Perang gerilya adalah salah satu taktik perang yang dahulu banyak diterapkan oleh tokoh pahlawan di Indonesia. Sama seperti pertempuran pada umumnya, perang ini juga memiliki sejumlah strategi khusus untuk bisa mendapatkan kemenangan.
Adapun di Indonesia, salah satu tokoh terkenal yang pernah menggunakan taktik pertempuran ini adalah Jenderal Soedirman. Ada banyak strategi yang beliau lakukan selama memimpin pertempuran dengan taktik ini demi mengalahkan musuh.
Namun, apa itu sebenarnya perang gerilya dan tujuannya? Bagaimana strategi yang harus tokoh pahlawan lakukan agar bisa memenangkan pertempuran tersebut? Nah, jika ingin tahu informasi selengkapnya tentang pertempuran tersebut, mari simak artikel ini sampai akhir!
Daftar ISI
Pengertian Perang Gerilya
Pada dasarnya, istilah pertempuran ini berasal dari bahasa Spanyol, yaitu guerilla yang berarti perang kecil. Jadi, bisa kamu pahami bahwa perang gerilya adalah taktik pertempuran yang dilakukan secara sembunyi-bunyi, tetapi penuh dengan kecepatan oleh kelompok kecil.
Hal inilah yang membuat banyak orang berpendapat bahwa pertempuran ini akan membuat hasilnya lebih fokus dan juga efektif. Adapun penggunaan taktik pertempuran ini sendiri memang cukup efektif karena mampu mengelabui, menipu, hingga melakukan sabotase terhadap lawan dalam waktu singkat.
Oleh karena itu, para tokoh pahlawan menyebut taktik pertempuran ini sangat tepat untuk menyerang musuh dalam jumlah besar. Khususnya jika kondisi lawan tidak menguasai medan perangnya. Sebab, taktik ini terjadi secara cara tiba-tiba muncul dan hilang begitu saja.
Selain itu, tentara dan rakyat yang terlibat juga akan berkeliling di beberapa wilayah medan perang. Tujuannya adalah agar pihak musuh tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi mereka tetap bisa merasa akan kapan dan di mana saja pihak lawan menyerang.
Maka dari itu, dalam pelaksanaannya, para pasukan sangat membutuhkan pangkalan-pangkalan yang sebelumnya telah masyarakat sekitar bangun. Sederhananya, melalui taktik pertempuran ini, masyarakat akat mengikat musuh dengan cara membuat mereka merasa kelelahan.
Ciri Perang Gerilya
Adapun di Indonesia, ciri-ciri perang gerilya adalah sebagai berikut:
- Para pasukan akan menyamar sebagai rakyat biasa.
- Mempunyai kemampuan untuk menyerang musuh secara tiba-tiba, sehingga musuh tidak memiliki persiapan cukup.
- Sangat menghindari terjadinya perang terbuka.
- Bisa menghilang di tengah hutan lebat maupun gelapnya malam. Inilah yang membuat taktik pertempuran gerilya sangat membutuhkan kemampuan memahami topografi medan perang.
Pelaksanaan taktik pertempuran ini semakin populer pasca terjadinya peristiwa Agresi Militer II pada tahun 1948-1949. Bahkan, setelah Indonesia terlepas dari peristiwa tersebut, Belanda kembali muncul dengan niatan untuk menguasai daerah Kerinci di Sumatera yang kaya akan hasil perkebunannya.
Strategi Perang Gerilya Jenderal Soedirman
Sebenarnya setiap tokoh perang ini mempunyai strategi masing-masing. Namun, sudah pasti setiap strategi tersebut mereka lakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, seperti nama pertempuran tersebut. Lantas, bagaimana strategi perang gerilya oleh Jenderal Soedirman? Berikut penjelasannya yang bisa kamu simak:
1. Menyusun Rute Perang Kediri di Kediri
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa awal mula perang gerilya adalah ketika munculnya Agresi Militer II. Peristiwa ini merupakan serangan militer dari pihak tentara Belanda kepada bangsa Indonesia di Yogyakarta yang terjadi pada 19 Desember 1948.
Tujuannya adalah agar status negara Indonesia merdeka hancur dan Belanda dapat kembali menguasai ibukota negara yang kala itu bertempat di Yogyakarta.
Situasi saat itu yang begitu kacau membuat Jenderal Soedirman dan seluruh pasukannya memilih untuk meninggalkan Yogyakarta. Meskipun saat itu Belanda sudah menyiapkan pesawat yang membawa bom dan menembaki sejumlah tempat-tempat penting di Yogyakarta.
Jenderal Soedirman yang sudah kelelahan secara fisik, akhirnya berhasil membawa pasukan sampai di daerah Kretek yang berlokasi sekitar 20 km dari Yogyakarta. Adapun tujuan utama Jenderal Soedirman adalah kota Kediri yang belum diduduki oleh Belanda.
Sesampainya di kota Kediri, Jenderal Soedirman langsung mengadakan pertemuan dengan beberapa pimpinan tentara yang ada di Jawa Timur. Termasuk Kolonel Sungkono.
Namun, situasi semakin runyam pasca kota Kediri tiba-tiba mendapat serbuan dari Belanda. Sehingga, mau tidak mau Jenderal Soedirman bersama pasukannya kembali melarikan diri ke arah Gunung Wilis.
Rute perang gerilya Jenderal Soedirman ini sangatlah berat. Terutama saat menuju wilayah Kediri ke Dusun Karangnongko yang berada di lereng Gunung Wilis. Bahkan, untuk menempuh perjalanan tersebut, para pasukan harus menghabiskan waktu selama 4,5 jam dengan berjalan kaki dan mendaki.
