Niat Mengganti Puasa Ramadhan (Qadha) Sekaligus Senin Kamis

Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi muslim. Maka, bagi yang puasanya bolong atau berhutang, wajib niat mengganti puasa Ramadhan.

Mengganti puasa disebut juga dengan mengqadha puasa.

Adapun pelaksanaan puasa qadha yaitu pada bulan lain sebelum Ramadhan berikutnya.

Niat Mengganti Puasa Ramadhan Sekaligus Senin Kamis

Niat Mengganti Puasa Ramadhan

Ada kalanya seorang muslim tidak dapat melaksanakan puasa Ramadhan secara penuh satu bulan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari haid, kelelahan akibat perjalanan jauh, hingga sakit.

Dalam kondisi tersebut, kita boleh membatalkan puasa apabila tidak kuat. Namun, kita juga wajib mengganti sesuai jumlah hari pada bulan Ramadhan saat tidak puasa.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT:

وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ

Artinya: “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Oleh karena itu, bagi umat muslim yang punya hutang puasa perlu mengucapkan niat saat hendak melaksanakan puasa qadha.

Berikut bacaan niat mengganti puasa Ramadhan sekaligus senin kamis.

Tidak ada niat khusus, sebab Qadha puasa hukumnya wajib, sedangkan puasa Senin Kamis hukumnya sunnah, agar dapat pahala keduanya, puasa Qodho dilakukan pada hari Senin dan Kamis.

Berikut adalah lafal niatnya:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Baca juga: Tata Cara Sholat Nisfu Syaban: Niat, Doa, dan Waktu Pelaksanaannya

Cara Niat Mengganti Puasa Ramadhan

Melansir dari Rumaysho, kita wajib mengucapkan niat puasa ganti bulan Ramadhan pada malam hari atau sebelum subuh sebagaimana saat puasa Ramadhan.

Pasalnya, puasa qadha untuk mengganti puasa Ramadhan yang bolong hukumnya adalah wajib. Sehingga harus ada niat puasa pada malam hari sebelum shubuh.

Lain halnya apabila hendak melaksanakan puasa sunnah, maka boleh berniat pada pagi hari.

Aturan tersebut berlandaskan pada hadis berikut:

Dari Hafshah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Artinya:  “Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR. Abu Daud, no. 2454; Tirmidzi, no. 730

Pelaksanaan Puasa Qadha Sekaligus Senin Kamis

Kita boleh membaca niat mengganti puasa Ramadhan untuk melaksanakan puasa qadha kapan saja di luar waktu yang dilarang berpuasa.

Sementara waktu yang tidak diperbolehkan puasa meliputi Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, pelaksanaan Ramadhan selanjutnya, dan waktu puasa nazar.

Biasanya, umat muslim melaksanakan puasa qadha Ramadhan bersamaan dengan hari pelaksanaan puasa sunnah, seperti awal bulan Dzulhijah atau hari Senin Kamis.

Pelaksanaan puasa qadha bertepatan dengan puasa sunnah demikian memang diperbolehkan. Namun, pastikan bahwa kita mengucapkan niat mengganti puasa Ramadhan yang bolong.

Melansir dari halaman Bimbingan Islam, para ulama memberikan kaedah mengenai penggabungan puasa wajib dan puasa sunnah, “Barang siapa melakukan amalan sunnah, maka itu tidak bisa mencukupi yang wajib.”

Artinya, jika kita melaksanakan puasa Senin Kamis dengan niat menggabungkan qadha dan puasa sunnah, maka cenderung pada pendapat bahwa puasa wajibnya tidak sah.

Akan tetapi, jika kita melaksanakan qadha puasa bertepatan pada hari puasa sunnah, seperti Senin Kamis, dengan niat menggantii puasa Ramadhan maka puasa wajibnya sah.

Cara pelaksanaan yang demikian juga diharapkan akan mendapat pahala dari puasa sunnah.

Hal tersebut berdasarkan pada fatwa dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin yang artinya:

“Siapa yang berpuasa (dengan niat puasa sunnah) pada hari arafah atau hari asyura sedangkan dia masih memiliki hutang puasa maka sah puasa sunnahnya.

