Dari masa kerajaan hingga penjajahan oleh pihak asing, terdapat berbagai ajaran agama yang masuk seperti Hindu Buddha. Lalu, masuknya agama Hindu sendiri ke Indonesia, terdapat beberapa teori yang menjelaskannya, seperti teori kesatria, brahmana, waisya, dan arus balik.
Dalam teori tersebut, ternyata mempunyai beberapa informasi yang bisa kamu gali dan menjadikannya bahan pembelajaran. Jika kamu ingin mencari tahu lebih dalam, bisa menyimak penjelasan di bawah ini.
Daftar ISI
Apa itu Teori Kesatria?
Sebelum ke penjelasan teorinya, agar mempermudah pemahaman kamu, kenali dahulu mengenai “Kesatria”. Saat masuknya ajaran Hindu Buddha, setiap orang dikelompokan dalam beberapa tingkatan masyarakat atau kasta. Kemudian kasta ini terbagi ke dalam beberapa kelompok yaitu Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra.
Kasta Kesatria sendiri merupakan kelompok masyarakat yang terdiri dari prajurit atau perwira dengan jiwa pemberani dan berada di sebuah kerajaan atau daerah. Sehingga, bisa dibilang masyarakat yang memegang kasta tersebut sangatlah penting untuk menjaga keutuhan dan kedamaian suatu wilayah atau kerajaan.
Lalu, teori kesatria merupakan teori yang menjelaskan masuknya ajaran agama dan budaya Hindu Buddha ke Indonesia melalui para golongan prajurit atau perwira. Para prajurit atau perwira ke Indonesia saat itu karena mengalami kekalahan perang saat di India dan ingin mencari tempat tinggal untuk bertahan hidup.
Maka dari itu, para prajurit atau perwira yang berasal dari India dan tinggal lama di sana, saat datang ke Indonesia secara tidak langsung mereka membawa agamanya. Saat itu, mereka datang dari India ke Indonesia melalui jalur laut atau perdagangan.
Penemu Teori Kesatria
Teori kesatria pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bernama Cornelis Christiaan Berg atau biasanya C.C. Berg. Beliau memiliki riwayat kelahiran di Bandung pada 7 Februari 1934. Selain itu, beliau yang lahir di Indonesia tersebut ternyata memiliki garis keturunan Belanda.
Kemudian, Cornelis Christiaan Berg memiliki riwayat pendidikan di sekolah hortikultura di Breda. Lalu, pada tahun 1962, beliau lulus dari Universitas Utrecht di Belanda dan tahun 1964 mendapat gelar PhD. Selain itu, C.C. Berg dalam mendapatkan gelar PhD hanya butuh menempuh pendidikan 2 tahun saja.
Jika dilihat, beliau menulis tesis tentang botani dengan judul Studies in Moraceae dan dicetak di Flora Neotropica. Namun, C.C. Berg juga tertarik dengan sejarah yang ada di Indonesia seperti masuknya ajaran dan budaya Hindu Buddha. Sehingga, beliau membuat karya tulis yang fenomenal dengan judul Sejarah Jawa.
Dalam buku tersebut, beliau ingin mencoba memberikan pemikiran baru mengenai sejarah di Indonesia, khususnya Jawa kuno. Akan tetapi, pengertian baru yang Cornelis Christiaan Berg jelaskan harus berhenti di tengah jalan.
Alasanya, karena sudut pandang beliau terlalu intelektualis dan memiliki pandangan buruk mengenai penduduk lokal Indonesia.
Kelebihan dari Teori Kesatria
Selanjutnya penjelasan mengenai kelebihan atau yang memperkuat adanya teori ksatria, antara lain:
1. Hancurnya Kerajaan di India Selatan
Seperti yang sudah kamu ketahui bahwa para perwira atau prajurit dari India yang membawa agamanya ke Indonesia. Maka dari itu, faktor yang mendukung teori ini berupa kerajaan-kerajaan di India Selatan yang hancur saat peperangan.
Kemudian, perwira atau prajurit mulai pergi mencari tempat tinggal untuk bertahan hidup dan mereka memilih Nusantara.
2. Adanya Keberanian dan Semangat Menaklukan Suatu Wilayah
Seorang prajurit atau perwira pastinya mempunyai rasa keberanian dan semangat dalam melakukan segala hal terutama untuk menaklukan suatu wilayah. Sehingga, dari adanya motivasi dalam diri tersebut, membuat mereka menduduki kasta kesatria.
Maka dari itu, dengan jiwa semangat dan berani akan menjadi faktor yang memperkuat teori kesatria.
Kekurangan dari Teori Kesatria
Adapun beberapa kekurangan atau yang memperlemah dari adanya teori ksatria tersebut, antara lain:
1. Kaum Kesatria Tidak Bisa Memakai Bahasa Pallawa dan Sansekerta
Dalam memahami sebuah bahasa tentunya setiap orang harus bisa melakukannya. Sehingga, saat itu, para prajurit atau perwira yang tidak berkasta kesatria tidak bisa memakai aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Namun, perlu kamu ketahui bahwa saat itu kerajaan-kerajaan di Indonesia yang menganut ajaran Hindu Buddha memakai bahasa dan aksara tersebut.
