Perang Aceh terjadi antara kesultanan Aceh melawan Belanda. Latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 ini awalnya karena Belanda ingin menguasai daerah Aceh. Konon katanya, perang ini adalah perang terlama sepanjang sejarah Indonesia.
Seperti apa atar belakang perang Aceh tahun 1873-1903, kisah, dan bagaimana strategi yang digunakan oleh rakyat Aceh dalam memerangi Belanda? Baca sampai habis artikel ini untuk memahami alurnya hingga akhir perang!
Daftar ISI
Latar Belakang Perang Aceh Tahun 1873-1903
Aceh yang berada di sisi paling barat Sumatera saat itu menjadi tempat strategis untuk berdagang. Provinsi ini menjadi akses utama jalur lalu lintas perdagangan dan kebudayaan sehingga menarik perhatian warga asing untuk berniaga.
Provinsi Aceh kala itu juga dikenal memiliki kerajaan dominan. Dulunya wilayah ini kaya akan komoditi rempah-rempah terlebih lada dan pinang yang menjadi andalan.
Tidak hanya itu, di wilayah Meulaboh dan Daya bagian timur sangat terkenal sebagai pusat pertambangan emas, kayu, dan bijih logam. Kondisi inilah yang membuat banyak orang asing datang.
Kedatangan mereka ini dengan maksud beragam, ada yang berdagang, berdiplomasi, penyebaran agama, hingga ada juga pendatang yang berniat melakukan penjajahan di kawasan Aceh.
Salah satu bangsa asing yang sudah mengincar wilayah ini adalah Belanda. Awal mulanya, tahun 1824 dibentuklah sebuah perjanjian antara Belanda dengan negara berdaulat di Nusantara. Isi perjanjiannya adalah Belanda harus mengakui dan menghormati kedaulatan Aceh, begitupun sebaliknya.
Namun, sekitar tahun 1871, Belanda berkhianat dengan mengeluarkan perjanjian Traktat Sumatera yang ditandatangani bersama Inggris. Dalam perjanjian tersebut, Belanda melanggar perjanjian sebelumnya dengan mendapatkan kebebasan untuk memperluas wilayahnya di Sumatera.
Belanda tidak lagi ada kewajiban untuk menghormati hak dan kedaulatan Aceh seperti isi perjanjian London. Pengkhianatan inilah yang membuat kesultanan Aceh geram dan mengambil langkah diplomatik dengan beberapa pihak.
Belanda merespons langkah ini dengan menjadikannya alasan untuk melayangkan serangan pada Aceh tahun 1873. Pertempuran keduanya pun tak dapat dihindari dan inilah latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903.
Strategi Perang Aceh Akibat Pengkhianatan Belanda
Pengkhianatan dan keluarnya Traktat Sumatera menjadi cikal bakal terjadinya pertempuran. Selain itu, sebenarnya ada sebab lain yang juga jadi latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903.
Salah satunya, saat itu Belanda menuntut rakyat Aceh untuk tunduk padanya. Namun, tuntutan ini ditolak oleh Sultan Mahmud Syah dan penolakan ini dijawab oleh Belanda dengan deklarasi perang terhadap Aceh 1873.
Dari sinilah perang tidak bisa dihindari lagi. Kegeraman kesultanan Aceh pada apa yang sudah Belanda lakukan juga memancing amarah dari rakyat Aceh pada saat itu.
Belanda menyerang Aceh dengan mengerahkan pimpinan bernama Mayjen J.H.R Köhler. Köhler membawa pasukan lebih dari 3000 orang lengkap dengan pasukan angkatan laut untuk menyerang Aceh. Pertempuran itu terjadi di beberapa titik, seperti Pantai Cermin Ulee Lheue dan Masjid Raya.
1. Periode Perang Pertama
Latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 memicu pertempuran yang termasuk perang terlama sepanjang sejarah yang memakan waktu selama empat periode. Pada periode pertama (1873-1874) ini berlangsung selama sekitar 18 hari dan Sultan Mahmud Syah menjadi pemimpin pasukan Aceh.
Singkat cerita, periode pertama pasukan Aceh berhasil menghancurkan pasukan Belanda. Mereka mengalahkan pasukan Belanda dan membunuh banyak pasukan Belanda sehingga membuat sisa pasukan lainnya berlarian pontang-panting ke kapal-kapalnya.
Menariknya, pada pertempuran pertama ini tidak hanya pasukan-pasukannya saja yang gugur. Namun pemimpin Belanda, Köhler, juga tewas akibat serangan dari pasukan Aceh. Dengan ini, pasukan Aceh memenangkan pertempuran pertama dan berhasil mengalahkan musuh.
2. Periode Perang Kedua
Setelah gagal pada pertempuran pertama, Belanda tidak menyerah. Akibat latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 yang mereka lakukan, pertempuran dan keinginan untuk menguasai wilayah Aceh terus berlangsung.
Kali ini pemimpin Belanda adalah Jan Van Swieten. Sementara itu, pasukan Aceh dipimpin oleh Tuanku Muhammad Dawood. Pertempuran kedua Belanda berhasil menguasai istana kesultanan Aceh karena saat itu pasukan Aceh meninggalkan keraton dan bergerilya.
Namun nasib mereka tetaplah sama. Belanda tetap kewalahan melawan pasukan Aceh. Perang pertama dan kedua ini termasuk perang total saat kekuasaan politik Aceh masih utuh meskipun pusat pemerintahannya berpindah-pindah. Karena itulah pasukan Aceh selalu berhasil membuat Belanda kewalahan.
3. Periode Perang Ketiga
Perang Aceh ini disebut juga dengan perang Sabil. Mereka menjulukinya perang Sabil karena setara dengan jihad fi sabilillah melawan orang-orang kafir.
Masuk periode ketiga (1881-1896) dan geram dengan latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 di mana Belanda tidak menghormati kedaulatan daerahnya, pasukan Aceh makin semangat untuk melakukan jihad ini dibawah pimpinan bernama Teuku Umar.
Mereka bertempur melawan Belanda bersama tokoh pejuang lain seperti Cik Ditiro, Panglima Polim, dan Cut Nyak Dien. Tokoh-tokoh tersebut berhasil menggerakkan rakyat Aceh untuk berperang gerilya melawan Belanda. Karena semangat juang ini, lagi-lagi Belanda merasa kewalahan menghadapi taktik pasukan Aceh.
Menariknya, dalam periode ini muncullah tokoh Belanda bernama Snouck Hurgronje. Ia adalah seorang orientalis berkebangsaan Belanda yang sangat paham tentang Islam. Ia diutus oleh Belanda untuk memenangkan pertempuran dengan cara membangun hubungan harmonis dengan warga Aceh.
Belanda mengambil jalan dari dalam dengan memberikan tugas kepada Snouck agar mereka tahu apa rahasia kekuatan pasukan Aceh.
Singkat cerita, setelah menjalin hubungan dan menyamar, Snouck menemukan rahasianya. Rahasia kekuatan rakyat Aceh ada pada ulama dan kekuatan agamanya.
Ia mengusulkan pada Belanda untuk menghadapi ulama dengan kekuatan senjata. Selain itu, Belanda juga harus memecah belah kekuatan yang ada di dalam masyarakat Aceh. Pihak Belanda pun setuju menggunakan strategi tersebut, dan tugas Snouck membawa hasil bagi Belanda.
4. Periode Perang Keempat
Mengingat latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 untuk menguasai Aceh ini, Belanda semakin gencar melakukan perlawanan. Setelah strateginya mengutus Snouck untuk mendekati ulama berhasil, Belanda mulai bangkit.
Kebangkitan ini membuat semangat pasukan Aceh semakin membara. Kini pemimpin mereka adalah Cut Nyak Dien, istri Teuku Umar. Teuku Umar sempat tidak bergabung lagi dengan pasukan Aceh karena kabarnya sempat menjalankan strategi yakni pura-pura menyerah pada Belanda.
Rakyat Aceh terus melawan Belanda bersama pemimpinnya dan pejuang perempuan lainnya. Mereka terus berjuang hingga akhirnya Teuku Umar kembali bergabung bersama pasukan Aceh. Namun sayang, tahun 1899 Teuku Umar gugur dalam pertempuran.
Sepeninggal Teuku Umar dan tokoh lainnya, kondisi rakyat Aceh mulai melemah. Terlebih strategi Belanda yang mengambil jalan dari dalam tadi semakin mulus dan semakin memperlemah jalan pasukan Aceh. Kemudian, tahun 1905 istri Teuku Umar ditangkap dan wafat tahun 1910.
Akhir Kisah Perang Aceh Tahun 1873-1903
Perjalanan melawan Belanda ini membawa akhir yang tidak diharapkan. Strategi yang Belanda jalankan untuk terus menyerang Aceh dengan menyuruh Snouck selalu berjalan mulus dan semakin melemahkan pertahanan rakyat.
Latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 yang terjadi karena Belanda ingin menguasai Aceh ini akhirnya selesai dengan menyerahnya Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah dan Panglima Polem setelah mendapatkan tekanan luar biasa secara bertubi-tubi.
Keduanya menyerah dengan menandatangani perjanjian tanda menyerah bernama Traktat Pendek. Setelah menandatangani surat tersebut, Belanda pun berhasil menguasai seluruh wilayah Aceh dan membubarkan Kesultanan Aceh.
Meski begitu, sebenarnya Belanda tidak benar-benar menguasai seluruh wilayahnya. Sebab rakyat Aceh yang tidak terima terus melakukan perlawanan demi perlawanan untuk merebut kembali wilayah yang mereka miliki.Â
Baca Juga: Perang Gerilya Adalah: Pengertian, Strategi, dan Hasilnya
Itulah Latar Belakang Perang Aceh Tahun 1873-1903!
Perang Aceh adalah perang terlama sepanjang sejarah antara rakyat Aceh melawan Belanda. Dari kisah ini, kita bisa mengetahui apa latar belakang perang Aceh tahun 1873-1903 dan mengapa Belanda berkhianat pada Kesultanan Aceh sehingga melahirkan pertempuran.
Meski Belanda akhirnya berhasil menguasai Aceh, namun semangat pasukan Aceh untuk mempertahankan wilayahnya sangatlah kuat. Oleh karena itu, sikap ini harus kita contoh sebagai pelajaran bahwa kita tidak boleh menyerah untuk melawan kezaliman yang terjadi.