Kisah Nabi Yunus AS dan Hikmah dari Kisahnya

Salah satu kisah nabi yang menarik perhatian dalam perjalanan dakwahnya yaitu Nabi Yunus AS. Apalagi kisah Nabi Yunus AS ketika berada di tengah laut dalam posisi ditelan seekor ikan besar.

Tidak hanya pembelajaran dari kisah itu saja, akan tetapi saat Nabi Yunus AS wafat pun juga tidak henti-hentinya dalam memberikan pelajaran.

Oleh sebab itulah, ulasan lengkap beserta hikmahnya kita ambil untuk ambil pelajaran dalam hidup.

Mengenal Nabi Yunus AS

Kisah teladan Nabi Yunus AS dimulai ketika beliau lahir. Nabi Yunus AS lahir di Irak, tepatnya di sebuah kampung yang bernama Ninawa. Penduduk kampung Ninawa menyembah atau menuhankan berhala.

Nabi Yunus AS merupakan nabi yang asalnya dari suku Benyamin. Ayahnya sudah terlebih dahulu wafat tidak lama setelah kelahiran beliau.  Allah SWT telah mengutus Nabi Yunus AS untuk mengajak umatnya bertaubat kepada Allah SWT.

Nabi Yunus AS adalah nabi yang mulia, dengan nama lengkap Yunus bin Mata. Pernah suatu ketika Nabi Muhammad SAW berkata, “Janganlah kalian membanding-bandingkan aku atas Yunus bin Mata.”

Selain nama Yunus, Nabi Yunus AS dikenal juga dengan nama Dzun Nun dan Yunan. Beliau yang diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kaumnya menuju jalan kebenaran dan kebaikan.

Beliau juga mengingatkan kepada kaumnya akan kedahsyatan hari kiamat sekaligus menakut-nakuti sadisnya neraka, dan memberikan iming-iming keindahan surga.

Kisah Nabi Yunus AS Menyerukan Perintah Allah SWT

Melanjutkan dari kisah sebelumnya, kisah Nabi Yunus AS ini masih panjang untuk kita ketahui bersama. Bahkan kisahnya terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Anbiya ayat 87 hingga 88.

Dari ayat tersebut, cerita kisah Nabi Yunus AS mendapatkan perintah untuk mengajak dan menyerukan kepada kaumnya untuk beriman dan meninggalkan sesembahannya selain Allah SWT.

Allah SWT menurunkan sebuah wahyu yang berisi perintah Nabi Yunus  AS untuk terus berupa menyerukan perintahnya. Wahyu Allah SWT mengatakan untuk menyerukan pada umat Ninawa agar beriman kepada Allah SWT selama 40 hari.

Dimana jika waktu ke 40 hari tersebut kaumnya belum juga beriman, maka akan datang siksaan Allah SWT kepada kaum tersebut. Setelah melewati hari ke-37, kaum Nabi Yunus AS tidak menghiraukan seruan tersebut.

Maka, saat sampai pada hari ke 40 malam harinya, terlihat awan hitam yang bergumpal di tepi langit.

Baca juga: 7 Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa, Muslim Harus Tahu!

Perjuangan Dakwah Nabi Yunus AS

Begitu hebatnya perjuangan dakwah Nabi Yunus AS, sebab perjalanan yang beliau lalui sangatlah panjang. Bahkan, harus melintasi padang pasir yang luas dan gersang dari negeri Syam.

Hingga akhirnya, Nabi Yunus AS sampai di Ninawa. Akan tetapi, beliau melihat para penduduknya sudah tenggelam dalam ajaran menyembah berhala, ritual ini sudah berlangsung sejak lama.

Nabi Yunus AS yang merupakan penduduk baru, sehingga dianggap asing oleh penduduk setempat. Saat beliau memulai dakwahnya untuk menyerukan perintah Allah SWT, kaum tersebut malah mengolok-olok Nabi Yunus AS.

