Apakah Anda tahu siapakah khalifah Harun Ar-Rasyid? Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahannya. Bukan hanya itu, perkembangan ilmu pengetahuan di Baghdad pun semakin berkembang pesat.
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang kedua di dalam sejarah Islam dan mempunyai kekuasaan yang sangat lama. Kekuasaannya kurang lebih 524 tahun. Keberadaannya menggantikan dinasti sebelumnya yaitu Dinasti Ummayah dan salah satu pemimpin yang sangat terkenal di Dinasti Abbasiyah yaitu Khalid Harun Al-Rasyid.
Daftar ISI
Mengenal Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid
Harun Al-Rasyid merupakan khalifah yang kelima pada masa Dinasti Abbasiyah. Ia adalah putra pasangan Muhammad Al-Mahdi yang merupakan khalifah ketiga serta Al-Khayzuran binti Atta. Ibunya merupakan mantan budak dari Yaman yang terkenal akan kepribadiannya yang sangat kuat.
Harun Al-Rasyid lahir pada 766 M di Iran, tepatnya di Ray. Nama lengkapnya yaitu Abu Ja’far bin Al-Mahdi bin Al-Manshur Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas.
Berdasarkan sejarah, Harun serta saudara-saudara mendapatkan pendidikan tentang ilmu Al-Quran, musik, puisi, sejarah Islam, serta praktik hukum pada waktu itu. Harun juga mempunyai guru yaitu Yahya bin Khalid Al-Barmaki.
Pada 780 hingga 782 M, Harun menjadi pemimpin serta mendapatkan tugas untuk melakukan ekspedisi dengan melawan Kekaisaran Bizantium. Di tahun 782 M, ia berhasil mencapai Bosporus, seberang Konstantinopel.
Kemudian, ia juga berhasil mencapai kesepakatan damai dengan beberapa persyaratan yang memberikan keuntungan terhadap kaum muslim. Berkat keberhasilannya, ia pun menerima sebuah gelar kehormatan yaitu Ar-Rasyid yang mempunyai arti “petunjuk menuju jalan yang benar”.
Pembangunan Pada Masa Harun Al-Rasyid
Memahami siapakah khalifah Harun Ar-Rasyid tak cukup mengetahui silsilahnya saja. Informasi yang tak kalah penting yaitu mengetahui bagaimana pembangunan ketika Harun menjadi seorang khalifah.
Sejarah mencatat bahwa Harun merupakan pemimpin yang sangat dicintai rakyat serta ulama. Sang khalifah juga sangat mengagungkan serta memuliakan agama Islam. Ia sangat membenci perdebatan maupun perbuatan omong kosong.
Selama kepemimpinannya, Khalid Harun Al-Rasyid banyak melakukan kebijakan di bidang pembangunan. Ia membangun banyak perpustakaan di kawasan Abbasiyah. Tujuannya agar minat baca rakyat di Abbasiyah semakin tinggi karena sudah ada fasilitas yang mendukung.
Dari berbagai perpustakaan yang telah dibangun di masa pemerintahannya, salah satu yang terkenal yaitu perpustakaan bernama Baitul Hikmah. Nama perpustakaan tersebut jika kita terjemahkan ke Bahasa Indonesia, artinya Rumah Kebijaksanaan.
Baitul Hikmah adalah perpustakaan sekaligus lembaga pendidikan Islam yang pertama di Baghdad. Fungsi perpustakaan ini bukan sekadar tempat untuk membaca buku. Fungsinya lebih dari pada itu, yaitu sebagai tempat berkumpulnya para cendekiawan dan intelektual dari berbagai kerajaan.
Selain itu, Baitul Hikmah juga merupakan biro penerjemah. Maka dari itu, perpustakaan ini begitu terkenal dan keberadaannya pun menjadi simbol kehidupan serta peradaban umat Islam, khususnya mereka yang berintelektual tinggi.
Hal lain yang tak kalah menarik yaitu, Khalid Harun Al-Rasyid menerjemahkan buku pengetahuan ke bahasa Arab. Gerakan penerjemahan tersebut merupakan bentuk asimilasi yang terjadi di antara bangsa Arab terhadap bangsa lainnya.
Selain perpustakaan, khalifah Harun juga banyak melakukan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Misalnya membangun kota Baghdad di antara Tigris dan Sungai Efrat. Banyak bangunan megah di kota tersebut, termasuk tempat peribadatannya.
Khalid Harun Al-Rasyid juga membangun sarana pendidikan, kesehatan, kesenian, serta perdagangan. Lalu, ada juga majelis Al-Muzakarah yang merupakan lembaga pengkajian permasalahan terkait keagamaan yang dilangsungkan di masjid, rumah, atau istana pada waktu itu.
Upaya Khalid Harun Al-Rasyid di Bidang IPTEK
Agar mengenal siapakah khalifah Harun Ar-Rasyid bisa juga melalui bagaimana usahanya untuk mengembangkan IPTEK. Perlu Anda tahu bahwa sejak awal kepemimpinannya, Harun sudah mendorong para fuqaha untuk berijtihad di dalam menemukan hukum fisik untuk menghadapi berbagai persoalan yang kian kompleks.
Sang khalifah juga terkenal akan jasanya di bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Salah satu yang tercatat sejarah yaitu bagaimana ia memerintahkan para penerjemah untuk menerjemahkan banyak buku ilmiah yang awalnya berbahasa Yunani ke bahasa Arab.
