Yuk, Cari Tahu Nama Bulan Dalam Islam dan Artinya Masing-Masing!

Tahun Hijriyah memiliki karakter berbeda daripada tahun masehi yang biasa dipakai. Perbedaannya mulai dari latar belakang hingga nama-nama bulan. Lalu, apa saja nama bulan dalam Islam? Pada artikel berikut kita akan mengetahuinya bersama.

Kalender hijriyah menjadi simbol identitas umat Islam.

Penanggalan Hijriyah digunakan sebagai penentu waktu ibadah seperti waktu mulai puasa dan perayaan keagamaan seperti hari raya idul fitri.

Latar Belakang Penanggalan Tahun Hijriyah

Pada masa itu, Abu Musa Al-Asy-‘Ari sebagai gubernur Basrah menerima surat tak bertanggal lalu disampaikan kepada khalifah Umar bin Khatab. Dalam suatu riwayat disebutkan sebagai berikut.

إنَّه يأتينا مِن أمير المؤمنين كُتبٌ، فلا نَدري على أيٍّ نعمَل، وقد قرأْنا كتابًا محلُّه شعبان، فلا ندري أهو الذي نحن فيه أم الماضي

Artinya:

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, tetapi kami tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”

Oleh karena kejadian tersebut, Umar akhirnya mengajak para sahabat untuk mendiskusikannya bersama. Tujuan diskusi ini yaitu untuk menentukan kalender yang menjadi acuan bagi kaum muslimin.

Penetapan Patokan Tahun Hijriyah

Sebelum mengetahui nama bulan dalam Islam, kita perlu memahami bagaimana cara menentukan patokan awal tahun Hijriyah. 

Pada masa khalifah Umar, terdapat musyawarah dengan para sahabat yang membahas mengenai penanggalan Islam. Muncul beberapa usulan terkait patokan tanggal awal tahun. 

Ada yang mengusulkan awal tahun dimulai dari tahun diutusnya Nabi Muhammad SAW. Sebagian yang lain mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai kalender Romawi. Kalender ini menghitung penanggalan mulai dari masa raja Iskandar (Alexander). 

Usulan lain ada yang berpendapat bahwa penanggalan Islam dimulai dari tahun hijrahnya nabi ke kota Madinah. Seluruh usulan tersebut disampaikan melalui Ali bin Abi Thalib. 

Lalu, Umar bin Khatab sebagai khalifah akan berperan untuk mengambil keputusan. Berikut riwayat yang berkaitan dengan pendapat Umar atas usulan para sahabat tadi.

الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرخوا بها

Artinya:

”Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” 

Umar pun mengemukakan alasan keputusan penanggalan tersebut. Para sahabat sebagai peserta musyawarah pun setuju. Akhirnya peristiwa hijrah menjadi acuan tahun dalam penanggalan Islam.

Landasan atas keputusan tersebut pada dasarnya sejalan dengan firman Allah SWT sebagai berikut.

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه َ

Artinya:

“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya.” (QS. At-Taubah:108).

Maksud kalimat “sejak hari pertama” dalam ayat tersebut adalah hari pertama kedatangan hijrahnya nabi. Nah, moment tersebutlah yang menjadi acuan awal tahun kalender hijriyah.

Jadi, telah jelas bahwa penetapan patokan tahun hijriah yaitu berdasarkan tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. 

Nama Bulan dalam Islam dan Artinya

Sama seperti tahun Masehi, kalender Hijriyah juga memiliki 12 bulan. Berikut ini nama-nama bulan dalam Islam berdasarkan urutannya.

1. Muharram (محرم)

Muharram

Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Nama Muharram berasal dari kata “haram” yang artinya sesuatu yang dilarang atau dihormati. Pada saat itu, orang Arab mengharamkan adanya peperangan di bulan ini. 

Sementara kita sebagai umat Islam pun dianjurkan untuk meningkatkan ibadah pada bulan-bulan suci. Pada bulan Muharram, sebaiknya kita memperbanyak berbuat baik.

Misalnya dengan melaksanakan puasa sunnah Asyura pada tanggal 10 Muharram. Puasa 10 Muharram ini dapat menghapus dosa-dosa dari tahun sebelumnya.

