Isra Mi’raj adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam agama Islam. Salah satu elemen yang memainkan peran penting dalam perjalanan ini adalah kendaraan yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam peristiwa tersebut, yaitu Buraq.
Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam yang luar biasa dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Kemudian Rasulullah dibawa ke atas langit yang lebih tinggi untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Dalam artikel kali ini, kami akan menjelaskan dengan rinci tentang kendaraan yang ditumpangi oleh Rasulullah dan peran pentingnya dalam Isra Mi’raj. Untuk itu, mari simak bersama ulasan tentang kendaraan tercepat tersebut berikut ini!
Daftar ISI
Mengenal Apa itu Buraq?
Buraq adalah salah satu makhluk surgawi yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW selama peristiwa Isra Mi’raj berlangsung. Kata tersebut berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti “kilat” atau “cahaya”.
Hal itu sesuai dengan kutipan buku tentang Isra’ Mi’raj dari Ibnu Hajar Al-Asqalani , Jalaluddin As-Suyuti, dan Fedrian Hasmand yang menyatakan bahwa kata “Buraq” merupakan turunan dari “al-barq” yang memiliki arti “kilauan”.
Buraq sendiri digambarkan sebagai makhluk yang lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari kuda, dengan sayap seperti burung di punggungnya. Makhluk ini memiliki ciri khas bercahaya dan bergerak sangat cepat.
Karena kecepatannya, peristiwa Isra’ Mi’raj yang memiliki jarak sangat jauh bisa selesai hanya dalam satu malam. Hal itu dimulai dari Masjidil Haram di Mekkah, menuju Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, lalu naik ke lapisan langit tertinggi.
Sosok makhluk yang sangat cepat ini juga sempat dijelaskan dalam sebuah hadist. Rasulullah SAW bersabda:
“Dibawakan kepadaku Buraq-sejenis hewan berwarna putih, tubuhnya lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada bagal (binatang hasil kawin silang antara kuda dengan keledai) yang langkah kakinya sejauh matanya memandang.”
“Aku pun mengendarainya sampai tiba di Baitul Maqdis. Buraq itu kutambatkan dengan tali yang digunakan oleh para nabi (untuk menambatkan hewan tunggangan mereka). Kemudian aku masuk Masjidil Aqsha dan kudirikan shalat dua rakaat di sana.”
“Setelah aku keluar, Malaikat Jibril A.S membawakan ke hadapanku segelas arak dan segelas susu. Aku lantas memilih susu. Jibril pun berkata, “Engkau telah memilih fitrah.” Selanjutnya kami dinaikkan ke langit terdekat (pertama).”
Dalam hadits lain riwayat Ma’mar dari Qatadah, dari Anas R.A. juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW sempat kesulitan saat ingin menaiki kendaraan ini:
“Pada malam Isra`, Buraq dihadirkan kepada Rasulullah SAW dalam keadaan sudah dilengkapi pelana dan tali kekang. Tapi beliau kesulitan untuk menaikinya. Jibril pun berkata kepada Buraq, ‘Apa yang menyebabkan kamu bertingkah seperti ini?”
“Demi Allah! Tidak ada seorang pun yang mengendaraimu yang lebih mulia daripada dia (Nabi Muhammad SAW).’ Ia (Buraq) pun bersimbah keringat.”
Tirmidzi meriwayatkan hadits di atas dan mengatakan bahwasanya hadist di atas hasan gharib. Sedangkan Ibnu Hibban menilai bahwa hadits tersebut adalah sahih.
Peran Buraq dalam Isra Mi’raj
Buraq memainkan peran yang sangat penting dalam peristiwa Isra Mi’raj. Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Masjidil Aqsa setelah melakukan perjalanan dari Mekah dalam sekejap mata, kendaraan itulah yang membawanya ke langit lebih tinggi.
Hewan tersebut merupakan alat transportasi surgawi yang memungkinkan Nabi Muhammad SAW untuk mencapai tempat-tempat suci dan mendekatkan diri dengan Allah SWT, bahkan hingga ke langit tertinggi sekalipun.
Selama perjalanan Isra’ Mi’raj melalui berbagai lapisan langit, Nabi Muhammad SAW berhenti di beberapa tempat, bertemu dengan para nabi sebelumnya, dan menerima berbagai wahyu dari Allah SWT.
Salah satunya adalah pertemuannya dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya yang juga disebutkan dalam sebuah hadits:
فَأَتَيْتُ عَلَى عِيسَى وَيَحْيَى، فَقَالاَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ.
Artinya:
“Lalu aku bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya. Maka keduanya berkata, ‘Selamat datang saudara dan Nabi.”
Kendaraan tersebut juga membawa Nabi Muhammad SAW melalui tujuh langit dan akhirnya sampai ke Sidratul Muntaha, yang merupakan titik akhir dari perjalanan ini. Di sinilah Rasulullah mendapatkan perintah shalat secara langsung dari Allah SWT.
Baca juga: Hukum Chatting dengan Lawan Jenis Menurut Islam
Deskripsi Lebih Lanjut tentang Buraq
Buraq memiliki beberapa ciri-ciri unik yang membuatnya istimewa. Selain cahayanya yang berkilauan, kendaraan ini juga memiliki sayap yang memungkinkannya untuk terbang dengan cepat melintasi langit-langit.
Selain itu, Buraq dikatakan memiliki wajah yang sangat tampan dan indah. Kecepatan Buraq juga patut dicatat. Dikatakan bahwa Buraq dapat menempuh jarak yang sangat jauh dalam waktu yang sangat singkat.
Hal ini memungkinkan Nabi Muhammad SAW untuk mengunjungi banyak tempat suci dalam perjalanan Isra Mi’raj tanpa harus menghabiskan waktu yang lama. Di dalam surah Al-Ma’arij Allah menyebutkan:
تَعْرُجُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Ta’rujul-malā`ikatu war-rụḥu ilaihi fī yauming kāna miqdāruhụ khamsīna alfa sanah
Artinya:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”
Dari penggalan ayat di atas dapat kita ketahui bahwa lapisan langit sangatlah tebal dan membutuhkan waktu hingga puluhan ribu tahun dunia untuk bisa melaluinya. Akan tetapi, kendaraan yang ditunggangi Rasulullah bisa melampauinya dengan cepat.
Maka, hanya dengan imanlah kita bisa meyakini peristiwa Isra’ Mi’raj ini. Abu Bakar Ash Shiddiq juga telah mencontohkan hal tersebut, di mana ia mengatakan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj adalah semata-mata karena kehendak dari Allah SWT.
Pasalnya, jika kita mengasosiasikannya dengan ilmu pengetahuan atau sains, maka akal manusia tidak akan bisa membayangkan peristiwa tersebut. Berbagai teori dari para ilmuwan juga akan mengatakan bahwa hal itu adalah mustahil.
Bahkan, ilmuwan Einstein juga menyatakan bahwa jasad manusia atau benda-benda lainnya mustahil untuk bergerak mendekati atau bahkan menyamai kecepatan cahaya. Kalaupun bisa, maka benda tersebut akan terurai.
Makna dan Simbolisme Buraq
Buraq memiliki makna dan simbolisme yang mendalam di dalam ajaran agama Islam. Kendaraan ini melambangkan kecepatan dan kemampuan untuk mencapai tingkatan spiritual yang tinggi.
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dengannya juga menggambarkan penghubung langsung antara manusia dan Allah SWT. Ini adalah pengalaman luar biasa yang menunjukkan kedekatan Nabi dengan Sang Pencipta.
Selain itu, hewan ini juga menjadi simbol persatuan antara Mekah dan Yerusalem, dua tempat suci dalam Islam. Perjalanan ini menggarisbawahi pentingnya kedua tempat tersebut dalam agama Islam dan hubungan yang erat antar keduanya.
Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Buraq adalah kendaraan surgawi yang membawa Nabi Muhammad SAW melintasi langit-langit menuju Sidratul Muntaha.
Kendaraan ini memiliki ciri-ciri unik dan simbolisme dalam agama Islam, melambangkan kecepatan, kedekatan dengan Allah, dan persatuan antara tempat-tempat suci.
Perjalanan ini adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam dan menunjukkan betapa istimewanya Buraq dalam membantu Nabi dalam pencapaiannya.