Namun, apabila dia berpuasa (di hari itu) dengan niat mengganti (qadha) puasa ramadhan maka dia mendapatkan dua pahala, pahala puasa arafah, atau puasa asyura bersamaan dengan pahala ganti puasa ramadhan.” (Fatawa shiyam: no. 438)

Baca juga: Inilah Niat Zakat Fitrah untuk Pribadi, Anak & Keluarga dan Artinya

Aturan Puasa Qadha Ramadhan

Selain bacaan niat mengganti puasa Ramadhan hari ini, kita juga perlu mengetahui beberapa aturan berikut saat melaksanakannya:

1. Tidak Boleh Dibatalkan

Puasa qadha untuk mengganti puasa Ramadhan tidak boleh dibatalkan, kecuali apabila ada udzur yang dibolehkan.

Jadi, aturannya sama dengan puasa Ramadhan yang mana hanya boleh dibatalkan karena uzur seperti haid bagi perempuan, sedang melakukan perjalanan jauh, ataupun sakit.

2. Tidak Wajib Berturut-turut

Pelaksanaan puasa qadha tidak harus secara berturut-turut. Misalnya, seorang perempuan bolong puasa Ramadhan selama 7 hari karena haid. Maka, dia dapat menggantinya secara terpisah.

Dengan kata lain, ia tidak harus berpuasa selama 7 hari berturut-turut untuk meng-qadha puasa yang bolong. Namun, ia bisa menggantinya satu per satu hingga jumlahnya sesuai.

Berikut hadist mengenai cara pelaksanaan puasa qadha:

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Tidak mengapa jika (dalam mengqadha’ puasa) tidak berurutan.” (HR. Bukhari).

Sementara mengenai jumlah harinya wajib untuk sama dengan jumlah hari puasa Ramadhan yang bolong.

Melansir dari Rumaysho, jika ada yang luput dari berpuasa Ramadhan selama satu bulan penuh, maka ia harus meng-qadha sebulan.

Aturan ini berlandaskan ayat Al-Qur’an, surat Al Baqarah 185,

فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

Artinya: “Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).

3. Wajib Niat

Telah disampaikan sebelumnya bahwa qadha puasa wajib didahului dengan niat pada malam hari atau sebelum subuh, sebagaimana kewajiban dalam melaksanakan puasa Ramadhan.

Jadi, pastikan untuk membaca niat mengganti puasa Ramadhan pada malam harinya atau saat sahur.

4. Boleh Ditunda Asal Tidak hingga Ramadhan Berikutnya

Meskipun dianjurkan untuk segera melaksanakan qadha puasa, kita boleh menundanya apabila memang belum memungkinkan. Namun, terdapat batas untuk waktu menundanya.

Jumhur ulama menetapkan bahwa penunaian qadha puasa dibatasi tidak sampai Ramadhan berikutnya (kecuali apabila ada uzur).

Hal tersebut dicontohkan oleh Aisyah dalam hadist riwayat Muslim berikut:

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ الشُّغُلُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَوْ بِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban karena kesibukan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Perlu diperhatikan juga, bahwa melakukan qadha Ramadhan melampaui Ramadhan berikutnya tanpa penyebab adanya uzur, maka akan berdosa.

Sebagai tambahkan, meskipun qadha puasa boleh dilaksanakan kapan saja, kita dianjurkan untuk segera mengganti puasa Ramadhan. Dengan kata lain, kita sebaiknya tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya.

Anjuran tersebut sesuai dengan firman Allah,

أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

Artinya: “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun: 61).

5. Wajib Qadha

Qadha puasa untuk mengganti puasa Ramadhan yang bolong hukumnya wajib. Jika sampai batal, maka kita harus menggantinya.

Melansir dari Rumaysho, aturan kelima dari qadha puasa menjelaskan mengenai batalnya puasa akibat berhubungan intim.

Apabila ada melakukan qadha puasa kemudian berhubungan di siang harinya, maka tidak ada kewajiban kafarah, yang ada hanyalah qadha disertai dengan taubat.

Itulah bacaan niat mengganti puasa Ramadhan dan tata cara melaksanakannya. Mari segera melaksanakan qadha sesuai aturan, jika memiliki hutang puasa.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment