Konsep Berpikir Sejarah: Pengertian, Macam, dan Contohnya

Bicara soal sejarah, kerap kali membuat orang malas untuk mempelajarinya. Padahal, sebenarnya konsep berpikir sejarah berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar akan hal ini.

Adapun dalam sejarahnya sendiri, konsep ini sudah banyak ditemukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Lantas, sebenarnya apa itu konsep berfikir sejarah dan macam-macamnya?

Nah, untukmu yang ingin tahu penjelasan selengkapnya tentang hal tersebut, simak informasinya dalam artikel di bawah ini!

Pengertian dan Macam-Macam Konsep Berpikir Sejarah

Ilustrasi Buku Sejarah
Ilustrasi Buku Sejarah | Sumber: Freepik

Secara umum, konsep berfikir sejarah adalah cara berpikir para sejarawan pada saat membahas peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Setidaknya, ada empat konsep yang perlu kamu ketahui tentang cara berpikir yang satu ini. Berikut adalah penjelasan selengkapnya tentang keempat macam-macam cara tersebut:

1. Konsep Berpikir Kronologis

Konsep berpikir sejarah yang pertama adalah kronologis. Kamu bisa mengartikannya sebagai sebuah konsep berpikir yang dilakukan oleh sejarawan untuk membahas peristiwa sejarah secara berkesinambungan. Hal inilah yang membuat cakupan jenis kronologis ini cenderung sangat luas.

Adapun tujuannya sendiri adalah untuk membantu melatih seseorang agar bisa berpikir secara berurutan dari awal hingga akhir peristiwa. Oleh karena itu, hasil dari kerangka berpikir seperti ini akan membuat seseorang mampu berpikir secara lengkap dan kronologis sesuai sebab akibatnya.

Secara umum, konsep berfikir sejarah secara kronologis ini terbagi ke dalam empat kategori, antara lain:

  • Perkembangan, yakni waktu yang terus berjalan akan mendorong manusia untuk terus berkembang hingga akhirnya membentuk struktur masyarakat baru yang relevan sesuai dengan kondisi zamannya.
  • Pengulangan, di mana dalam sejarah terkenal ungkapan “Sejarah terulang kembali”, yang secara eksplisit menunjukkan bahwa peristiwa ini akan terus berulang dari masa ke masa.
  • Kesinambungan, di mana masyarakat mempunyai kecondongan untuk mengadopsi cara lama, baik dari segi pola maupun esensinya.
  • Perubahan, di mana hal ini dapat terjadi dalam kurun waktu singkat di masyarakat secara besar-besaran.

Kerangka berpikir seperti ini memang mampu memberikan gambaran waktu yang sifatnya linear, yaitu bergerak dari belakang ke depan atau dari kiri ke kanan. Makanya, gerakan waktu bersifat progresif, sebab memandang perjalanan waktu sebagai proses perkembangan menuju kemajuan.

Dalam pandangan inilah, pergerakan waktu akan terbagi ke dalam tiga dimensi utama, yakni masa lalu, masa kini, dan masa depan. Nah, di antara dimensi waktu itulah, sejarawan akan mempelajari peristiwa yang terjadi di masa lalu. Akan tetapi, peristiwa masa lalu ini akan memiliki keterkaitan dengan masa kini dan masa depan.

2. Konsep Berpikir Diakronis

Dalam bahasa Yunani, kata diakronis berasal dari dua kata, yakni dia yang berarti melintasi atau melewati serta chronos yang berarti perjalanan waktu. Jadi, kamu bisa memahami konsep berpikir sejarah ini sebagai suatu peristiwa yang berkaitan dengan peristiwa sebelumnya, sehingga tidak bisa berdiri sendiri.

Hal ini tidak terlepas dari kemampuan sejarawan dalam meneliti gejala-gejala yang timbul dalam waktu yang panjang, tetapi dengan ruang yang terbatas. Artinya, berpikir dengan pendekatan diakronis ini bisa menjadi cara dalam menganalisis evolusi atau perubahan dari waktu ke waktu.

Jadi, nantinya akan memungkinkan para sejarawan untuk menilai bagaimana perubahan tersebut terjadi sepanjang masa. Dalam pendekatan ini, kamu akan menyadari bahwa peristiwa yang terjadi sudah pasti akan mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa.

Adapun beberapa ciri utama dari kerangka berpikir ini adalah sebagai berikut:

  • Bersifat vertikal, karena menjelaskan tentang proses terjadinya suatu peristiwa dari awal hingga akhir.
  • Mempunyai cakupan kajian yang jauh lebih luas.
  • Adanya konsep perbandingan, sehingga mempunyai sifat historis atau komparatif.
  • Mengkaji masa yang satu dengan yang lainnya.

3. Konsep Berpikir Sinkronis

Dalam bahasa Yunani, sinkronis berasal dari kata syn yang berarti dengan dan chronos yang berarti waktu atau masa. Dengan kata lain, pendekatan ini bisa kamu artikan sebagai sikap untuk mempelajari atau mengkaji struktur suatu peristiwa dalam kurun waktu tertentu atau terbatas oleh waktu.

Konsep berpikir sejarah ini akan membuat kamu dapat mempelajari peristiwa dari sezaman atau yang bersifat horizontal. Sebab, sinkronis artinya meluas dalam ruang, tetapi justru terbatas dalam waktu.

Adapun beberapa hal yang perlu kamu pahami tentang pendekatan sinkronis ini adalah sebagai berikut:

  • Kerangka berpikir ini lebih banyak mengamati kehidupan sosial secara meluas dan berdimensi ruang.
  • Memandang kehidupan masyarakat sebagai sistem yang terstruktur dan tentunya saling berkaitan antara satu unit dengan unit lainnya.
  • Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif, dengan cara menjelaskan bagian demi bagian.
  • Menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari setiap unit dalam kondisi yang statis.
  • Mayoritas digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, politik, ekonomi, arkeologi, hingga antropologi.

4. Konsep Berpikir Periodisasi

Konsep berpikir sejarah yang terakhir adalah periodisasi. Secara umum, kerangka berpikir seperti ini bisa kamu artikan sebagai pembabakan. Maksudnya, sejarah sudah disusun sesuai dengan klasifikasi tertentu dari peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi.

Adapun tujuan dari pendekatan periodisasi yang penting untuk kamu ketahui adalah sebagai berikut:

  • Menyederhanakan rangkaian terjadinya suatu peristiwa.
  • Memudahkan pembaca dalam memahami peristiwa bersejarah.
  • Membantu untuk mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa bersejarah, yang telah terjadi.
  • Memudahkan dalam proses menganalisis perkembangan dan juga perubahan yang terjadi di setiap periode.

Contoh Konsep Berpikir Sejarah

Menelisik Sejarah Melalui Peta
Menelisik Sejarah Melalui Peta | Sumber: Freepik

Setelah mengetahui pengertian dan macam-macam konsep berfikir sejarah, tentunya kamu tak boleh ketinggalan untuk mengetahui apa saja contoh dari setiap pendekatan tersebut. Hal ini karena pada setiap pendekatan akan memiliki contoh peristiwa yang berbeda-beda. Dengan mengetahui contoh peristiwanya, maka akan lebih mudah bagimu dalam membedakan keempat jenis konsepnya, seperti berikut:

1. Contoh Kronologis

Contoh dari pendekatan kronologis yang pernah terjadi di Indonesia adalah ketika peristiwa proklamasi yang pada akhirnya lebih didahulukan dibandingkan peristiwa Rengasdengklok. Hal ini tentu tidak terlepas dari urgensi kondisi masyarakat Indonesia pada saat itu.

2. Contoh Diakronis

Adapun contoh pemaparan konsep berpikir sejarah secara diakronis dalam peristiwa bersejarah di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Penerapan Sistem Demokrasi di Indonesia

  • Demokrasi Parlementer antara tahun 1945-1959
  • Demokrasi Terpimpin antara tahun 1959-1965
  • Demokrasi Pancasila Era Orde baru antara tahun 1965-1998
  • Demokrasi Pancasila Era Reformasi antara tahun 1998 sampai sekarang

b. Urutan Presiden Indonesia Sejak Awal Kemerdekaan hingga Sekarang

  • Ir. Soekarno
  • Soeharto
  • B.J. Habibie
  • Abdurrahman Wahid
  • Megawati Soekarnoputri
  • Susilo Bambang Yudhoyono
  • Joko Widodo

3. Contoh Sinkronis

Ilustrasi Tools Peneliti Sejarah
Ilustrasi Tools Peneliti Sejarah | Freepik

Contoh konsep berpikir sejarah sinkronis bisa terlihat dari peristiwa tanam paksa yang terjadi sejak tahun 1830-1870. Tanam paksa dimulai pada tahun 1830 oleh Pemerintah Hindia Belanda, karena kas negara yang hampir kosong setelah terjadinya Perang Diponegoro dan Perang Belgia.

Kemudian, Belanda juga sempat mengalami masalah di Eropa, karena terlibat dalam banyak perang sejak tahun 1816 sampai 1830. Akhirnya, Raja William 1 mengutus Gubernur Jenderal Belanda, Johannes Van Den Bosch untuk mengatasi masalah tersebut.

Ia pun mengeluarkan kebijakan tanam paksa kepada masyarakat Hindia Belanda untuk produk pertanian yang dapat diekspor. Pemerintah kolonia mengira bahwa masyarakat bisa melunasi utang pajak tanah dengan sistem tanam paksa. Akan tetapi, yang terjadi justru membuat petani kesulitan mencari makan.

4. Contoh Periodisasi

Dalam sejarah Indonesia, periodisasi terbagi ke dalam zaman prasejarah dan zaman sejarah, dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Zaman Prasejarah

Zaman prasejarah merupakan zaman manusia sebelum mengenal tulisan. Pada zaman ini, sejarawan berhasil menemukan beberapa peninggalan benda purbakala, antara lain:

  • Artefak, yakni benda yang menunjukkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya, sebagai bukti pengubahan sumber daya alam oleh tangan manusia.
  • Fiture, yakni artefak yang tidak bisa dipindahkan, tanpa merusak tempatnya.
  • Ekofak, yakni benda dari unsur biotik, seperti fosil makhluk hidup.
  • Situs, yakni sebidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.

b. Zaman Sejarah

Zaman ini berawal ketika manusia sudah mulai mengenal tulisan, di mana terbagi ke dalam tiga masa, antara lain:

  • Zaman kuno, yang berawal sejak kerajaan tertua hingga abad ke-14 serta mendapat pengaruh dari agama Hindu dan Buddha.
  • Zaman Indonesia baru pada awal abad ke-15 sampai abad ke-18 dan mendapat pengaruh perkembangan kerajaan Islam.
  • Zaman Indonesia modern yang berawal sejak pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia merdeka, hingga sekarang.

Baca Juga: Mengenal 4 Konsep Waktu dalam Sejarah, Fungsi, dan Contoh

Sudah Lebih Paham tentang Konsep Berpikir Sejarah?

Dengan menerapkan kerangka berpikir sejarah, maka nantinya secara tidak langsung, kemampuan menganalisis akan berkembang, karena kamu dapat berpikir secara runtut dan sistematis, sesuai dengan sebab akibat dari peristiwa yang terjadi.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page