Bahkan, hingga Nabi Yunus AS tidak pernah dianggap oleh kaum Ninawa tersebut. Beliau dianggap telah melakukan penghinaan terhadap agama nenek moyangnya yaitu berhala.

Walaupun penolakannya sangatlah keras, Nabi Yunus tetap menjalankan semuanya dengan penuh kesabaran. Hingga waktu terus berjalan, kondisi pun tetap tidak berubah. 

Kini, Nabi Yunus AS sudah berdakwah pada kaum Ninawa selama 33 tahun. Dari dakwahnya 33 tahun itu, hanya ada dua orang penduduk Ninawa yang mengikuti dan mendengarkan beliau. Kedua penduduk itu bernama Tanuh dan Rubil. 

Akhirnya sampai di titik kesabaran Nabi Yunus AS hilang untuk menghadapi kaum yang keras. Beliau berniat untuk meninggalkan kaumnya setelah memberikan peringatan bahwa azab Allah SWT akan datang. 

Kemudian, barulah Nabi Yunus AS pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan kecewa, marah dan sedih. Sayangnya, kepergiaan Nabi Yunus AS ini tanpa seizin Allah SWT. 

Maka dari itu, Allah SWT menggambarkan Nabi Yunus AS dengan kata melarikan diri. Hal ini sebagaimana yang termuat dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 139 hingga 140.

وَاِنَّ يُوْنُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۗ (139)

اِذْ اَبَقَ اِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ (140)

Wa inna yunusa laminal-mursalin (139)

Iz abaqa ilal-fulkil-masyhun (140)

Artinya:

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul (139), ingatlah ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan (140).”

Walaupun begitu, kisah Nabi Yunus AS tersebut tetap mencerminkan bahwa beliau tetap ridha atas segala ketentuan Allah SWT.

Beliau menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Artinya, seorang hamba sebenarnya tidak boleh marah atau merasa kesal atas kehendak-Nya.

Hal ini juga yang mendasari Allah SWT melarang Nabi Muhammad SAW menjadi seperti nabi yang pemarah, alias seperti nabi yang pernah ditelan ikan yaitu Nabi Yunus AS.

Sebagaimana yang telah termuat dalam Al-Quran Surat Al-Qalam ayat 48  yang berbunyi sebagai berikut:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِۘ اِذْ نَادٰى وَهُوَ مَكْظُوْمٌۗ

Fasbir lihukmi rabbika wa la takun kasahibil-hut iz nada wa huwa makzum

Artinya:

”Maka bersabarlah kamu hai Muhammad terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah kepada kaum-Nya.”

Baca juga: Penjelasan 5 Rukun Islam Beserta Contoh dan Maknanya

Kisah Nabi Yunus Melemparkan Diri ke Laut

Melanjutkan dari kisah Nabi Yunus AS yang meninggalkan kaumnya dengan cara menepi ke laut terlebih dahulu. Kemudian beliau bertemu sekelompok orang yang berada di kapal.

Karena sekelompok orang tersebut mengenali Nabi Yunus AS, mereka pun memutuskan untuk memberikan tumpangan kepada Nabi Yunus AS. Akan tetapi, kisah Nabi Yunus AS ini masih berlanjut dengan beberapa keanehan.

Dimana setelah beberapa saat berlayar, kapal yang ditumpangi oleh Nabi Yunus AS beserta rombongannya itu mendadak berhenti dan tidak bisa melanjutkan perjalanannya.

Anehnya lagi, ketika melihat ke kiri dan kanannya kapal lain tetap berlayar seperti biasanya. Sedangkan kapal yang ditumpangi oleh Nabi Yunus dan rombongannya hanya terombang-ambing di atas laut.

Ada juga yang mengatakan bahwa kisah Nabi Yunus AS di atas kapal ini diterjang oleh ombak laut menjadi dahsyat. Bahkan, angin menjadi lebih kencang. Sehingga, membuat kapal hilang kendali dan hampir saja tenggelam.

Itulah alasan yang membuat  Nabi Yunus AS memutuskan untuk mengurangi satu penumpang yang berada dalam kapal. Pengurangan satu orang dengan menggunakan cara undian.

Sebelum mengambil keputusan tersebut, sebenarnya sudah mengambil cara lain yaitu  untuk membuat barang bawaannya ke dalam laut.

Tentu saja berharap bebannya berkurang, sehingga kapal akan berjalan stabil kembali. Dan ternyata hasilnya berbeda, yang mengharuskan Nabi Yunus AS beserta rombongannya untuk mengambil keputusan yang pahit.

Sebelumnya beliau juga menyadari jika diamnya kapal atau terkunjangnya kapal tersebut karena ditumpangi oleh seorang hamba yang lari dari tuhannya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT melalui Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 140.

اِذْ اَبَقَ اِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ

Iz abawa ilal-fulkil-masyhun.

Artinya:

 “(Ingatlah) ketika dia berlari ke kapal yang penuh muatan.”

Dari sinilah Nabi Yunus AS menawarkan diri untuk dilemparkan ke tengah lautan agar kapal bisa berjalan stabil kembali. Tapi, para penumpang menolak sebab mereka tahu bagaimana kemuliaan Nabi Yunus AS kepada Allah SWT.

Hingga akhirnya, mengambil jalan penawaran lain melalui undian tersebut. Semua orang diminta untuk menuliskan nama masing-masing, dan barangsiapa yang namanya keluar maka dialah yang terlempar ke laut.

Proses pengundian pun berlangsung, pengundian pertama pun dimulai. Kisah hidup Nabi Yunus yang namanya terpilihpada undian pertama membuat seluruh penumpang menolak hasil tersebut.

Akhirnya pengundian kedua dilaksanakan kembali. Tetap saja, yang keluar adalah nama yang sama yaitu Yunus. Dan sampai pada pengundian ketiga, nama Nabi Yunus AS tetaplah yang keluar.

Walaupun penumpang masih keberatan, akan tetapi Nabi Yunus menerima hasilnya dengan keikhlasan. Sebab sungguh itu merupakan kehendak Allah SWT.

Kisah Nabi Yunus AS dalam Al-Quran, salah satunya yang mendukung pada Surat  Surat As-Saffat ayat 141 yang berbunyi sebagai berikut:

فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِيْنَۚ

Fa sahama fakana minal-mudhadin.

Artinya:

“Kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).”

Nabi Yunus AS  segera menghempaskan diri ke laut. Tetapi, belum juga tubuh beliau menyentuh air laut beliau sudah terlebih dahulu disambar oleh ikan besar.

Dan para penumpang yang melihat itu pun yakin bahwa Nabi Yunus AS tidak selamat dari kematian, sebab tubuh beliau sudah masuk ke dalam perut ikan paus.

Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan Paus

Melanjutkan dari kisah Nabi Yunus AS sebelumnya yang sudah ditelan oleh ikan paus. Sebagaimana yang telah dilansir dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 141 yang artinya “Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.”

Tafsiran dari keadaan tercela tersebut yaitu Nabi Yunus AS meninggalkan kaumnya dalam kondisi yang kesah. Lantaran adzab tak juga datang menimpa kaum Ninawa, yang mengharuskan beliau lari dari kaum tersebut tanpa seizin Allah SWT.

Dalam beberapa riwayat pun menyebutkan bahwa saat Nabi Yunus AS melemparkan diri ke laut, cuaca kembali cerah dan lautan kembali terang. Sebenarnya ikan besar itu merupakan perintah Allah SWT.

Ikan tersebut diperintah untuk mendekat dan menelan Nabi Yunus AS tanpa membuat remuk tulang dan dagingnya. Pendapat lain mengatakan jenis ikan yang menelan Nabi Yunus AS yaitu ikan Nun.

Dasarnya dari rujukan Surat Al-Anbiya ayat 87 yang menggambarkan kisah Nabi Yunus adalah: 

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

Wa zan-nuni iz-zahaba mugadiban fa zanna allan naqdira ‘alaihi fa nada diz-zulumati alla ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minaz zalimin.

Artinya: 

“(Ingatlah pula) Dzun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Ikan besar itu disebut-sebut masih dalam keadaan hidup hingga saat ini, dan akhirnya akan terus hidup hingga hari kiamat kelak. Pernyataannya diperkuat dengan merujuk pada Surat As-Shaffat ayat 144 yang berbunyi:

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَۚ

Lalabisa fi batnihi ila yaumi yub’asun.

Artinya:

“Niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kebangkitan.”

Kemudian, lanjutkan kisah Nabi Yunus AS ditelan oleh ikan paus yaitu ikan terus menyelam hingga membawa ke dasar lautan yang sangat gelap. Kegelapannya meliputi kegelapan laut, kelegalapan perut ikan dan juga kegelapan malam.

Penyesalan dan Taubatnya Nabi Yunus AS

Melanjutkan kisah Nabi Yunus dimakan ikan paus, dalam perut ikan tersebut Nabi Yunus AS mendengarkan tasbih dari kerikil dan juga hewan-hewan laut. Maka, Nabi Yunus pun juga menyeru dan bertasbih kepada Allah SWT.

Beliau mengakui dan menyesali atas segala kesalahan yang diperbuat. Terdengarlah semua penyesalan itu, maka Allah SWT mengampuninya dan mengabulkan semua permintaannya.

Permohonan Nabi Yunus AS juga termuat dalam Al-Quran Surat Al-Anbiya ayat 88 yang berbunyi:

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

Fastajabna lahu wa najjainahu minal-gamma, wa kazalika nunjil-mu’minin.

Artinya:

“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kesedihan. Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.”

Diperkuat lagi dalam ayat kisah Nabi Yunus AS pada Surat As-Shaffat 143 dan 144 yang berbunyi:

فَلَوْلَآ اَنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ ۙ (143)

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَۚ (144)

Falau la annahu kana minal-musabbihin (143)

Lalabisa fi batnihi ila yaumi yub’asun (144)

Artinya:

“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah (143) niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (144).”

Sehingga, kesimpulannya bahwa karena tasbih dan taubatnya Nabi Yunus AS kepada Allah SWT.  Maka, ia sudah hancur dalam perut ikan besar tersebut hingga hanya menunggu hari kebangkitan saja.

Setelah penyesalan dan taubatnya tersebut, kisah Nabi Yunus AS yang penuh makna ini belum berakhir. 

Sebab beliau kembali berdoa, dan Allah SWT memerintahkan ikan besar untuk memuntahkannya di tempat yang diperintahkan oleh Allah SWT. Adapun firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 145 yang berbunyi:

 فَنَبَذْنٰهُ بِالْعَرَاۤءِ وَهُوَ سَقِيْمٌ ۚ

Fa nabaznahu bil-‘ara’I wa huwa saqim.

Artinya:

“Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.”

Berbagai sumber menyebutkan bahwa kisah cinta Nabi Yunus AS yang penuh makna ini disebutkan Nabi Yunus dimuntahkan dari perut ikan dalam keadaan lemah, sakit dan beberapa kulitnya mengelupas.

Lantas hal itulah yang menunjukkan bahwa beliau berada dalam perut ikan dalam waktu yang cukup lama. 

Selain itu, kulit yang mengelupas disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW akibat gesekan yang Nabi Yunus alami selama berada dalam pencernaan ikan besar tersebut.

Selanjutnya, kisah Nabi Yunus AS tidak hanya berhenti disitu saja. Nyatanya, Allah SWT yang Maha Baik ini menumbuhkan sebuah pohon seperti pohon labu di tempat Nabi Yunus AS dimuntahkan.

Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Ash-Shaffat ayat 146 yang berbunyi:

وَاَنْۢبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِّنْ يَّقْطِيْنٍۚ

Wa ambatna ‘alaihi syajaratam miy yaqtin.