Salah satu penerjemah yang sangat terkenal yaitu Yuhana Ibn Musawaih (wafat 857 M). Ia juga menjabat sebagai dokter istana yang berhasil menerjemahkan buku-buku kuno seputar kedokteran.
Selanjutnya ada Muhammad Ibn Ibrahim Al-Fazari (wafat 806 M). Ia merupakan seorang penerjemah yang berhasil menerjemahkan buku seputar astronomi seperti Sidhanta. Buku tersebut merupakan risalah India yang terkenal pada waktu itu.
Pada pertengahan abad yang ke-10, muncul 2 penerjemah yang tak kalah penting serta produktif. Kedua penerjemah tersebut yaitu Yahya Ibn Adi (wafat 974 M) serta Abu Ali Isa Ibnu Ishaq Ibn Zera (wafat 1008).
Khalid Harun Al-Rasyid bukan sekadar memerintahkan untuk menerjemahkan buku, ia juga tak ragu untuk memberikan penghargaan besar terhadap para ilmuan atau penerjemah tersebut. Adapun penghargaannya yaitu Harun akan menggantinya dengan emas seberat buku yang telah dihasilkan para penerjemah.
Bentuk penghargaan dari Harun Al-Rasyid dilihat berdasarkan sisi keilmuan serta keimanan. Hal tersebut membuat masyarakat memuliakan para ilmuan serta ulama.
Di masa khalifah Harun, 4 mazhab juga tumbuh serta berkembang semakin luas. Negara dalam kekuasaannya memiliki kekayaan yang melimpah, makmur, serta keamanannya terjamin. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa masih ada pemberontakan meskipun sang khalifah berhasil mengatasinya.
Pemberontakan di Masa Khalid Harun Al-Rasyid
Terdapat beberapa pemberontakan yang tercatat selama Harun Al-Rasyid berkuasa. Misalnya pemberontakan pimpinan Walid bin Tahrif (w 794 M) yang merupakan Khawarij. Kemudian ada juga pemberontakan dari pimpinan Musa Al-Kazim (w 799 M) dan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (w 792 M).
Meskipun demikian, beberapa pemberontakan berhasil diredam khalifah Harun. Hal ini sekaligus membuat namanya semakin terkenal dan banyak yang segan terhadapnya.
Wafatnya Khalifah Harun Al-Rasyid
Pembahasan berikutnya tentang siapakah khalifah Harun Ar-Rasyid yaitu seputar wafatnya sang khalifah. Meskipun pemberontakan yang terjadi berhasil diredam, namun masih terdapat pemberontakan dari Rafi Ibn Al-Laith yang membuat khalifah mengungsi ke Khurasan.
Hal tersebut sekaligus menjadi yang pertama kali bagi Harun Al-Rasyid meninggalkan ibu kota. Lalu, sang khalifah beserta pasukannya melakukan perburuan terhadap para pemberontak tersebut. Di masa perburuan, sang khalifah mengalami sakit sampai pada akhirnya menghembuskan nafas terakhir di tahun 809 M.
Ketika meninggal, usia Harun Al-Rasyid bisa terbilang cukup muda, yakni 43 tahun. Thus, Khurasan merupakan tempat ia meninggal dan makamnya berada di Dar Al-Imarah.
Penyebab Runtuhnya Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang masa kepemimpinannya berlangsung sekitar 750 sampai 1258 Masehi. Adapun pendiri Daulah Abbasiyah yaitu Abdul Abbas As-Saffah yang merupakan keturunan paman Nabi Muhammad.
Setelah 5 abad berkuasa, Daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Termasuk pasca meninggalnya Harun Al-Rasyid hingga pada akhirnya dinasti tersebut runtuh. Terdapat beberapa hal yang menjadi sebab mengapa Dinasti Abbasiyah runtuh, di antaranya:
- Perebutan kekuasaan: faktor internal menjadi salah satu kunci mengapa Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran sampai runtuh. Banyak yang menganggap bahwa pemimpin dari Daulah Abbasiyah kurang tegas sehingga membuat tentara budak atau Mamluk serta Bani Buwaih memberontak untuk merebut kekuasaan.
- Persaingan antar bangsa: persaingan berlangsung di masa Khalifah Abbasiyah berdiri. Orang Persia yang pada waktu itu menjadi sekutu merasa kurang puas dengan pemerintahan Abbasiyah dan ingin membuat dinasti sendiri sehingga terjadi persaingan.
- Serangan bangsa Mongol: serangan dari bangsa Mongol berhasil meratakan kota Baghdad yang menjadi faktor Dinasti Abbasiyah runtuh. Kekuatan tentara Mongol pada 1958 mencapai 200.000 dan langsung menyerang Baghdad. Khalifah yang terakhir Al-Musta’shim tak berdaya membendung tentara Mongol dan menandakan berakhirnya Dinasti Abbasiyah.
Sudah Paham Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid?
Demikian informasi tentang siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid dan bagaimana sejarah Dinasti Abbasiyah, terutama pada masa kepemimpinannya. Ia berhasil memakmurkan dan memajukan rakyatnya di bidang pengetahuan, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
Namun, pasca meninggalnya membuat Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran. Pada akhirnya, dinasti tersebut runtuh karena serangan dari bangsa Mongol.