2. Tidak Menemukan Bukti Prasasti
Kevalidan atau kebenaran sebuah teori sejarah bisa terlihat ketika adanya sebuah prasasti. Namun, dalam teori kesatria, tidak ada kalimat yang tertulis dalam sebuah prasasti dan menceritakan datangnya kaum kesatrian ke Indonesia.
Selain itu tidak ada bukti prasasti yang membawa ajaran serta kebudayaan Hindu Buddha. Sehingga, kebenaran teori ini masih diragukan.
3. Tidak Ada Catatan yang Menjadi Bukti
Salah satu faktor yang menjadikan kekurangan teori ini yaitu tidak ditemukannya bukti catatannya. Bukti-bukti yang memperkuat teori tersebut tentunya tidak hanya berupa tulisan di prasasti, namun juga di buku catatan terdahulu.
Sehingga, dengan tidak adanya bahan literatur itu, tidak bisa menjadi bukti bahwa kaum kesatria pernah ke Indonesia.
Para Pendukung Teori Kesatria
Kemunculan teori ini ternyata memiliki dukungan dari beberapa ahli di luar sana, yaitu:
1. Moekerji
Orang pertama yang mendukung teori ini adalah Moekerji. Beliau mengungkapkan pendapatnya bahwa kaum yang berperan penting dalam menyebarkan ajaran dan kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia yaitu orang-orang dengan kasta kesatria.
Kemudian para kaum kesatria yang tinggal di India tersebut saat berperang mengalami kekalahan. Lalu, mereka mencoba mencari tempat tinggal baru dengan datang ke Nusantara atau Indonesia.
Setelah itu, saat mereka sudah bertempat tinggal di Indonesia, mulai mendirikan kerajaan-kerajaan baru. Kemudian, mereka mendatangkan seniman dari India untuk membangun candi di Indonesia. Tidak hanya itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan kerajaan-kerajaan di India dalam hal perdagangan.
2. J.L Moens
Adapun dukungan dari seorang ahli bernama J.L Moens dalam sebuah penelitian yang beliau lakukan. J.L. Moens menyatakan pendapatnya bahwa memasuki abad ke-5, banyak kerajaan di India Selatan mulai hancur. Sehingga para penduduk terutama keluarga kerajaan yang selamat mulai mencari tempat tinggal baru.
Lalu, pada akhirnya melarikan diri ke wilayah Indonesia. Kemudian, mereka mulai membangun kerajaan-kerajaan baru di Indonesia dengan ajaran dan kebudayaan Hindu Buddha yang tersebar di beberapa pulau.
Para Penentang Teori Kesatria
Namun, perlu kamu ketahui juga bahwa kemunculan teori ini tetap memiliki pihak-pihak yang tidak mendukungnya, yaitu:
1. Nicolaas Johannes Krom
Salah satu penentang dari adanya teori ini adalah Nicolaas Johannes Krom. Beliau termasuk orang yang sudah berpengalaman dalam melakukan pengamatan dan penelitian mengenai masuknya ajaran dan budaya Hindu Buddha di Indonesia.
Beliau menyatakan bahwa dalam penyebaran ajaran dan kebudayaan Hindu Buddha yang dilakukan oleh kaum kesatria masih memiliki unsur Indonesia. Sehingga tidak semua penyebarannya menggunakan budaya yang sudah ada di tempat tinggal mereka, India.
Maka dari itu, Nicolaas Johannes Krom mengambil kesimpulan bahwa berbagai budaya di Indonesia ikut menjadi pedoman dalam pembentukan ajaran dan budaya Hindu Buddha. Keadaan tersebut bisa mungkin terjadi karena penduduk lokal tidak merasa terancam dengan kedatangan perwira atau prajurit India.
2. Frederik David Kan Bosch
Orang yang menentang kemunculan teori kesatria berikutnya yaitu Frederik David Kan Bosch. Alasan beliau tidak mendukungnya karena kebenaran teori ini belum bisa dibuktikan. Kemudian, beliau beranggapan ketika seorang raja dari India berhasil menaklukan wilayah yang jauh, pastinya akan meninggalkan catatan.
Sehingga, Frederik mengambil kesimpulan bahwa masih belum ada prasasti atau catatan yang ditemukan dan menjelaskan keadaan saat itu. Selain itu, menurut beliau ketika penduduk India datang ke Indonesia dan menetap, pastinya ada beberapa proses perkawinan dengan penduduk lokal.
Namun, beliau tidak menemukan satupun ciri-ciri penduduk lokal yang memiliki garis keturunan kesatria dari India. Wilayah yang sudah beliau observasi seperti Jawa dan Bali yang mana kedua wilayah ini memiliki penyebaran ajaran dan kebudayaan Hindu Buddha cukup cepat.
Sudah Tahu Tentang Teori Kesatria?
Itulah beberapa penjelasan mengenai teori kesatria dari pengertian hingga orang-orang yang mendukung atau menentangnya. Semoga pembahasan di atas bisa menjadi bahan pembelajaran kamu.