Baca juga: Bacaan Doa Sapu Jagat dalam Tulisan Arab dan Latin, Lengkap beserta Artinya

2. Shafar (صفر)

Bulan kedua yaitu Shafar. Asal namanya terkait dengan perkampungan Arab yang disebut Shifr. Perkampungan tersebut ditinggalkan penduduknya karena mereka pergi untuk berperang. 

Ada juga yang berpendapat bahwa dinamakan Shafar karena pada masa lalu bangsa Arab terlibat dalam konflik dengan berbagai kabilah. Kabilah-kabilah yang mereka lawan menjadi kekurangan harta atau kosong.

3. Rabi’ul Awwal (ربىع الأول)

Bulan ketiga dalam kalender Hijriyah yaitu Rabiul Awwal. Nama Rabiul Awwal berasal dari kata “rabi” yang merujuk pada musim semi atau periode bunga.

Penamaan bulan ini lantaran adanya kesesuaian dengan musim semi di wilayah Arab pada saat itu. Rabiul Awwal juga dikenal sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kita memperingatinya sebagai maulid nabi.

4. Rabi’ul Akhir (ربىع الأخر)

Rabiul Akhir atau Rabiul Tsani adalah bulan keempat dalam kalender Hijriah. Nama bulan ini juga diperoleh dari kata “rabi” yang berarti musim semi atau musim bunga. Hal ini karena di Arab saat itu sedang mengalami musim semi.

Jadi, Rabi’ul Akhir merupakan bulan kedua ketika musim semi di Arab. Bulan ini juga dikenal sebagai waktu kembalinya mereka yang sedang dalam perjalanan atau yang telah berperang.

5. Jumadil Awwal (جمادى الأول) atau Jumadil Ula (جمادى الأولى)

Nama bulan dalam Islam selanjutnya yaitu bulan Jumadil Awwal atau Jumadil Ula. Penamaan bulan ini berasal dari kata “jumad” yang berarti pembekuan. Maknanya adalah bahwa saat itu, setelah musim semi datang musim dingin. 

Saat musim dingin, air membeku (jumud) sehingga bulan ini disebut pembekuan. Sebelum masuknya ajaran Islam, bulan ini dikenal dengan sebutan Jumadi Khomsah.

6. Jumadil Akhir (جمادى الأخر)

Hampir mirip dengan Jumadil Awwal, bulan keenam juga bertepatan dengan musim dingin di wilayah Arab. Sebelum Islam masuk, Jumadil Akhir dikenal sebagai Jumadi Sittah.

7. Rajab (رجب)

Rajab adalah bulan ketujuh dalam tahun Hijriyah. Bulan ini termasuk ke dalam bulan-bulan Suci. Penamaannya berasal dari kata “rajaba” yang berarti menghormati atau mengagungkan.

Pada bulan ini, orang Arab masa jahiliyah melepaskan tombak dari besi tajamnya dengan tujuan menahan diri dari peperangan. Itulah sebabnya diberi nama bulan Rajab.

Pada bulan suci ini, kita sebagai seorang muslim dianjurkan memohon ampun kepada Allah SWT.  Cara sederhananya dengan mengucap istighfar.

8. Sya’ban (شعبان)

Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriah. Nama Sya’ban berasal dari kata “sha’ba” yang berarti bercabang atau berpencar. 

Penamaan tersebut karena orang-orang Arab zaman pra-Islam biasanya berpencar ke berbagai lokasi untuk mencari sumber air. 

Bulan Sya’ban juga berperan sebagai periode persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan. Selama bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan puasa sunnah, terutama pada tanggal 15 Sya’ban yang dikenal sebagai Nisfu Sya’ban.

9. Ramadhan (رمضان)

Nama bulan dalam Islam berikutnya yaitu Bulan Ramadhan yang tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah. Bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan yang paling suci dan penuh berkah. 

Nama “Ramadhan” diambil dari kata “ramdha” yakni menggambarkan panas yang sangat kuat atau menyengat. 

Dinamakan demikian karena pada bulan ini, matahari di Arab bersinar dengan panas yang terik. Panas Ramadhan mencapai puncaknya saat musim panas di Arab. 

Karena merupakan bulan paling mulia, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Kita wajib menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari fajar hingga matahari terbenam. 

