaum Tsamud dalam kisah Nabi Saleh sangat menikmati kehidupan tenteram dan mewah. Mereka juga merasa aman dari segala gangguan alamiah.

Akan tetapi, kemewahan itu justru menjauhkan mereka dari Allah SWT. Mereka akhirnya kembali menyembah dan memuja berhala. Hal ini tidak jauh dari apa yang kaum Ad lakukan.

Menyembah berhala bukan satu-satunya hal keji yang mereka lakukan. Perbuatan maksiat lain sangat tidak asing bagi kaum Tsamud. Mereka sering sekali menindas orang miskin di tengah-tengah mereka.

Kisah Nabi Saleh Mendapat Tugas Mendakwahi Kaum Tsamud

Nabi Shaleh sendiri merupakan salah satu di antara kaum Tsamud. Ia sangat sedih melihat kaumnya menganggap berhala sebagai Tuhan. Saat ia dewasa, Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi dan menyuruh agar mereka kembali beriman.

Munculnya Nabi Shaleh sebagai utusan Allah SWT juga menjadi pembahasan dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ

Artinya:

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Saleh berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).’” (QS. Hud: 61).

Nabi Shaleh juga ingin kaumnya selalu bersyukur karena memiliki berbagai nikmat yang mereka sangat senangi. Perkataannya menjadi abadi sebagai ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Artinya:

“Dan ingatlah ketika Tuhan menjadikan kamu khalifah-khalifah (yang berkuasa) setelah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.” (QS. Al-A’raf: 74).

Kaum Tsamud Menolak Ajakan Nabi Shaleh

Seperti yang kita ketahui dari kisah Nabi Saleh dan kaum Tsamud, Nabi Shaleh justru mendapat penolakan dari kaumnya sendiri. Penolakan tersebut tentu tercantum dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَا ۖ أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ

Artinya:

“Kaum Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (Q.S Hud: 62).

Dari ayat Al-Qur’an ini, terlihat kaum Tsamud benar-benar angkuh. Mereka mempertanyakan, menolak, dan mengolok-olok Nabi Shaleh sebagai utusan Allah. Mereka justru tetap bersikukuh untuk menyembah berhala yang mereka buat sendiri.

Suatu hari, kaum Tsamud menjadi sangat bosan dengan ajakan Nabi Shaleh. Mereka meminta dirinya untuk menunjukkan sebuah bukti kebenaran rasulnya. Ini menjadi awal dari satu lagi momen terpenting dalam cerita kisah nabi Saleh.

Unta sebagai Bukti Mukjizat Nabi Shaleh

Menanggapi permintaan kaum Tsamud, Nabi Shaleh berdoa secara khusyuk pada Allah SWT agar mendatangkan sebuah keajaiban. Allah SWT pun mengabulkan permohonannya itu.

Setelah itu, Nabi Shaleh mengajak kaumnya untuk pergi ke sebuah kaki gunung. Kaum yang kafir itu justru berharap dirinya tidak bisa membuktikan sebuah keajaiban tersebut.

Sebelumnya, mereka meminta seekor unta tinggi, putih, dan sedang hamil kembar 10 bulan dari sebongkah batu besar sebagai bukti mukjizat dari Nabi Shaleh. Jika benar-benar keluar, mereka akan beriman.

Permintaan itu justru menjadi kenyataan, mengejutkan kaum Tsamud yang kafir. Seekor unta tinggi, putih, dan sedang hamil keluar dari sebongkah batu besar yang terbelah jadi dua di kaki gunung, persis seperti harapan mereka.

Momen ini menjadi awal dari kisah Nabi Saleh dan untanya. Semuanya sangat terpana. Ironisnya, sebagian besar justru ingkar janji karena tidak percaya. Sebagian kecil dari kaum itu justru beriman.

Nabi Shaleh kemudian memberi pesan secara spesifik. Ia meminta kaum Tsamud agar menjaga unta itu baik-baik. Selebihnya, ia juga berharap agar mereka tidak membunuh unta tersebut.

Terlebih, ia juga mengatakan susu dari unta itu tidak akan habis-habis. Setidaknya, unta tersebut berhak bebas berkeliaran dan meminum air sumur bergantian dengan penduduk.

Unta itu menjadi bagian dari momen penting kisah Nabi Saleh dan kaumnya. Pasalnya, kaum Tsamud harus tinggal berdampingan dengan unta tersebut sebagai janji pada Nabi Shaleh.

Kaum Tsamud Membunuh Unta Mukjizat Nabi Shaleh

Ironisnya, sebagian besar kaum Tsamud justru merasa jengkel dengan kehadiran unta itu. Binatang tersebut justru mengambil minum dari air sumur mereka. Mereka merasa ia merebut bagian dari sumur berisi air minum tersebut.

Memasuki hari ketiga kemunculannya, unta tersebut akhirnya melahirkan seekor anak. Tetapi hal ini justru semakin membuat murka kaum Tsamud dan memicu sebuah siasat.

Mereka menyelenggarakan sebuah sayembara untuk melancarkan siasat itu. Siapapun yang berani membunuh unta nabi Shaleh bisa mendapat sebuah hadiah besar. Secara spesifik, hadiah itu merupakan seorang gadis cantik yang akan dinikahi.

Mushadda bin Muharrij dan Gudar bin Salif menjadi dua pemuda yang berani membunuh unta itu. Unta tersebut akhirnya mati di tangan Mushadda dan Gudar saat ia sedang berjalan menuju sumur. Ini menjadi akhir dari kisah nabi Saleh dan unta.

Lantas apa yang terjadi dengan anak untanya? Ia kembali masuk ke dalam batu yang pernah mengeluarkan induknya itu.

Nabi Shaleh sangat murka setelah untanya terbunuh. Kemudian, ia mendatangi kaumnya itu untuk memperingatkan bahwa azab akan datang dalam tiga hari. Sebagaimana yang tercantum pada ayat Al-Qur’an berikut:

فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوب

Artinya:

“Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: ‘Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’.” (QS. Hud: 65).

Azab dari Allah SWT untuk Kaum Tsamud

Kisah Nabi Saleh berlanjut setelah kaum Tsamud mendapat peringatan azab dalam tiga hari setelah membunuh seekor unta. Tiga hari itu menjadi kesempatan bagi mereka agar mereka ingin bertaubat pada Allah dan benar-benar menyesal.

Sebaliknya, mereka tetap menolak bertaubat. Pada saat yang sama, mereka juga merasa takut dengan perkataan yang terucap Nabi Shaleh. Oleh karena itu, terdapat sekelompok orang kafir yang membuat siasat untuk membunuh Nabi Shaleh.

Malamnya, mereka tiba rumah Nabi Shaleh untuk membunuhnya. Naas, mereka justru mendapat azab dari Allah berupa hujan batu hingga kepala pecah sebelum niat itu tercapai.

Akhirnya, tiga hari pun berlalu. Kaum Tsamud yang kafir mendapat azab sesuai janji Nabi Shaleh. Allah memberi mereka siksaan berupa gempa bumi dahsyat dan petir menggelegar. Hanya Nabi Shaleh dan orang-orang beriman yang selamat.

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ

Artinya:

“Maka, tatkala azab Kami datang, Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia­lah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS. Hud: 66).

Semua orang kafir dari kaum Tsamud akhirnya mati dan binasa. Nabi Shaleh sempat mendatangi mayat-mayat itu. Reaksi perkataannya menjadi abadi dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

Artinya:

“Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.’” (QS. Al-A’raf: 79)

Inilah menjadi akhir dari kaum Tsamud dari kisah Nabi Saleh.

Hikmah dari Kisah Nabi Saleh

Kisah kaum Tsamud yang ingkar pada ajaran Nabi Shaleh tentu mengingatkan kita akan kekuasaan Allah SWT. Terdapat pula beberapa hikmah yang bisa ambil sebagai berikut:

1. Selalu Bersyukur

Berdasarkan kisah Nabi Saleh yang telah kita pahami bersama, hikmah pertama memang sudah tidak asing lagi, yaitu selalu bersyukur. Kafirnya kaum Tsamud menjadi pertanda sangat tidak bersyukur dengan kekayaan yang mereka miliki.

Dari hal ini, kita harus tahu bahwa semua ciptaan di dunia ini adalah ciptaan Allah. Tentunya, seluruh hal yang kita miliki di dunia menjadi tanda kebesaran Allah.

2. Tidak Sombong

Penolakan kaum Tsamud terhadap ajaran Nabi Shaleh tentu sudah menjadi pertanda bahwa mereka sombong. Kita bisa lihat mereka juga menantang Nabi Shaleh untuk membuktikan bahwa mukjizat benar-benar nyata.

Hal ini termasuk menjadi durhaka pada Allah SWT. Kisah Nabi Saleh dan kaumnya mengingatkan agar kita selalu mendengarkan perintah para nabi dan rasul-Nya.

3. Tidak Ingkar Janji

Dari cerita singkat kisah Nabi Saleh, bahwa kaum Tsamud mengingkari janji. Lebih tepatnya, sebagian besar dari mereka masih menolak beriman. Bahkan tanpa ragu sekalipun mereka sampai membunuh unta ajaib dari mukjizat Nabi Shaleh.

Peristiwa terbunuhnya unta itu dan azab pada kaum Tsamud menjadi pengingat bahwa kita harus selalu menepati janji sesuai kesepakatan. Jika tidak, sesuatu yang buruk bisa saja terjadi.

Demikianlah pembahasan kisah Nabi Saleh dan mukjizatnya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment