6 Pakaian Adat Papua: Jenis, Makna, Keunikan dan Penggunaan

Papua terkenal memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah, keindahan alam menakjubkan, hingga keanekaragaman budayanya yang kaya. Keanekaragaman ini bisa terlihat dari pakaian adatnya. Pakaian adat Papua terkenal unik karena menggunakan bahan yang berpadu dengan alam.

Selain itu, pakaian adat juga masih melekat erat dengan kehidupan masyarakat, sehingga sangat tradisional dan genuine. Memiliki sekitar 466 suku, Papua memiliki banyak macam pakaian adat. Nah, agar kamu mengetahui lebih banyak, simak tentang berbagai jenis, makna, keunikan, dan penggunaan pakaiannya di sini!

Keanekaragaman Budaya Papua

Kamu mungkin telah mengetahui bahwa Pulau Papua terletak di bagian ujung timur Indonesia. Papua juga terkenal memiliki wisata alam luar biasa indah, salah satunya adalah Raja Ampat. Dari ujung Sorong hingga pedalaman di Jayawijaya, ribuan suku dan komunitas tinggal di pulau ini dengan beragam kekayaan budaya dan tradisinya.

Papua sendiri merupakan rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis, masing-masing memiliki bahasa, adat dan istiadat yang berbeda. Jadi, jangan heran jika pulau ini kaya akan peninggalan warisan budaya leluhur.

Terdapat beragam suku di Pulau Papua misalnya Asmat, Biak, Nafri, Sentani, Kayu Batu, Demta, Kaureh, Maklew dan lain-lain. Namun, yang cukup menyita perhatian adalah berbagai jenis pakaian adatnya yang unik dan berpadu dengan alam.

Jenis-Jenis Pakaian Adat Papua

Setiap pakaian tradisional Papua menggambarkan kekayaan budaya dan keberagaman suku. Jadi, semuanya memiliki makna, keunikan, serta cara penggunaan yang berbeda. Nah, berikut ini adalah beberapa jenis pakaian adatnya yang perlu kamu ketahui:

1. Koteka atau Holim

1. Pakaiann Kotekaa
Pakaian Koteka | Sumber Gambar: Travelling Indonesia

Kamu pasti tidak asing dengan pakaian adat Papua yang satu ini. Sebab, koteka kerap masuk ke  berbagai liputan media dan menjadi salah satu cinderamata khas Papua yang sangat populer. Hal lainnya yang kerap menjadi sorotan dari koteka adalah baju yang hanya menutupi bagian kemaluan penggunanya. 

Koteka memiliki makna penggunaan yang beragam. Mulai dari menandakan status sosial pengguna dalam masyarakat, wadah penyimpanan uang, acara adat, hingga pakaian unjuk rasa para aktivis. Jika koteka berbentuk tegak lurus, artinya orang tersebut masih perjaka dan belum melakukan hubungan intim dengan lawan jenis.

Jika bentuk koteka miring ke kanan, artinya orang tersebut memiliki kedudukan sosial yang tinggi atau berasal dari kalangan bangsawan daerah tersebut. Sedangkan, jika miring ke kiri, artinya orang tersebut dari golongan menengah atau berasal dari keturunan panglima perang.

Pakaian yang terbuat dari moncong burung taong-taong (riambo) dengan labu ini juga menjadi simbol kedewasaan seorang pria. Sebenarnya, penamaan koteka berasal dari bahasa Mee yang artinya pakaian. 

Ada fakta sejarah lainnya yang menarik tentang penggunaan koteka. Di mana pada tahun 1971-1974 pemerintah mengadakan operasi koteka yang bertujuan untuk menghapuskan penggunaan pakaian adat Papua ini. Sebagai gantinya, pemerintah juga membagikan pakaian seperti kaos dan celana yang dianggap lebih modern.

Terdapat berbagai suku di daerah pegunungan tengah Papua bagian barat yang masih menggunakan koteka. Namun, secara perlahan penggunaan koteka di tempat umum mulai dibatasi. Oleh karena itu, saat ini koteka lebih kerap dijumpai sebagai cinderamata saja.

2. Rok Rumbai

2. Rok rumbai 1
Rok Rumbai | Sumber Gambar: Gramedia

Perempuan di daerah Papua memiliki baju adatnya tersendiri, yakni rok rumbai. Rok rumbai digunakan untuk menutupi tubuh bagian bawah dan berpasangan dengan baju kurung. Adapun rok ini terbuat dari daun sagu yang telah dikeringkan, kemudian dirajut melingkar hingga membentuk rok.

Wanita yang menggunakan rok rumbai umumnya menambahkan aksesori agar penampilannya terlihat lebih cantik dan anggun. Misalnya adalah hiasan kepala dari dasar ijuk, bulu burung kasuari, ataupun sagu kering.

Uniknya, pakaian adat satu ini memiliki makna yang dalam, yaitu persatuan antar suku di Pulau Papua. Bentuk rok yang berumbai dan menjuntai merupakan lambang dari suku di Papua yang berbeda, namun dapat tumbuh bersama dan menyatu sebagai kesatuan. Pakaian ini tidak terbatas pada acara adat, namun juga formal. 

Pengguna rok rumbai biasanya ditemukan pada masyarakat yang menetap di wilayah pegunungan tengah atau daerah di pesisir pantai. Seperti suku Yapen, Sentani, Enjos, Nafri, Biak Numfor, dan Tobati. Meski rok rumbai untuk wanita pakai, namun laki-laki juga bisa menggunakannya untuk upacara adat dan lainnya.

