Mencakup tentang konsep hubungan satu sama lain, paradigma penelitian memiliki pemikiran dan kerangka yang logis. Pada pengembangan ilmu pengetahuan, konsep paradigma sangat relevan untuk penelitian. Pemahaman paradigma harus dilengkapi contoh, simaklah penjelasannya di artikel ini!
Daftar ISI
Apa Itu Paradigma Penelitian?
Istilah paradigma penelitian merujuk pada kerangka pemikiran dari para peneliti dalam memandang realita permasalahan. Biasanya, berdasarkan teori maupun ilmu pengetahuan.
Para ahli banyak yang membahas tentang paradigma. Seperti pernyataan dari Guba (1990), ia berpendapat bahwa paradigma penelitian adalah seperangkat keyakinan dan persetujuan para ilmuwan. Hal tersebut membahas tentang bagaimana masalah dipahami dan ditangani.
Selain itu, istilah ini juga berhubungan dengan epistemologi dan ontologi. Pasalnya, setiap masalah membutuhkan pandangan secara menyeluruh. Dengan demikian, para peneliti bisa memandang diri sendiri dalam kaitan pengetahuan dan strategi metodologis.
Dengan kesadaran asumsi filosofis, maka peneliti bisa meningkatkan kualitas penelitiannya sehingga mereka bisa ikut berkontribusi dalam perkembangan penelitian.
7 Tipe Paradigma Penelitian
Agar mudah dalam memahami dan menyusun karya ilmiah sesuai paradigma, sebaiknya cari tahu jenis-jenisnya terlebih dahulu. Inilah 7 jenis paradigma penelitian dan penjelasannya, yaitu:
1. Kuantitatif
Paradigma kuantitatif menyatakan ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya wawasan paling valid. Dengan kata lain, pengetahuan didapatkan dari pengalaman. Pengalaman tersebut sudah dirasakan dan diolah pikiran.
Berawal dari pengalaman, objek penelitian tidak akan jauh dari hubungan sebab akibat fenomena terdahulu. Meski berasal dari pengalaman, penelitian harus berdasarkan fakta.
Selain itu, penelitian juga harus memiliki asumsi melihat fakta sebagai landasan dasarnya. Intinya, paradigma kuantitatif menggunakan asumsi yang dibangun dari fakta. Nantinya, fakta akan melalui proses pemikiran tentang fenomena tertentu.
Bukan itu saja, jenis ini juga memandang sumber ilmu sebagai salah satu hasil pemikiran rasional dari data empiris. Oleh sebab itu, penelitian kuantitatif akan memakai variabel tertentu. Biasanya, variabel yang digunakan akan berkaitan dengan tujuan penelitian.
2. Kualitatif
Pada paradigma ini, masih menganut pendekatan humanistik. Sebab, manusia menjadi subjek penelitian dalam fenomena yang terjadi.
Penelitian kualitatif dianggap sebagai sarana menentukan perilaku manusia, baik itu terhadap diri sendiri maupun peristiwa sosial.
Berbeda dari paradigma kuantitatif, paradigma kualitatif tidak memiliki batasan dalam menguji hipotesis.
Meskipun memakai teori sebelumnya, namun sebaiknya gunakan teori baru yang sistematis. Dengan demikian, penelitian dapat diakui sebagai fakta empiris dari sumber pengetahuan valid.
Akan tetapi, verifikasinya tidak digunakan dalam penelitian. Pasalnya, penelitian kualitatif cenderung mencoba menggali faktor dari balik fenomenanya. Maka dari itu, penelitian kualitatif dianggap penting bersanding dengan hasil penelitian.
3. Kritis
Tidak sama dari paradigma penelitian sebelumnya, paradigma kritis menyatakan bahwa realitas adalah hasil dari sistem konstruksi yang dilakukan peneliti.
Bukan itu saja, peristiwa yang terjadi telah dikontrol oleh pihak paling berkuasa. Penelitian kritis ini berjalan dengan alami, namun cenderung kebetulan. Meskipun begitu, peristiwanya sudah terancang untuk membentuk realitas tertentu.
4. Subjektivitas
Pada dasarnya, fokus utama dari paradigma subjektivitas adalah pandangan para peneliti.
Pasalnya, subjektivitas menganggap pandangan dan interpretasi peneliti sebagai faktor penting. Maksud dari interpretasi, yaitu bagaimana cara peneliti memandang kejadian menjadi kenyataan.
5. Positivisme
Paradigma positivisme memiliki landasan dasar dari hukum dan prosedur (baku dan tunggal), yakni ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif. Selain itu, positivisme juga akan melibatkan berbagai variabel. Tipe paradigma ini menjadi cikal bakal dari penelitian kuantitatif.
6. Konstruktivisme
Kebalikan dari positivisme, konstruktivisme justru memandang ilmu pengetahuan sebagai kebenaran yang relatif. Tidak hanya tunggal saja, namun juga dapat berubah tergantung interpretasi setiap individu maupun kelompok tertentu. Secara umum, paradigma ini sering ada pada penelitian kualitatif.
7. Pragmatisme
Pada paradigma pragmatisme, penilaian penelitian berasal dari fakta atau realitas kejadian yang tidak selalu sama. Hal ini karena fenomenanya bisa berubah kapan saja.
Penyebab utama perubahannya adalah realitas yang masih terus bernegosiasi. Secara umum, paradigma ini adalah gabungan dari positivisme dan konstruktivisme.
Fungsi Paradigma Penelitian
Konsep paradigma sangat relevan terhadap pengembangan penelitian ilmu pengetahuan. Inilah mengapa paradigma memiliki arti pandangan dasar tentang pokok keilmuan. Adanya definisi tersebut, dapat membantu peneliti dalam mengkaji pembahasan.
Selain itu, paradigma juga berguna untuk mencari pertanyaan, cara merumuskan, dan mengatur interpretasi jawabannya. Dengan demikian, paradigma penelitian merupakan bagian paling luas dalam kesepakatan ilmiah. Namun, tetap berfungsi sebagai pembeda antar komunitas ilmiah.
Istilah paradigma memiliki kaitan yang erat dengan definisi, teori, metode, hubungan, dan ketersediaan instrumen. Biasanya, itu berlandasan untuk memandu proses yang terjadi dalam penelitian.
Oleh sebab itu, paradigma bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian.
Secara umum, bantuannya menggunakan analisis dan informasi tertentu. Dengan cara tersebut, peneliti bisa mengetahui konsep, teori, pertanyaan, dan lain sebagainya lebih mudah.
Selain itu, paradigma juga berfungsi sebagai alat untuk menganalisis dan memahami tingkat hubungan. Maksudnya yang berkaitan tentang ajaran dalam keberagaman perilaku bermasyarakat.
4 Komponen Penting dalam Paradigma Penelitian
Tidak hanya 7 tipe di atas, paradigma juga memiliki sejumlah daftar secara terminologi filosofis. Pahamilah 4 komponen penting dalam paradigma, yaitu:
1. Epistemologi
Secara sederhana, epistemologi merupakan pendekatan yang membahas penelitian lebih mendalam.
Biasanya akan berkaitan dengan proses dan usaha manusia dalam memperolehnya. Mulai dari struktur, validitas pengetahuan, sumber, hingga macam-macam metode.
Sejatinya, epistemologi memiliki cara kerja yang mulai dari spekulasi. Peneliti akan berasumsi bahwa ada banyak hal yang mereka ketahui.
Tidak beda jauh dari kebanyakan orang, asumsi adalah renungan manusia untuk menemukan pengetahuan yang bisa akurat maupun tidak. Pastinya asumsi terjadi tanpa disadari.
2. Ontologi
Definisi dari ontologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan hakikat dan asas-asas rasional. Secara kesimpulannya, ontologi berfungsi untuk mengetahui esensi terdalam dari hal-hal yang sudah ada di penelitian.
Ontologi memiliki ruang lingkup yang mencakup tentang sejauh mana materi penelitian diketahui. Menentukan ruang lingkup ontologi harus jelas dan sesuai dengan pilihan kontennya.
Pada umumnya, ontologi memiliki ruang lingkup yang membahas objek telaah. Objek telaah merupakan segala sesuatu yang ada, namun tak terikat wujud tertentu. Dengan demikian, ontologi muncul sebagai inti yang memuat objek telaah tersebut.
3. Aksiologi
Pada dasarnya, aksiologi adalah salah satu cabang ilmu filsafat. Komponen dalam paradigma penelitian ini mempelajari seputar ilmu pengetahuan. Baik itu tujuan hingga cara manusia menggunakan ilmu tersebut. Dengan demikian, peneliti harus memahami dasar-dasarnya terlebih dahulu.
Ketika mempelajari cabang ilmu, maka setiap orang bisa memahami konsep ilmu pengetahuan. Mulai dari penyebab munculnya, jenis-jenis, bentuk akhirnya, hingga pembahasan tentang cara manusia memanfaatkannya.
Dalam aksiologi, ilmu pengetahuan mencakup seluruh nilai kehidupan. Ilmu ini juga menganalisis nilai sebenarnya dari ilmu dan siapa saja yang pantas mendapatkan nilai tersebut.
4. Metodologi
Secara sederhana, metodologi penelitian merupakan pendekatan yang menjelaskan teknis. Sebagai contoh, seperti mengungkapkan metode, cara, maupun trik.
Penelitian menganut konteks paling fundamental, sehingga peneliti harus mengetahui proses menjalankan penelitiannya. Pasalnya selama menganalisa riset, pastinya membutuhkan waktu panjang dan cara lebih sistematis.
Metodologi penelitian memiliki tujuan untuk memperoleh hasil penelitian lebih kompeten, kredibel, tepat, dan dapat dipertanggung jawabkan. Lebih tepatnya, sebaiknya penelitian dapat menjawab masalah di dalamnya.
Baca Juga : Metodologi Penelitian : Pengertian, Jenis, Manfaat, serta Tujuannya
Contoh Paradigma Penelitian
Pada contoh di atas, dapat diketahui paradigma digunakan sebagai pola pikir hubungan antar variabel penelitian. Meski paradigma yang dipakai sederhana, tetapi tetap menggambarkan pola pikir yang jelas dalam sebuah penelitian.
Sudah Paham Tentang Paradigma Penelitian?
Paradigma penelitian merupakan pendekatan yang berfungsi untuk mendukung penelitian secara keseluruhan. Bukan hanya seputar teori saja, namun juga aksi langsung. Namun, itu tergantung bagaimana cara peneliti memanfaatkannya. Oleh sebab itu, sebelum menggunakan paradigma, peneliti harus memahaminya dulu.
Tujuannya untuk membuat hasil penelitian lebih siap dan maksimal. Selain itu, jangan lupakan sejumlah komponen penting dalam paradigma. Pastikan tidak melewatkan memasukkannya ke dalam penelitian. Namun, pastikan juga pilihan komponen memang relevan dengan tema penelitian.