Ekonomi biru merupakan konsep pembangunan yang fokusnya pada nilai ekonomi SDA laut Indonesia. Konsep ini memiliki prinsip yang berkelanjutan. Jadi, hal ini harus didorong untuk terus diaplikasikan pada sektor perikanan Indonesia. Agar lebih memahaminya, silakan simak ulasan lengkapnya pada artikel berikut ini.
Daftar ISI
Apa Itu Ekonomi Biru?
Ekonomi biru merupakan kegiatan yang bisa menghasilkan keuntungan untuk masyarakat dan SDA. Jadi, blue economy ini tidak hanya terbatas pada sektor perikanan dan budidaya air saja, melainkan juga bisa dikembangkan menjadi sektor pariwisata, transportasi, dan tambang.
Namun, untuk penekanannya lebih bersifat lokal yang tujuannya adalah agar keuntungan tersebut bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Meski begitu, blue economy ini bukan berarti ekonomi lokal.
Jadi, masyarakat tetap bisa melakukan pengembangan yang baik dengan basis teknologi yang dilakukan secara berlanjut. Selain itu, blue economy juga bisa diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang berlangsung pada wilayah kelautan.
Kegiatan blue economy ini sendiri sudah dilakukan oleh negara kepulauan maupun negara dengan luasan laut yang besar. Sementara menurut Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Blue economy merupakan kegiatan yang terjadi di wilayah pesisir pantai dan pulau kecil.
Menurut Bank Dunia, blue economy merupakan pemanfaatan SDA laut yang berwawasan lingkungan. Hal tersebut bisa digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pelestarian ekosistem laut.
Selain itu, blue economy ini juga mencakup banyak sektor laut. Mulai dari perikanan, pariwisata, transportasi air, hingga mitigasi perubahan iklim. Jadi, untuk mewujudkan negara yang sejahtera, maka sektor-sektor tersebut harus dikelola dengan konsep berkelanjutan.
Prinsip Ekonomi Biru
Ini adalah konsep yang bertujuan untuk membangun sistem ekonomi berkelanjutan. Di mana hal ini didasarkan pada prinsip alami dan lokal. Konsep ini sendiri dikembangkan oleh Gunter Pauli di tahun 2010 lalu.
Melalui bukunya yang berjudul “Blue Economy-10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs”, Gunter Pauli menjelaskan perbedaan cara pandang dan cara kerja dari red, green, and blue economy.
Ekonomi biru hadir dengan perbedaan paling mendasar. Hal tersebut bisa Anda lihat dari konsep ekonominya. Konsep dari red economy berfokus pada pengambilan SDA dan menghabiskan lingkungan dan green economy yang berfokus pada perhatiannya untuk energi alternatif dan lingkungan yang berkelanjutan.
Berbeda dengan konsep blue economy yang gagasannya lebih maju dari red economy, karena bersifat ramah lingkungan. Tujuannya pun untuk mentransformasikan sistem ekonomi secara menyeluruh.
Cara kerja konsep dari blue economy bisa menciptakan kesempatan kerja di masa mendatang. Selain itu, konsep ini juga membuat ekonomi dan kehidupan masyarakat lebih maju ke arah berkelanjutan.
Konsep dari blue economy awalnya bukan sekedar membahas pemanfaatan SDA laut secara berkelanjutan saja. Melainkan lebih fokus pada pentingnya transisi sumber energi bersih yang diperbarui. Selain itu, konsep ini juga bertujuan untuk menciptakan economic alternative yang adil dan berkelanjutan secara keseluruhan.
Menurut Gunter Pauli, blue economy harus menghormati integritas ekosistem. Jadi, satu-satunya langkah paling aman untuk mencapai kemakmuran jangka panjang adalah dengan mengembangkan ekonomi sirkular.
Blue economy mengambil inspirasi dari alam. Jadi, konsep ini memanfaatkan SDA secara lebih efektif dalam kesatuan ekosistem alami. Tujuannya adalah untuk regeneratif sumber daya agar tetap terjaga. Konsep ini juga menciptakan nilai tambah lewat keterlibatan dalam siklus sumber daya sebagai simbiosis.
Salah satu contohnya adalah limbah yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya bernilai. Selain itu, limbah ini juga bisa diubah menjadi produk yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Tujuan utama dari adanya blue economy adalah untuk memperkuat sistem ekonomi lokal. Selain itu, konsep ini juga bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menekan dampak negatif lingkungan dan SDA.
Pro dan Kontra Terkait Konsep Ekonomi Biru
Penerapan konsep blue economy di Indonesia sendiri menuai pro dan kontra dari masyarakat. Berikut beberapa di antaranya:
1. IFP
Kelompok masyarakat yang tergabung dalam koalisi Indonesia Focal Point for Corporate Accountability (IFP) menganggap bahwa konsep blue economy akan mendorong perampasan ruang laut.
Selain itu, konsep ini juga dianggap mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, khususnya masyarakat pesisir.
2. Carsten Pedersen
Carsten Pedersen selaku peneliti Transnational Institute mengungkapkan bahwa ruang politik ekonomi kelautan global dikendalikan oleh 100 perusahaan TNCs. Di mana 60% dari modalnya terakumulasi dalam ekonomi laut. 86% diantaranya berasal dari perusahaan minyak dan gas lepas pantai, serta industri perkapalan.