3. Baju Kurung

3. Baju kurung
Baju Kurungan | Sumber Gambar: Bangun Papua

Pakaian adat Papua selanjutnya adalah baju kurung yang terbuat dari kain beludru. Para wanita kerap menggunakan baju ini sebagai pelengkap dari rok rumbai. Mereka juga akan menggunakan hiasan rumbai bulu pada tepi leher, lengan, hingga pinggang. 

Sebagai pemanis terakhir, biasanya para perempuan makan menggunakan aksesoris seperti gelang atau kalung dari biji-bijian. Baju kurung memiliki beberapa desain yang khas, misalnya motif-motif tradisional yang menarik. 

Banyak dari baju kurung ini biasanya menggunakan warna-warna cerah dan alamiah. Seperti merah, hijau, kuning, dan coklat yang menggambarkan keterkaitan suku-suku dengan alam sekitarnya. Pakaian adat ini juga diketahui terpengaruh dari budaya luar. 

Penggunaan baju kurung adat Papua bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga merupakan simbol identitas budaya yang kaya dan penting bagi suku-suku di Papua. Dalam penggunaannya, kamu mungkin akan menemukannya pada perempuan-perempuan di Manokwari.

4. Pakaian Sali

4. Pakaian Sali
Pakaian Sali | Sumber Gambar: Antara Foto

Kamu bisa dengan mudah membedakan perempuan di Papua yang masih lajang atau sudah menikah hanya dengan pakaian Sali yang mereka kenakan. Bahan pembuatannya juga unik, yakni menggunakan kulit pohon pilihan berwarna cokelat atau daun sagu kering agar hasil pakaiannya menjadi bagus dan menarik. 

Menggunakan daun sagu yang diolah dengan baik dan benar akan menjadikan pakaian Sali lebih kuat dan tahan lama. Umumnya, baju sali berwarna coklat tua dengan corak garis hijau, putih, dan lain-lain.

Ketika melihat perempuan menggunakan pakaian adat Papua satu ini, kamu akan menyangka bahwa pakaian tersebut adalah hasil jahitan. Tidak hanya sekedar pakaian, Sali telah menjadi salah satu simbol budaya untuk perempuan-perempuan lajang di Papua.

5. Pakaian Adat Yokal

5. Pakaian adat yokal 1
Pakaian Adat Yokal | Sumber: Travelling Indonesia

Tak hanya memiliki pakaian khusus wanita yang masih gadis saja. Papua juga memiliki pakaian adat khusus untuk wanita yang telah menikah, yakni pakaian Yokal. Pakaian adat Papua ini dibuat dengan memanfaatkan kekayaan alam Papua, khususnya kulit pohon berwarna coklat kemerahan mencolok layaknya tanah.

Pakaian adat Yokal dipadukan dengan rok rumbai dan hiasan kepala tradisional burung kasuari. Tak lupa juga beberapa goresan berbentuk garis menyilang di wajah, lengan, hingga kaki penggunanya. 

Ada pula filosofi tersendiri dari pakaian adat Yokal. Ternyata, tidak hanya bertujuan untuk menutupi bagian atas tubuh wanita, pakaian ini juga menjadi simbol persatuan dan kesatuan masyarakat di Papua. Terdapat pula keyakinan bahwa menggunakan pakaian Yokal akan melindungi pengguna dari berbagai marabahaya.

Kamu mungkin akan menemukan motif, ukuran, dan desain dari pakaian Yokal yang berbeda. Sebab, pembuatannya tergantung suku dan etnis yang ada di Papua. Banyaknya wanita yang masih menggunakan pakaian ini menandakan bahwa masyarakat Papua masih melestarikan budaya dan tradisi leluhurnya.

6. Baju Kain Rumput

6. baju kain rumput
Baju Kain Rumput | Sumber Gambar: Grid Kids

Baju kain rumput menjadi salah satu pakaian papua yang boleh digunakan laki-laki dan perempuan. Dalam desainnya, pakaian ini telah dimodifikasi sedemikian rupa karena sudah mengalami modernisasi. 

Berbeda dari baju adat lainnya yang cenderung memiliki warna gelap ala-ala bahan alami, baju ini memiliki warna-warna berani yang mencolok. 

Ada hal menarik lain dari pembuatan baju ini. Di mana kamu harus mengambil daun sagu yang masih tertutup hanya saat air laut sedang pasang. Sebab, saat itu adalah waktu terbaik untuk kondisi daun sagu.

Setelah dipastikan kering, daun sagu kemudian direndam terlebih dahulu selama beberapa saat sebelum dianyam. Pewarnaan baju kain rumput biasanya menggunakan akar pohon bengkulu yang diparut. Parutan ini akan menghasilkan warna kuning dan merah, tergantung lamanya proses perebusan. 

Sudah Tahu Apa Saja Pakaian Adat Papua?

Salah satu aspek paling menarik dalam budaya Papua adalah pakaian adatnya. Ada beragam pakaian adat Papua dengan ciri khas dan makna tersendiri. Penggunaan pakaian adat papua juga kerap berhubungan dengan status sosial, lambang persatuan suku, hingga perlindungan marabahaya.

Penting untuk diingat bahwa pakaian adat Papua bukan hanya sekadar busana, melainkan juga wujud pelestarian budaya dan tradisi leluhur. Sejarang ini, kamu juga bisa memiliki pakaian adat tersebut lebih mudah karena banyak orang sudah menjualnya. Bagaimana, kamu semakin tertarik mempelajari budaya Papua?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page