Artinya: 

“Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.”

Lantas Nabi Yunus AS berlindung di bawah pohon tersebut, selain berlindung beliau juga memakan buahnya. Akan tetapi, selang waktu berlalu pohon pun kering. Akhirnya beliau Nabi Yunus AS menangis.

Dan Allah menurunkan wahyu sekaligus teguran kepada Nabi Yunus AS, “Apakah kamu menangis karena pohon itu kering. Tetapi, kamu tidak menangis karena seratus ribu orang atau lebih yang ingin engkau binasakan.”

Taubatnya Kaum Ninawa dan Kembalinya Nabi Yunus AS

Selang berjalannya waktu, Nabi Yunus AS pun sehat kembali. Kemudian beliau diperintah Allah SWT untuk pulang kembali menuju kaumnya. Saat sampai di tujuan, Nabi Yunus terkejut melihat kaumnya telah beriman kepada Allah SWT.

Dan kaum tersebut juga memberitahu kepada Nabi Yunus AS bahwa Allah SWT telah menerima taubat kaum tersebut. Allah SWT berfirman dalam Surat Ash-Shaffat ayat 148 yang berbunyi:

فَاٰمَنُوْا فَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ

 Fa’amanu famatta’nahun ila hin.

Artinya: 

“Lalu, mereka beriman. Karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.”

Waktu sepeninggalan Nabi Yunus AS yang kecewa pada kaumnya, Allah SWT benar-benar memberikan azab. Azab yang berbagai bentuk mulai dari langit gelap, petir menggelegar, angin kencang yang menyapu semua rumah, ladang dan lainnya.

Hingga terjadinya gempa besar yang membuat kaum Ninawa sadar bahwa peringatan yang Nabi Yunus AS sampaikan memang benar adanya. Hal itulah yang membuat kaum Ninawa bertaubat dan menyebut nama Allah SWT.

Hikmah Kisah Nabi Yunus AS

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya bahwa kisah Nabi Yunus AS mempunyai banyak makna dan hikmah. Utamanya terkait mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk informasi lengkapnya simak ulasanya di bawah ini:

1. Sabar saat Menyebarkan Kebaikan

Seperti kisah Nabi Yunus AS yang meninggalkan kaumnya dalam kondisi kecewa dan marah. Perilaku tersebut menunjukkan sifatnya kurang bersabar dalam menyebarkan kebaikan, dan jelas perilaku ini tidak disukai oleh Allah SWT.

Hal itulah yang membuat Nabi Yunus AS mendapatkan kesulitan yang lebih berat sebagai pembelajaran hidup kita semua. Beliau mendapatkan cobaan dengan terlemparnya diri dan ditelan ikan besar.

2. Mengingat Allah SWT

Tidak dapat kita pungkiri bahwa kisah Nabi Yunus AS mengajarkan kita sebagai hamba untuk selalu mengingat Allah SWT. Itulah yang dilakukan oleh Nabi Yunus AS, tidak hanya mengingat pada waktu-waktu sulitnya saja.

Namun, juga harus mengingat Allah SWT dalam keadaan lapang dan senang. Sebab Allah SWT menjanjikan kemudian di dalam kesulitan jika hamba-nya selalu mengingat Allah SWT.

3. Berserah Diri pada Allah SWT

Hikmah dari kisah Nabi Yunus AS selanjutnya yaitu untuk selalu berserah diri pada Allah SWT. Dalam kisah hidupnya, Nabi Yunus AS segera menyadari bahwa ia melakukan kesalahan dan terus memohon ampun kepada Allah SWT.

Nabi Yunus AS mengucapkan kalimat tauhid, kalimat tasbih dan kemudian dilanjutkan dengan berdoa sekaligus berdzikir untuk mengakui semua kesalahannya sebagai manusia.

Demikian kisah Nabi Yunus AS yang penuh makna dan hikmah. Terpenting sebagai manusia kita tidak boleh lupa akan kuasa Allah SWT, dan senantiasa mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment