Pengertian Malu dalam Islam dan Pentingnya Memelihara Malu

Secara umum, kita mungkin mengenal rasa malu sebagai salah satu dari sekian banyak emosi yang bisa dirasakan manusia. Namun, bagaimana pengertian malu dalam Islam? Apakah memiliki perbedaan dengan pengertian yang selama ini kita tahu? 

Rasa malu memiliki kedudukan khusus di dalam Islam. Bahkan ada hadits di mana Rasulullah berkata, “Malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali hanya kebaikan semata” (Riwayat Bukhari).

Kedudukan rasa malu di dalam Islam memang cukup tinggi. Bahkan malu itu sendiri, tidak hanya berdasar pada perilaku dan perkataan. Melainkan ada 3 yakni malu kepada Allah, malu kepada diri sendiri, dan malu kepada sesama makhluk. 

Pengertian Malu dalam Islam

Secara kebahasaan, malu di dalam At-taufiq ‘ala Muhimmat at-Ta’arif diartikan sebagai perilaku menahan diri untuk melakukan sesuatu dengan alasan takut mendapatkan celaan orang lain. 

Dari segi istilah, malu merupakan salah satu akhlak terpuji yang akan mendorong seseorang agar meninggalkan perbuatan jelek. Sekaligus menahan diri untuk merampas hak orang lain. 

Ada ulama yakni Ar-Raghib yang menyebutkan di dalam kitab Fath al-Bari bahwa malu, merupakan upaya menahan diri berbuat berbagai hal yang tidak baik atau buruk. 

Malu, adalah karakter khusus manusia yang berupa naluri menahan diri dari berbagai hal yang tak diinginkan oleh nafsu. Sehingga, ia memiliki perbedaan dengan binatang. 

Pengertian malu dalam Islam pun disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah yang mengatakan, 

“Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.”

Selanjutnya, ada penjelasan dari Al-Junaid rahimahullah mengenai pengertian rasa malu, 

“Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.’

Dari berbagai definisi di atas, kita perlu memahami bahwa rasa malu, merupakan suatu perilaku yang akan mendorong manusia meninggalkan berbagai perbuatan buruk, sehingga dapat menghalanginya dari melakukan dosa, maksiat, juga sikap lalai. 

Pentingnya Memelihara Malu

Lantaran memiliki kedudukan khusus dalam Islam, malu adalah sikap yang perlu kita pelihara. Sangat perlu kita jaga karena Islam memberikan beberapa hal yang jadi alasan mengapa rasa malu itu penting: 

1. Tak Mendatangkan Apa Pun Selain Kebaikan

Rasa malu, tidak akan mendatangkan apa pun selain hanya mendatangkan kebaikan. Malu mengajak setiap pemiliknya untuk menghias diri dengan mulia dan menjauhkan diri dari sifat hina. 

Rasulullah SAW bersabda, 

اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.

Artinya: 

“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” [Muttafaq ‘alaihi].

Hadits Riwayat Muslim pun menyebutkan: 

اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.

Artinya: 

“Malu itu kebaikan seluruhnya.”

Ya, malu pun menjadi akhlak dari para nabi. Bahkan, Nabi Muhammad SAW yang menjadi manusia terbaik, memiliki sifat ini. 

Ada yang berkata, jika Rasulullah SAW lebih pemalu daripada gadis yang tengah dipingit. Sudah sepantasnya bagi kita untuk juga menjaga dan memelihara rasa malu pada diri.

Baca juga: 10 Doa Agar Seseorang Merindukan Kita, Insyaallah Manjur

2. Tanda Seseorang Punya Kehormatan dan Harga Diri

Punya rasa malu adalah tanda bahwa seseorang punya kehormatan, harga diri, juga akhlak luhur. 

Rasulullah SAW sekali waktu berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib yang isinya berkenaan dengan pentingnya malu dalam diri seorang muslim. 

Hal ini bisa ditemukan dalam kitab Wasiyatul Mustofa yang isinya kurang lebih begini,

يَا عَلِيُّ، اَلدِّيْنُ كُلُّهُ فِي الْحَيَاءِ وَهُوَ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا حَوَى وَالْبَطْنَ وَمَا وَعَى

Artinya: 

“Wahai Ali, agama itu semuanya terdapat pada sifat malu. Sifat malu itu kamu menjaga kepala dan apa-apa yang ada disekitarnya. Dan sifat malu itu menjaga perut serta apa-apa yang ada di dalamnya.”

Maksudnya yakni sifat malu membuat seseorang punya kehormatan dan harga diri. Hal ini pun berarti orang yang punya sifat malu juga menjaga agamanya. 

3. Salah Satu Cabang Keimanan

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah berkata bahwa iman punya lebih dari 70 atau 60 cabang. Salah satu cabangnya adalah rasa atau sifat malu. Hal ini sesuai dengan sabda beliau yakni: 

اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.

Artinya: 

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598

4. Allah Mencintai Orang-Orang yang Malu

Hal ini pun menjadi alasan mengapa kita harus menjaga rasa malu, yakni karena Allah sangat mencintai orang-orang yang punya rasa atau sifat malu. Dalam Hadits Riwayat Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, 

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ يُـحِبُّ الْـحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ.

Artinya: 

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.”(HR. Baihaqi).

5. Salah Satu Akhlak Islam

Dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW pernah bersabda: 

إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.

Artinya: 

“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.” (HR. Ibnu Majah).

Itulah pentingnya rasa malu di dalam Islam sekaligus ulasan yang lengkap mengenai pengertian malu dalam Islam. Semoga kita termasuk bagian orang-orang yang memiliki rasa dan sifat malu.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment