Apa Hubungan Rempah-Rempah dan Penjajah di Indonesia?

Pernahkah kamu terbesit tentang hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia? Jawaban singkat, karena Indonesia kaya akan sumber daya alam, dan selanjutnya akan kita jabarkan pada pembahasan berikut! 

Latar Belakang 

Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma dan berasa kuat. Biasanya kerap digunakan sebagai bumbu masak, menghangatkan tubuh, dan obat-obatan herbal.

Tak ayal, rempah-rempah menjadi komoditas yang berharga sejak zaman dahulu. Bahkan orang Mesir Kuno telah menggunakan rempah-rempah untuk membumbui makanan hingga mengawetkan orang mati. Pasokan komoditas tersebut sejatinya mereka dapatkan dari Cina, India, dan Ceylon (sekarang bernama Sri Lanka). 

Karena khasiatnya, rempah-rempah mulai menjadi barang komersial hingga meluas masuk sampai peradaban Timur Tengah dan Eropa. Selama hampir 5.000 tahun, bangsa Arab memiliki andil dalam mengelola perdagangan rempah-rempah, mulai dari Jazirah Arab, Persia, hingga Eropa.  

Akan tetapi, permasalahan muncul tatkala Kesultanan Utsmaniyah menguasai Konstantinopel pada 1453 yang menjadi pusat perdagangan komoditas tersebut. Gerbang perdagangan rempah-rempah ke Eropa pun otomatis tutup sehingga memicu bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan samudra.

Portugis dan Spanyol merupakan dua negara yang menjadi pelopor penjelajahan samudra. Keduanya sempat berseteru terkait pembagian wilayah sehingga lahirlah Perjanjian Tordesillas pada 7 Juni 1494.

Dari perjanjian itu, Spanyol akhirnya melakukan pelayaran ke arah barat dari kepulauan Cape Verde yang mencakup daerah Benua Amerika hingga mencapai Filipina pada 1521. 

Sementara itu, Portugis melakukan pelayaran ke arah timur, yang mana mereka sampai ke Nusantara, tepatnya di daerah Maluku pada tahun yang sama.

Nah, setelah kamu mengetahui latar belakangnya, penjelasan berikutnya mengenai hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia secara lebih detail.

Ekspedisi Nusantara

Indonesia dahulu terkenal dengan sebutan ‘Nusantara’ karena terdiri dari banyaknya pulau. Selain itu, rempah-rempah menjadi hasil alam yang melimpah sejak zaman dahulu.

Setelah peristiwa jatuhnya Konstantinopel, persediaan rempah-rempah di sejumlah negara Eropa tidak dapat mengakomodir permintaan pasar. Maka tak heran, bangsa Barat mulai mencari rempah-rempah ke sejumlah daerah yang beriklim tropis, termasuk Nusantara.

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, telah beredar kabar mengenai suatu kepulauan sebagai “surganya rempah-rempah”. Kabar tersebut berasal dari buku catatan Marco Polo yang menggambarkan kekayaan rempah-rempah yang melimpah di kepulauan tersebut. 

Inilah yang menjadi cikal bakal keinginan mereka untuk melakukan ekspedisi ke Nusantara demi rempah-rempah yang sangat berharga dan pada akhirnya memicu timbulnya hubungan rempah-rempah dengan penjajah di Indonesia

1. Portugis dan Spanyol Datang ke Nusantara

Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang berhasil mendarat di Nusantara. Kemudian diikuti oleh bangsa Spanyol dan Belanda yang awalnya datang sebagai pedagang.

Sayangnya, kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara menjadi awal malapetaka terjadinya kolonialisme dan imperialisme.

Pada 1511, kedatangan Portugis bermula setelah mereka berhasil menaklukkan Malaka dibawah kepemimpinan Afonso de Albuquerque. 

Afonso de Albuquerque
Afonso de Albuquerque | Sumber: Twitter X @thepatriotsasia

Portugis menyadari bahwa Nusantara memiliki rempah-rempah bernilai tinggi sehingga mereka menjalin kerja sama dengan kerajaan Ternate di Maluku untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Nusantara ke Eropa. 

Bersamaan dengan itu, Spanyol yang juga tiba di Maluku bekerja sama dengan Kerajaan Tidore untuk melakukan perdagangan rempah-rempah. Namun, Spanyol pada akhirnya harus meninggalkan Nusantara usai Perjanjian Zaragoza pada 1529 untuk mengatur pembagian wilayah bagi Portugis dan Spanyol.

2. Belanda Datang ke Nusantara

Setelah itu, Belanda mulai datang ke Nusantara pada 1596 dan berhasil berlabuh di Banten. Cornelis de Houtman memimpin armada kapal sekaligus membuka pelayaran untuk pertama kalinya.

Semula kedatangannya disambut baik oleh kerajaan Banten. Namun, karena perilakunya yang buruk mengharuskan de Houtman dan rombongannya terusir untuk kembali ke negara asalnya.

Meski begitu, de Houtman berhasil kembali dengan membawa banyak peti berisi rempah-rempah. Dengan demikian, pelayaran pertama Belanda untuk mencari rempah-rempah ke Nusantara terbilang sukses.

Selang beberapa waktu kemudian, Belanda kembali datang pada 1598. Kali ini Jacob van Neck datang ketika Banten sedang memiliki hubungan yang buruk dengan Portugis.

Berbeda dengan de Houtman, van Neck lebih berhati-hati dalam menjaga hubungan  dan tidak mencoba melawan para penguasa lokal. Dari situlah, van Neck berhasil mencuri hati Kerajaan Banten dan membuat perdagangan rempah-rempah menjadi lebih mulus.

Puncaknya pada 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai Maluku yang kala itu merupakan penghasil utama rempah-rempah, serta berhasil meraup untung dalam jumlah yang sangat besar. 

Kesuksesan van Neck membuat orang-orang Belanda mulai melakukan rangkaian pelayaran ke Nusantara pada 1601. Ini juga yang membuat adanya hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia karena Belanda mulai melakukan ekspansi kekuasaannya di Nusantara.

Belanda ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di sejumlah daerah Nusantara lantaran mereka tidak puas dengan monopoli yang dilakukan oleh  Portugis.

Atas asas itu, mereka mendirikan kongsi dagang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau VOC pada 1602.

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) | Sumber: Twitter X @taugakid 

Terbentuknya VOC menjadi permulaan Belanda dalam melakukan tindakan kolonialisme dan imperialisme demi mendapatkan rempah-rempah seutuhnya selama berabad-abad. Ini juga yang memperkuat hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia.

VOC tercatat menjadi perusahaan swasta terkaya dalam sejarah, serta mempunyai pengaruh dalam perdagangan dunia.

Mereka menerapkan kebijakan monopoli yang mengubah dinamika perdagangan global bahwasanya rempah-rempah Nusantara merupakan komoditi yang sangat bernilai di pasar internasional.

Jenis Rempah-Rempah

Istilah ‘rempah-rempah’ beberapa kali kita sebut sepanjang pembahasan karena memang terdapat hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia. Lantas apa saja jenis rempah-rempah yang dicari oleh bangsa Eropa selama ini sehingga menimbulkan terjadinya penjajahan?

1. Lada

Lada
Lada | Sumber: Unsplash.com

Lada atau merica menjadi rempah-rempah di urutan pertama yang populer oleh bangsa Eropa. Sebab, jenis rempah ini dapat memberikan efek hangat pada tubuh sehingga cocok untuk mereka yang tinggal pada daerah dingin. 

Bentuk mentahan lada yaitu bulat-bulat kecil dan bertekstur keras, jadi harus menumbuknya terlebih dahulu sebelum mengosumsinya.

Lada tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia seperti Aceh, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.

2. Kayu Manis 

Kayu manis menjadi jenis rempah terpenting kedua setelah lada. Rempah ini berbentuk batangan yang tipis dan menggulung, serta memiliki corak warna yang kecoklatan.

Dengan ciri khas aromatiknya dan memiliki cita rasa manis sekaligus pahit, membuat rempah-rempah ini cocok sebagai bahan tambahan masakan. Tidak hanya itu, kayu manis juga bermanfaat untuk kesehatan, salah satunya mencegah diabetes.

Kayu manis banyak ditemukan di banyak daerah, termasuk Jambi, Sumatera Barat, dan DI Yogyakarta. 

3. Pala 

Jika kamu pernah melihat minyak atsiri, pala menjadi salah satu jenis rempah yang menjadi bahan bakunya. Sifat antiinflamasi dan antispasmodik sangat bagus untuk kesehatan, seperti membantu meredakan gangguan pencernaan.

Daerah Maluku merupakan sumber melimpahnya pala sehingga bangsa Eropa menargetkan pulau tersebut untuk singgah dan menjadi salah satu alasan adanya hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia.

Akan tetapi, kini persebarannya sudah merambah ke Bengkulu, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara. 

4. Cengkeh

Cengkeh merupakan jenis rempah yang berasal dari bunga tanaman jambu-jambuan yang aromanya begitu harum.

Pada awal kedatangan bangsa Portugis, cengkeh merupakan komoditi yang kala itu paling banyak dicari. Biasanya kerap digunakan untuk rokok dan bahan utama obat-obatan.

Tidak hanya di Maluku, persebaran cengkeh kini terdapat pada daerah Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Riau.

5. Kunyit 

Kunyit merupakan jenis rempah yang multifungsi, serta telah dibudidaya sejak 4.000 tahun yang lalu. Kegunaanya yaitu sebagai bumbu masakan yang memberikan efek kuning untuk pewarna.

Tidak hanya untuk bahan masakan, kunyit juga biasa untuk obat-obatan dan komponen kecantikan lantaran dapat mencerahkan dan menghaluskan kulit. 

6. Jahe 

Jahe merupakan tumbuhan yang rimpangnya bermanfaat sebagai rempah dan bahan dasar pengobatan tradisional. Ciri khas jahe yakni memiliki aroma menyengat dan rasa dominan pedas. Karena itu jahe mempunyai manfaat kesehatan.

7. Kapulaga

Jika kamu mengalami stres, kapulaga tentu menjadi solusi lantaran memberikan efek tenang. Karena manfaatnya yang beragam, kapulaga menjadi salah satu dari tiga rempah-rempah termahal di dunia serta menjadi alasan timbulnya hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia.

Baca Juga: Apa itu Romusha? Pengertian, Tujuan, Motif, dan Dampaknya

Sudah Paham Hubungan Rempah-Rempah dan Penjajah di Indonesia?

Itulah penjelasan mengenai hubungan rempah-rempah dan penjajah di Indonesia yang perlu kamu ketahui.

Jadi, kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara atau Indonesia erat kaitannya dengan hasrat mereka untuk menguasai perdagangan rempah-rempah yang melimpah di wilayah tersebut sehingga pada gilirannya menjadi salah satu faktor utama dalam perkembangan penjajahan Indonesia selama berabad-abad lamanya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page