10 Daftar Pahlawan Revolusi dan Biografi Singkatnya!

Pahlawan revolusi adalah para tokoh yang mengorbankan nyawa mereka dalam peristiwa bersejarah di Indonesia pada tahun 1965. Dalam artikel berikut, kita akan memberikan daftar pahlawan revolusi G30S PKI. 

Setelah meninggal, jasad mereka dibuang di dalam sebuah sumur di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Kemudian Satuan Resimen Anggota Komando Angkatan Darat menemukan mereka pada tanggal 4 Oktober 1965 dalam sebuah sumur tua dengan kedalaman sekitar 12 meter.

Daftar Pahlawan Revolusi dan Biografi Singkatnya

Berikut 10 daftar pahlawan revolusi yang mendapatkan pengakuan dari pemerintah karena jasa mereka dalam peristiwa G30S PKI. Hingga saat ini, mereka tetap mendapatkan penghormatan sebagai pahlawan nasional. 

1. Jenderal TNI Ahmad Yani 

1. Jenderal TNI Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani | Sumber: Kompas.com

Beliau adalah salah satu korban peristiwa G30S PKI dan merupakan satu dari daftar Pahlawan Revolusi. Lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada tanggal 19 Juni 1922, Ahmad Yani mengabdikan dirinya pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai seorang pemuda, ia berpartisipasi dalam wajib militer dan bertugas sebagai tentara Hindia Belanda. Saat pendudukan Jepang di Indonesia, beliau menjadi anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Setelah kemerdekaan Indonesia, Ahmad Yani bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang saat itu terkenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di Magelang, beliau memimpin pasukan dan berhasil mempertahankan kota tersebut dari serangan tentara Inggris pasca-proklamasi kemerdekaan.

Ahmad Yani juga terlibat dalam perang gerilya melawan Belanda selama agresi militer Belanda. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, beliau memimpin pasukan khusus, Banteng Raiders, untuk menumpas pemberontakan Darul Islam oleh Kartosuwiryo di Kota Tegal.

Namun, pada tanggal 30 September 1965, pasukan Cakrabirawa menculiknya dan beliau tewas dengan luka tembak di kediamannya. Penemuan jasadnya terjadi pada tanggal 4 Oktober 1965. Pemakamannya berlangsung secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

2. Mayor Jenderal Siswondo Parman

2. Mayor Jenderal Siswondo Parman
Siswondo Parman | Sumber: Teras Info

Selanjutnya yang masuk daftar pahlawan revolusi yakni Siswondo Parman yang lahir pada 14 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. Beliau awalnya mengejar karir kedokteran, tetapi Jepang menjajah Indonesia dan mengubah arah hidupnya.

Saat era pendudukan Jepang, Parman bekerja sebagai polisi militer Kempeitai. Kemudian, beliau menjalani pelatihan intelijen di Jepang. Setelah Indonesia merdeka, beliau bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan menjadi kepala staf polisi militer di Yogyakarta.

Parman terkenal karena berhasil menggagalkan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) oleh Raymond Westerling. Akibatnya, beliau harus ke Amerika untuk menjalani pelatihan polisi militer.

Parman pernah menjabat di berbagai posisi penting, termasuk sebagai atase militer di Inggris dan asisten intelijen KSAD Jenderal Ahmad Yani. Namun, pada 30 September 1965, pasukan Cakrabirawa menculik dan menembaknya di Lubang Buaya bersama dengan perwira lainnya.

3. Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan

3. Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan
Donald Isaac Pandjaitan | Sumber: Viva

Salah satu dari daftar Pahlawan Revolusi lainnya yakni Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan yang lahir di Balige, Sumatra Utara, pada 9 Juni 1925. Saat Jepang menguasai Indonesia, beliau bergabung dengan Gyugun di Pekanbaru setelah menyelesaikan pendidikan SMA.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, beliau bergabung dengan TKR dan menjabat sebagai komandan batalyon. Kemudian, beliau menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada 1948.

Selama Agresi Militer Belanda I dan II, Pandjaitan memimpin Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, beliau naik jabatan menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium I Bukit Barisan di Medan, lalu Kepala Staf T dan T II/Sriwijaya.

Pada 1963, beliau mengikuti kursus militer di Amerika Serikat. Pandjaitan juga menjadi atase militer Indonesia di Bonn pada tahun 1960. Pada tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa menculik dan membunuhnya di Lubang Buaya.

4. Mayjen M.T. Haryono

4. Mayjen M.T. Haryono
M.T Haryono | Sumber: Biografiku

Mayjen M.T. Haryono merupakan salah satu tokoh yang masuk daftar pahlawan revolusi. Beliau lahir di kota Surabaya, Jawa Timur, tepatnya pada 20 Januari 1924. 

Setelah pendidikan dasarnya, beliau sempat mengejar studi di Sekolah Tinggi Kedokteran pada masa pendudukan Jepang. Meskipun beliau tidak selesai sekolah saat itu karena Jepang menyerah.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, MT Haryono bergabung dengan TKR dan memegang pangkat Mayor. Selama perjuangan kemerdekaan, beliau terlibat dalam delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda, seperti Konferensi Meja Bundar (KMB).

Kemampuannya dalam bahasa asing, termasuk Jerman, Belanda, dan Inggris, membuatnya menjadi atase militer Indonesia di Belanda. Setelah itu, beliau kembali ke Indonesia dan menjadi Asisten atau Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani, bertanggung jawab dalam bidang pembinaan dan perencanaan.

5. Mayjen R. Suprapto

5. Mayjen R. Suprapto
R. Suprapto | Sumber: Kompas.com

Berikutnya, ada Mayjen R. Suprapto yang lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada 20 Juni 1920. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, beliau mengikuti pelatihan militer di Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, yang terhenti akibat pendudukan Jepang.

Setelah Jepang menguasai Indonesia, R. Suprapto ditahan namun berhasil melarikan diri. Beliau mengikuti pelatihan keibodan, syuisyintai, dan seinendan oleh Jepang, lalu bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Setelah kemerdekaan Indonesia, R. Suprapto bergabung dengan TKR dan berperan dalam pertempuran Ambarawa bersama Jenderal Sudirman melawan tentara Inggris. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, beliau menjadi Kepala Staf T&T IV/Diponegoro di Semarang.

Selanjutnya, beliau pindah ke Jakarta sebagai staf Angkatan Darat dan Kementerian Pertahanan. Kemudian, menjadi Deputi Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatra di Medan, lalu kembali ke Jakarta sebagai Mayor Jenderal.

Namun, pada 1 Oktober 1965, R. Suprapto diculik oleh Pasukan Cakrabirawa dengan dalih dipanggil untuk menghadap Presiden Soekarno. Ia kemudian dibawa ke Lubang Buaya.

6. Mayjen TNI Sutoyo Siswomiharjo

6. Mayjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo | Sumber: Tribun Manado

Beliau lahir di Purworejo, Jawa Tengah, tepatnya pada 28 Agustus 1922. Saat setelah menyelesaikan pendidikan di Algemeene Middelbare School (AMS), beliau belajar di Sekolah Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta dan kemudian bekerja sebagai pegawai pemerintah di Purworejo sebelum berhenti pada tahun 1944.

Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, Sutoyo Siswomiharjo bergabung dengan Polisi Tentara Keamanan Rakyat dan menjadi ajudan Jenderal Gatot Subroto, yang saat itu menjadi komandan polisi militer.

Setelah bertugas di polisi militer, beliau menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Militer pada tahun 1954 dan kemudian asisten atase militer di Kedubes Indonesia di Inggris. Kemudian setelah menyelesaikan sekolah staf dan komando di Bandung pada tahun 1960, Sutoyo menjabat sebagai Inspektur Kehakiman Angkatan Darat.

Beliau kemudian naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal TNI sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama. Namun, Sutoyo Siswomiharjo termasuk dalam daftar pahlawan revolusi yang dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa.

7. Kapten Czi. Pierre Tendean

7. Kapten Czi. Pierre Tendean
Pierre Andries Tendean | Sumber: Disway

Pierre Andries Tendean, lahir pada 21 Januari 1939 dengan impian menjadi seorang tentara sejak kecil. Setelah menyelesaikan pendidikannya, beliau bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD). Ia juga ikut dalam operasi militer melawan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.

Setelah lulus, Pierre menjadi Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan. Kemudian, beliau bergabung dengan Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) dan ditugaskan sebagai intelijen di Malaysia selama konfrontasi dengan Indonesia.

Pierre naik pangkat menjadi Letnan Satu dan menjadi ajudan Jenderal A.H Nasution. Pada 1 Oktober 1965, Pasukan Cakrabirawa menculik Jenderal A.H Nasution, tetapi karena kebingungan, mereka membawa Pierre Tendean. 

Nasution berhasil melarikan diri dengan luka di kakinya. Pierre Tendean mendapatkan siksaan bersama perwira tinggi lainnya. Jasadnya dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya, Halim Perdanakusuma.

8. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo

8. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo
 Katamso Darmokusumo | Sumber: Insiden 24

Katamso Darmokusumo adalah salah satu pahlawan revolusi yang menjadi korban G30S PKI di Yogyakarta. Beliau lahir di Sragen, Jawa Tengah, pada 5 Februari 1923. Ayahnya, Ki Sastro Sudarmo, berasal dari golongan menengah.

Katamso meninggal pada 2 Oktober 1965 setelah terbunuh di Kentungan, Yogyakarta. Penemuan jasadnya pada 21 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Beliau mendapat gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Keputusan Presiden RI No.118/KOTI/Tahun 1965 tanggal 19 Oktober 1965.

9. Kolonel Anumerta Sugiyono

9. Kolonel Anumerta Sugiyono
Sugiyono | Sumber: Kompas.com

Sugiyono masuk dalam daftar Pahlawan Revolusi yang lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, Gunung Kidul, Yogyakarta. Selama pendudukan Jepang, ia menerima pendidikan militer dari PETA dan menjadi Budanco di Wonosari.

Sugiyono berkarir dalam militer dan terlibat dalam beberapa penumpasan pemberontakan. Pada 1 Oktober 1965, beliau ditangkap di Markas Korem 072 lalu terbunuh di Kentungan, Utara Yogyakarta. Penemuan jasadnya yakni pada 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

10. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun

A.I.P. II Anumerta K. S. Tubun
K.S Tubun | Sumber: Okezone.com

K. S. Tubun meninggal ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) menyerbu rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, yang sedang beliau jaga. K.S. Tubun dan Leimena sebenarnya bukan sasaran PKI, tetapi kediaman Leimena bersebelahan dengan Jenderal Nasution yang merupakan target PKI. 

Agar bisa menyerang Jenderal Nasution, pasukan PKI harus menghentikan penjagaan kediaman Leimena, yang menyebabkan tewasnya K.S. Tubun. K.S. Tubun menjadi salah satu dari 10 Pahlawan Revolusi pertama dari Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Polri, dan namanya abadi sebagai nama kapal perang dan jalan.

Sudah Lebih Tahu Daftar Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI?

Kesimpulannya, dengan memahami lebih dalam tentang daftar pahlawan revolusi yang menjadi korban peristiwa G30S PKI, kita dapat menghargai jasa mereka dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan negara. 

Nama-nama yang telah kita ketahui dalam artikel di atas adalah contoh nyata keberanian dan kesetiaan terhadap negara, bahkan hingga mengorbankan nyawa. Semua pahlawan revolusi ini telah memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page