3. Ivan Syahrial Abidin
Ivan Syahrial Abidin selaku Ketua Garuda Sakti PSDKU, Universitas Airlangga menyampaikan kritikan terhadap konsep blue economy.
Selain itu, para nelayan pesisir juga sangat dirugikan dari segi sosial ekonomi. Karena terdapat pulau reklamasi yang menggeser habitat juga ekosistem ikan. Akibatnya, para nelayan pun harus berlayar lebih jauh, yang artinya memerlukan lebih banyak bahan bakar.
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga menjadi peraturan daerah. Tujuan dari ekonomi biru ini adalah untuk memetakan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau kecil. Padahal, fakta yang terjadi adalah masyarakat pesisir bahkan tidak dilibatkan dalam penyusunan RZWP3K tersebut.
Tidak hanya itu, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional juga menjadi bukti inkonsistensi pemerintah akan kepedulian kelestarian lingkungan. Hal tersebut terlihat dari izin pembangunan dengan alasan untuk kepentingan pengembangan wisata dan investasi.
4. Pulau Maratua – Berau
Pemanfaatan sumber daya laut di Pulau Maratua – Berau yang digadang-gadang sebagai pengurangan emisi karbon dan perdagangan karbon ternyata hanya alasan. Hal tersebut dilakukan untuk menutupi rakusnya industri kapitalisme dalam menghabiskan SDA dari negara miskin dan berkembang.
5. Upaya Negara Kapitalis
Blue economy juga merupakan salah satu upaya negara kapitalis untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan akibat rakusnya industri yang dijalankan selama ini. Pengembangan sektor pariwisata juga berdampak pada kerusakan sosial masyarakat dan lingkungan sekitar.
Contoh Ekonomi Biru
Ada beberapa contoh blue economy yang perlu Anda ketahui, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Menggunakan jasa pengiriman laut secara bijak. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan.
- Memanfaatkan energi terbaru.
- Menciptakan lapangan kerja.
- Konservasi kehidupan laut, dan ekosistem maritim.
- Melindungi ekosistem pantai dari dampak buruk perubahan cuaca.
- Menangani permasalahan sampah dan polusi di laut.
- Melakukan tindakan hukum terhadap berbagai pelanggaran, salah satunya adalah penangkapan ikan secara ilegal.
Strategi Indonesia Menjalankan Transisi Menuju Ekonomi Biru
Anda juga perlu mengetahui strategi apa saja yang Indonesia lakukan dalam menjalankan transisi menuju blue economy. Berikut uraiannya:
1. Mobilisasi Insentif dan Investasi
Peningkatan layanan dasar dan infrastruktur dasar dalam layanan air hingga pembuangan limbah tentu diperlukan. Tujuannya adalah untuk mengelola dampak lingkungan terhadap daerah pesisir. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan layanan dasar dan kualitas hidup dari masyarakat pesisir.
Dalam jangka panjang, blue economy Indonesia tentunya akan membutuhkan ekonomi sirkular untuk mengurangi sampah. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah perubahan perilaku untuk mengurangi penggunaan plastik dan mendaur ulang sampah plastik.
2. Meningkatkan Pengelolaan Aset Laut dan Pesisir
Indonesia telah mengembangkan sistem wilayah pengelolaan perikanan. Hal tersebut dilakukan sebagai struktur pengambilan keputusan terkait panen untuk sektor perikanan.
Jadi, secara konsep memang ekonomi biru sangat baik. Namun, untuk pelaksanaannya tentu masih membutuhkan anggaran, SDM, dan rencana pengelolaan. Tujuannya adalah untuk memastikan batas panen sudah sesuai dengan data yang memadai.
Selain itu, Indonesia juga sudah menyusun rencana mengenai tata ruang laut. Caranya adalah dengan mengidentifikasi wilayah laut yang sesuai untuk kegiatan ekonomi, serta wilayah laut yang harus tetap dilindungi.
Integrasi antara rencana tata ruang laut dengan sistem perizinan usaha sangatlah perlu. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan zonasi.
3. Sistem untuk Pengumpulan dan Pemantauan Data yang Lebih Baik
Dikarenakan bentang laut Indonesia begitu kompleks, maka dibutuhkan sistem informasi rinci mengenai pengelolaan ikan, ekosistem, hingga dampak kegiatan manusianya. Tentu perlu perluasan cakupan survei untuk mengumpulkan informasi.
Sebab, data yang baik tentunya akan menguntungkan sektor pariwisata. Pemantauan dampak dari lingkungan juga bisa diperluas hingga ke tempat destinasi wisata populer. Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya masalah, serta menyediakan informasi dalam pengambilan langkah mitigasi yang tepat.
Sudah Memahami Apa itu Ekonomi Biru?
Bank Dunia memberikan dukungan teknis melalui Indonesia Sustainable Oceans Program untuk melengkapi upaya peningkatan kapasitas, serta basis pengetahuan mengenai ekonomi biru Indonesia. Tentu saja, hal ini mendorong Indonesia untuk bisa mewujudkan blue economy untuk generasi saat ini dan mendatang.