Banyak alasan mengapa umat Islam diwajibkan untuk berdakwah, salah satunya agar menjadi orang-orang yang beruntung atau muflih. Hal ini juga Allah jelaskan dalam firmanya di Al-Qur’an.
Pada dasarnya, kebaikan dalam berdakwah tentunya mendapatkan ganjaran pahala yang besar bagi kita ketika melakukannya.
Karena itu, penting bagi kita untuk terus berdakwah dalam melakukan kebaikan di jalan Allah SWT.
Daftar ISI
Pengertian Dakwah dalam Islam
Dakwah dalam istilah bahasa Arab yang merujuk pada seruan atau ajakan. Sementara, pengertian dakwah merupakan aktivitas yang melibatkan seruan dan undangan kepada manusia agar mereka beriman dan patuh kepada Allah.
Hal ini tentunya harus selaras sesuai dengan keyakinan, perilaku dan ajaran Islam,yang dilakukan dengan kesadaran penuh. Tujuan utama dari dakwah adalah mencapai kebahagiaan baik dalam kehidupan dunia maupun di akhirat.
Apabila secara terminologi dalam bahasa Arab, kata “dakwah” berasal dari kata kerja “da’a yad’u” yang mengandung makna seruan, undangan atau ajakan. Seringkali, kata “dakwah” digabungkan dengan kata “ilmu” dan “Islam”.
Baca juga: Pengertian Khotbah dan Bedanya dengan Ceramah Beserta Syarat-syaratnya
Ketentuan Berdakwah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, dakwah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat, baik itu dalam individual (fardhu ain) atau kolektif (fardhu kifayah). Karena itu, penting bagi kita untuk memahami ketentuan sebelum berdakwah kepada orang lain.
Pada hakikatnya, terdapat dua metode yang bisa dilakukan oleh Dai dalam menyiarkan ajaran Islam, yakni melalui kata-kata (dakwah bil lisan) atau melalui tindakan (dakwah bil hal).
Dakwah bil lisan bisa mencakup upaya-upaya dalam menyebarkan ajaran melalui kata-kata. Seperti memberikan nasihat, ceramah ataupun sejenisnya. Hal ini cukup sering kita lihat di berbagai channel saluran ataupun media sosial.
Sedangkan, dakwah bil hal merupakan bentuk dakwah yang dilakukan dengan memberikan contoh atau perilaku yang baik kepada jamaah atau umat. Seperti membantu fakir miskin atau orang yang tertimpa musibah.
Terdapat beberapa ketentuan sebelum berdakwah yang harus dimiliki oleh seorang Dai sebelum melakukan penyiaran Islam, yakni:
- Dakwah harus diterapkan dengan bijaksana yang mencakup penggunaan kata-kata yang jelas dan tegas.
- Dakwah harus dilakukan dengan menggunakan nasihat-nasihat yang baik, dengan pendekatan persuasif, tanpa kekerasan, dan berisi pengajaran serta pesan-pesan edukatif.
- Dakwah harus memberikan contoh yang positif atau menjadi teladan yang baik.
- Dakwah dilakukan melalui diskusi yang dinamis serta sikap yang santun dan menghormati pandangan orang lain.
Alasan Mengapa Umat Islam Diwajibkan untuk Berdakwah
Dakwah adalah tugas yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang telah mencapai usia baligh dan memiliki akal sehat, tanpa memandang jenis kelamin atau tingkat pengetahuan agama.
Bahkan, baik seseorang memiliki pengetahuan agama yang mendalam maupun masih merasa pemula. Dalam ayat 110 Surat Ali-Imran, Allah SWT menjelaskan mengapa kewajiban berdakwah dikenakan pada umat Islam.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn.
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imran: 110).
Alasan lainnya adalah agar kita tidak menjadi orang yang sombong atau merasa superior di dunia ini. Jika kita tidak melaksanakan dakwah ini akan berarti kita membiarkan saudara-saudara kita terjerumus ke dalam perbuatan yang salah.
Berikut ini beberapa alasan mengapa kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk berdakwah:
1. Dakwah Menjadi Jalan Hidup Rasul dan Pengikutnya
قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Qul hāżihī sabīlī ad’ū ilallāh, ‘alā baṣīratin ana wa manittaba’anī, wa sub-ḥānallāhi wa mā ana minal-musyrikīn.
Artinya:
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku, dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Dari ayat yang mulia ini, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengambil hikmah yang sangat berharga, yaitu:
“Mengajak orang untuk mengakui keesaan Allah (Tauhid) adalah tindakan yang sejalan dengan yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti yang dicatatnya dalam Kitab Tauhid, pada bagian Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah.” (Ibthal At-Tandid, hal. 44).
2. Dakwah Menjadi Karakter Orang Muflih
Alasan mengapa umat Islam diwajibkan untuk berdakwah lainnya karena orang-orang ini termasuk ke dalam karakter orang Muflih. Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far Al-Baqir setelah membaca ayat:
“Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66).
Selain itu, dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad).
3. Dakwah Menjadi Sikap Orang Beriman
Firman Allah berikutnya yang menjadi alasan kuat mengapa umat Islam diwajibkan untuk berdakwah dijelaskan dalam surat At-Taubah. Pada ayat ini Allah menyuruh kita sebagai umat muslim melakukan ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Wal-mu`minụna wal-mu`minātu ba’ḍuhum auliyā`u ba’ḍ, ya`murụna bil-ma’rụfi wa yan-hauna ‘anil-mungkari wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa yu`tụnaz-zakāta wa yuṭī’ụnallāha wa rasụlah, ulā`ika sayar-ḥamuhumullāh, innallāha ‘azīzun ḥakīm.
Artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71).
4. Meninggalkan Dakwah Membawa Petaka
Dakwah menjadi salah satu kewajiban dalam Islam. Meninggalkan kewajiban ini dapat dianggap sebagai penyalahgunaan nikmat dan penolakan terhadap tanggung jawab yang diberikan Allah kepada umat Muslim.
Setiap kesempatan yang hilang untuk berdakwah adalah peluang yang terlewatkan untuk membimbing orang lain menuju jalan yang benar. Dalam proses berdakwah, seseorang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain secara positif.
Tidak hanya itu, adanya dakwah akan membantu mereka menjauhkan diri dari perbuatan mungkar, dan membantu mereka menemukan kebenaran. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an:
“Allah ta’ala berfirman tentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il (yang artinya), “Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-Ma’idah: 78-79).
Selain itu, Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan: “Tindakan mereka itu (mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahwa mereka meremehkan perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkara yang sepele. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap Rabb mereka niscaya mereka akan merasa cemburu karena larangan-larangan Allah dilanggar dan mereka pasti akan marah karena mengikuti kemurkaan-Nya…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241).
5. Dakwah Menjadi Tali Pemersatu
Alasan lainnya mengapa umat Islam diwajibkan untuk berdakwah karena dakwah bisa menjadi tali pemersatu umat. Allah SWT sendiri akan menyiksa berat orang-orang yang bercerai-berai. Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Wa lā takụnụ kallażīna tafarraqụ wakhtalafụ mim ba’di mā jā`ahumul-bayyināt, wa ulā`ika lahum ‘ażābun ‘aẓīm.
Artinya:
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran: 105).
Meninggalkan kewajiban berdakwah dapat membawa petaka karena dapat mengakibatkan hilangnya banyak manfaat spiritual. Hal ini membuat mengapa umat Islam diwajibkan untuk berdakwah dijalan yang diridhoi oleh Allah SWT.