Apalagi kala itu Belanda sudah mengetahui keberadaan Jenderal Soedirman bersama pasukannya. Hal inilah yang membuatnya harus berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain serta bersembunyi di hutan. Selain itu, sebagian pasukan juga bergerak ke arah selatan untuk mengecoh tentara Belanda.
Pada saat Jenderal Soedirman berada di daerah Goliman, Kediri, ia singgah di rumah seseorang bernama Pak Badai. Di mana beliau menjadi saksi bisu jenderal dalam mengatur siasat untuk menghadapi Belanda.
2. Strategi dan Taktik Jenderal Soedirman
Seperti yang telah kamu ketahui bahwa, perang gerilya adalah taktik pertempuran dengan cara sembunyi-sembunyi oleh kelompok kecil. Artinya, untuk bisa mencapai kemenangan, pasukan harus mampu menyamar dengan alam sekaligus memahami topografi medan perang.
Menurut teorinya, pertempuran ini merupakan strategi yang cerdik karena dapat merebut persenjataan musuh dengan jumlah pasukan yang terbatas. Meski begitu, pasukan yang jumlahnya sedikit ini, perlahan-lahan terus berkembang hingga menjadi tentara reguler.
Apabila sudah begitu, otomatis jumlahnya bisa seimbang dan lebih siap dalam menghadapi musuh. Karena melakukannya secara diam-diam, sudah pasti Jenderal Soedirman membutuhkan pangkalan untuk menyusun strategi.
Dalam hal ini, Jenderal Soedirman yang saat itu baru pertama kali datang ke Kediri, membawa pasukannya untuk singgah terlebih dahulu. Tepatnya di rumah bergaya Belanda yang berlokasi di Jalan M.H. Thamrin 54, Kediri.
Keberhasilan Perang Gerilya di Indonesia
Selain pertempuran yang Jenderal Soedirman lakukan, masih banyak perang gerilya lainnya yang terjadi sejak zaman penjajahan hingga era ketika bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Adapun wujud keberhasilan perang gerilya adalah sebagai berikut:
1. Hasil Serangan Umum 1 Maret
Wujud keberhasilan pertempuran gerilya yang pertama adalah saat peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Pertempuran ini terjadi karena setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda masih ingin menguasai kembali wilayah Indonesia. Bahkan Belanda juga melancarkan agresi militer sebanyak dua kali.
Peristiwa ini tentu saja berkaitan dengan kisah sejarah perang Jenderal Soedirman pimpin. Mengetahui Belanda kembali menduduki Yogyakarta, Jenderal Soedirman akhirnya meninggalkan kota tersebut sebagai taktik bergerilya.
Strategi ini ia gunakan dengan tujuan untuk memecah konsentrasi militer Belanda. Adapun puncak peristiwanya sendiri terjadi ketika pecahnya Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Serangan inilah yang pada akhirnya berhasil memukul mundur Belanda dan menguasai kota Yogyakarta selama enam jam.
2. Hasil Perang Diponegoro
Perang Diponegoro merupakan pertempuran yang terjadi sejak tahun 1825 hingga 1830, di mana kala itu Pangeran Diponegoro berperang melawan Belanda. Dalam pertempuran ini, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya.
Jadi, wujud keberhasilan perang gerilya adalah pasukannya yang berhasil menguasai Keraton Yogyakarta pada bulan Juli 1825. Adapun pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro ini semakin meluas ke berbagai daerah lainnya. Seperti Pekalongan, Banyumas, Rembang, Kedu, dan juga Semarang.
Bukan hanya itu saja, bahkan dalam pertempuran ini, pasukan Pangeran Diponegoro juga sudah mencapai wilayah Jawa Timur. Seperti Magetan, Madiun, Kediri, dan beberapa wilayah lainnya.
Lewat taktik gerilya ini, tentara militer Belanda akhirnya kewalahan oleh kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro. Meski akhirnya Pangeran Diponegoro tetap tertangkap oleh Belanda, tetap pertempuran ini berhasil menguras kas keuangan Belanda. Sehingga hingga pihak musuh mengalami kerugian.
3. Hasil Perang Aceh
Pelaksanaan strategi perang gerilya lainnya juga rakyat Aceh terapkan saat Belanda ingin merebut wilayah mereka. Sebenarnya, pertempuran ini sudah berlangsung sejak tahun 1873. Namun, taktik gerilya baru mereka terapkan pada tahun 1881 hingga akhir pertempuran di tahun 1904.
Berkat taktik pertempuran tersebut, rakyat Aceh berhasil membuat Belanda merasa kesulitan dalam menaklukan wilayah Aceh. Bahkan, akibat pertempuran ini, Belanda memperpanjang masa perang hingga tiga dekade.
Baca Juga: Sejarah Perang Pattimura: Penyebab, Kronologi, dan Tokohnya
Sudah Lebih Paham tentang Strategi dan Taktik Perang Gerilya?
Intinya, perang gerilya adalah strategi yang dahulu banyak digunakan oleh para pahlawan dan rakyat Indonesia semasa memimpin pertempuran dengan penjajah. Peran ini memiliki hasil yang lebih fokus dan efektif karena mampu membuat musuh merasa lengah.
Hingga saat ini, perang gerilya masih menjadi taktik yang Tentara Nasional Indonesia terapkan. Terutama ketika mereka harus berperang di dalam hutan rimba. Semoga informasi seputar perang gerilya di atas dapat menambah wawasanmu tentang sejarah bangsa Indonesia, ya!