Pada bulan ini juga terdapat Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Itulah sebabnya kita harus meningkatkan keimanan selama bulan Ramadhan. Sebab, Allah melipatgandakan amal ibadah pada bulan ini.

10. Syawwal (شوال)

Syawwal adalah bulan kesepuluh dalam tahun Hijriah. Nama Syawwal berasal dari kata “shala” yang jika kita terjemahkan adalah mengangkat atau meninggalkan. Hal ini merujuk pada waktu dimana unta betina mengalami penurunan produksi air susu. 

Syawwal merupakan bulan kemenangan bagi umat Islam setelah menyelesaikan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Bulan ini juga menjadi waktu untuk merayakan hari raya Idul Fitri, sebuah momen kebahagiaan dan saling memaafkan.

11. Dzulqo’dah (ذوالقاعدة)

Bulan kesebelas dalam kalender Hijriyah yaitu bulan Dzulqo’dah. Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan yang suci. Penamaan “Dzulqo’dah” berasal dari kata “qa’ada” yang berarti duduk atau tidak berangkat. 

Dinamakan demikian karena pada bulan ini, orang Arab zaman sebelum Islam biasanya berdiam diri dan tidak berperang. Sebab, bulan ini termasuk bulan suci sehingga perang dilarang.

Dzulqo’dah juga dianggap sebagai bulan istirahat bagi umat Islam sebelum bersiap untuk menjalankan ibadah haji di bulan berikutnya.

12. Dzulhijjah (ذوالحجاة )

Dzulhijjah adalah bulan terakhir (ke-12) dalam kalender Hijriah. Bulan ini juga termasuk suci dan penuh kebaikan. Penamaan “Dzulhijjah” berasal dari kata “hajj” yang merujuk pada ibadah haji atau perjalanan ke tanah suci. 

Selama bulan ini, umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji. Dzulhijjah juga menjadi bulan pengorbanan bagi umat Islam. Ada ibadah qurban pada tanggal 10 Dzulhijjah atau dikenal sebagai hari raya Idul Adha.

Demikian nama bulan dalam Islam beserta artinya. Semoga bisa menambah pemahaman kita terkait penanggalan dalam kalender Hijriyah.

Makna Penanggalan Hijriyah Bagi Umat Islam

Sebagai umat Islam, sudah semestinya kita mengetahui tentang penanggalan Hijriyah. Terdapat beberapa makna penanggalan Hijriyah bagi umat Islam yaitu sebagai berikut.

1. Merupakan Kalender yang Diakui Allah SWT

Sebagaimana dalam firman-Nya disebutkan sebagai berikut.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya:

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36).

2. Penanda Ibadah-Ibadah Tahunan dalam Islam

Ibadah-ibadah tahunan waktunya berkaitan dengan peredaran bulan. Contohnya ibadah puasa. Dalam menentukan waktu mulainya puasa Ramadhan, kita menggunakan patokan terbitnya hilal (bulan baru). 

Dalam firman Allah disebutkan sebagai berikut.

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Artinya:

“Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.” (QS. Al-Baqarah: 185).

Kalender Hijriah juga menjadi patokan dimulainya bulan haji. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah yaitu sebagai berikut.

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ

Artinya:

“(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Bulan yang dimaksud dalam ayat tersebut yaitu bulan Syawal, Zulkaidah, dan sepuluh awal bulan Dzulhijjah. 

3. Mengatur Ibadah dengan Waktu dan Durasi Tertentu

Ada banyak hukum fikih yang berkaitan dengan kalender Hijriah. Misalnya masa iddah (masa tunggu) bagi perempuan yang tidak haid dan sudah menopause adalah tiga bulan. Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah bulan-bulan dalam kalender Hijriah.

Hal serupa terjadi dalam hukum iddah bagi wanita yang ditinggal mati oleh suaminya. Jangka waktu tersebut adalah empat bulan sepuluh hari. Dalam kasus ini, hitungan bulan juga menggunakan kalender Hijriah.

4. Menggunakan Kalender Hijriah Berarti Mengakui Identitas Islam

Kalender Hijriah adalah kalender yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam agama Islam. Itulah sebabnya penanggalan Hijriyah menjadi identitas kuat bagi umat Islam.

Sudah semestinya dengan mengetahui penanggalan Hijriyah dan nama bulan dalam Islam, kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang taat untuk mengamalkan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment