Puasa Tarwiyah dan Arafah: Niat, Keutamaan, hingga Waktu Pelaksanaannya

Ada berbagai macam ibadah sunnah yang bisa kita laksanakan untuk memperoleh pahala dan kebaikan. Salah satunya yaitu puasa tarwiyah dan arafah.

Seperti namanya, puasa ini dilaksanakan pada hari tarwiyah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang luar biasa sehingga para ulama menganjurkan kita untuk mengamalkannya.

Mari simak lebih lanjut untuk mengenal puasa tarwiyah dan arafah.

Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah

Sama seperti ibadah puasa lainnya, kita wajib membaca niat puasa terlebih dahulu. Adapun waktu membaca niat bisa dilakukan pada malam hari hingga menjelang subuh.

Berikut bacaan niat puasa Tarwiyah dan Arafah:

1. Niat Puasa Tarwiyah

Niat Puasa Tarwiyah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.

Artinya: 

“Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”

Baca juga: Bacaan Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan, Sah!

2. Niat Puasa Arafah

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.  

Artinya: 

“Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah ta’âlâ.”

Keutamaan Menjalankan Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah

Istilah tarwiyah digunakan karena pada hari tersebut para jamaah haji membawa perbekalan air zam-zam dalam jumlah banyak sebagai persiapan untuk hari Arafah dan pergi ke Mina.

Namun, ada pula yang pendapat lain mengenai penamaan hari tarwiyah, yaitu perenungan Nabi Adam saat membangun Ka’bah dan perenungan Nabi Ibrahim setelah mengalami mimpi diperintahkan untuk menyembelih anaknya.

1. Keutamaan Puasa Tarwiyah

Hari tarwiyah berasal dari kata tarawwa. Kata dalam bahasa Arab tersebut memiliki arti membawa bekal air.

Keutamaan mengenai anjuran puasa pada hari tarwiyah menyebutkan bahwa puasa pada hari tersebut seperti puasa setahun. Akan tetapi, landasan dalil dari keutamaan ini merupakan hadits yang dinilai tidak shahih oleh para ulama.

Berikut hadits yang dimaksud:

مَنْ صَامَ الْعَشْرَ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَوْمُ شَهْرٍ ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سَنَةٌ ، وَلَهُ بِصَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ سَنَتَانِ

Artinya: 

“Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan untuk puasa pada hari tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun.”

Mengutip Konsultasi Syariah, hadits tersebut berasal dari jalur Ali al-Muhairi dari at-Thibbi, dari Abu Sholeh, dari Ibnu Abbas.

Berhubung jalur perawi yang meriwayatkan bermasalah bahkan ada yang menyebut sebagai pendusta, maka hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai landasan. Jadi, tidak ada keutamaan khusus mengenai puasa pada hari tarwiyah.

Baca juga: Apakah Mimpi Basah Membatalkan Puasa? Ini Kata Ulama

2. Keutamaan Puasa Arafah

Sedangkan untuk puasa arafah, terdapat keutamaan yaitu dapat menghapuskan dosa dari setahun yang lalu.

Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Artinya: 

“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Adapun hukum puasa arafah adalah sunnah. Sementara, untuk pelaksanaannya lebih dianjurkan bagi mereka yang tidak berwukuf di Arafah. Sedangkan untuk yang sedang berhaji, maka disunnahkan tidak berpuasa.

Hal tersebut merupakan pendapat dari Imam Syafi’I dan ulama Syafi’iyah. Adapun landasan dalilnya yaitu hadits dari Ummul Fadhl berikut:

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

Artinya: 

“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).

Pelaksanaan Puasa Tarwiyah dan Arafah

Meskipun puasa pada hari tarwiyah tidak memiliki keutamaan khusus, kita tetap boleh menjalankannya. Apalagi, memang terdapat anjuran untuk berpuasa pada tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah. Rasulullah juga melaksanakan puasa pada awal bulan Dzulhijah.

Berikut landasan dari anjuran berpuasa pada bulan Dzulhijah:

“Dari Ummul Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW melaksanakan puasa asyura, sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan tiga hari tiap bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-Albani).”

Selain itu, keutamaan amalan puasa pada awal bulan Dzulhijjah juga diterangkan dalam hadits berikut.

Dari Ibn Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

Artinya: 

“Tidak ada hari dimana suatu amal shalih lebih dicintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Tirmidzi).

Oleh karena itu, umat muslim umumnya melaksanakan puasa tarwiyah bersamaan dengan puasa pada tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah.

Namun, perlu diingat bahwa keutamaan yang didapat berasal dari pelaksanaan puasa pada awal bulan Dzulhijjah dan puasa arafah. Sedangkan, puasa tarwiyah sendiri tidak memiliki keutamaan khusus.

Tata Cara Melaksanakan Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah

Cara melaksanakan puasa hari tarwiyah dan arafah sama seperti saat puasa sunnah pada umumnya.

Sebelumnya telah disebutkan bahwa pelaksanaan puasa tarwiyah boleh bersamaan dengan puasa awal Dzulhijjah. Namun, kita boleh hanya melaksanakan puasa pada hari yang diinginkan, misalnya tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah saja.

Meskipun akan lebih baik apabila mampu melaksanakan sesuai anjuran sunnah puasa tanggal 1-9 Dzulhijjah. Kita juga lebih dianjurkan untuk tidak melewatkan puasa Arafah karena lebih utama. Tata cara pelaksanaannya yaitu sebagai berikut:

1. Membaca Niat

Pertama, kita wajib membaca niat puasa sesuai yang hendak dilaksanakan. Sama seperti saat hendak melaksanakan berpuasa sunnah lain, ucapkan bacaan niat puasa pada malam hari sebelumnya atau pagi hari, menjelang subuh.

Cara membaca niat dapat dilakukan dengan diucapkan dalam hati saja. Sedangkan untuk bacaan niatnya tergantung pada puasa yang hendak kita laksanakan.

Maksudnya, kita perlu membaca niat puasa tarwiyah jika hendak melaksanakannya. Kemudian, membaca niat puasa Arafah setelah berbuka. Atau jika hendak melaksankan puasa arafah saja, maka hanya perlu membaca niat puasa arafah.

2. Makan Sahur

Saat melaksanakan puasa, kita disunnahkan untuk makan sahur sebelum waktu subuh. Karena hukumnya sunnah, maka melaksanakan sahur dapat mendatangkan pahala.

Selain itu, sahur juga bermanfaat untuk mengisi tenaga bagi tubuh kita supaya kuat menjalani puasa.

3. Menghindari Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Seperti halnya ibadah puasa secara umum, kita juga wajib menghindari semua hal yang membatalkan puasa, termasuk makan, minum, berhubungan intim, dan sebagainya.

Selain itu, kita juga sebaiknya menghindari hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, seperti marah dan ghibah.

4. Segera Berbuka pada Waktunya

Saat waktu maghrib tiba, kita sebaiknya segera berbuka puasa. Menyegerakan berbuka pada waktunya merupakan tindakan yang sesuai dengan sunnah Rasulullah.

Nah, supaya amalan makin lengkap, kita sebaiknya tidak melupakan untuk membaca doa.

Kemudian disunnahkan untuk berbuka dengan makan kurma dalam jumlah ganjil. Setelah itu, kita disunnahkan berbuka dengan minum air, terutama air Zamzam.

Apabila tidak tersedia kurma dan air Zamzam, maka kita dianjurkan untuk berbuka dengan air biasa dan mengkonsumsi makanan manis. Selain itu, pastikan untuk makan secukupnya dan tidak berlebihan.

Demikianlah ibadah sunnah puasa tarwiyah dan arafah, serta keutamaannya. Semoga menjadi pengetahuan yang bermanfaat.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment