Perjanjian Linggarjati: Sejarah, Tokoh, & Hasil Perundingan

Topik Perjanjian Linggarjati tentu bukan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Terlebih, salah satu momentum paling penting dalam perjalanan sejarah kemerdekaan itu menjadi salah satu materi wajib di bangku sekolah.

Namun, apakah kamu mengetahui lika-liku perjanjian tersebut dapat terwujud dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya? Serta tujuan, dampak, dan hasil perundingan lengkapnya? Temukan penjabaran selengkapnya yang dikupas hingga akhir artikel, ya!

Sejarah Perjanjian Linggarjati

Istilah lain untuk menyebut momentum perjanjian yang satu ini adalah Perundingan Kuningan. Sebab, Linggarjati yang menjadi lokasi konferensi dilaksanakan berada di kawasan Kuningan, Jawa Barat. 

Agenda utama dari pertemuan ini adalah kesepakatan untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Sebelum terjadinya perundingan di Kuningan ini, sebenarnya sudah berulang kali dilakukan pertemuan di dalam maupun luar negeri. Namun, masih tetap menemui jalan buntu.

Pada masa-masa tersebut, Presiden Soekarno bersama wakilnya aktivitas berulang kali mengupayakan tercapainya kesepakatan. Hingga kemudian beberapa kali terjadi pertemuan secara intens di Jakarta dengan linimasa sebagai berikut:

  • Jakarta, 23 Oktober 1945 : Buntu.
  • Jakarta, 13 – 16 -17 Maret 1946 : Konsep Batavia / Formula Jakarta.
  • Jakarta, 14 Oktober 1946 : Kesepakatan Gencatan Senjata Indonesia – Belanda.

Hingga kemudian pada 11 November 1946 terjadilah Perjanjian Linggarjati untuk mencapai kesepakatan akhir pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda yang dimoderasi oleh Inggris. Mengapa hal itu menjadi penting sedangkan Indonesia bukan merupakan persemakmuran? 

Hal tersebut tidak lain untuk menghentikan upaya invasi Belanda yang masih terus berusaha untuk kembali menguasai Indonesia. Melalui adanya pengakuan tertulis, status keamanan Indonesia sebagai negara berdaulat akan meningkat di mata dunia. Posisinya menjadi lebih aman dari upaya penjajahan ulang. 

Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam Perjanjian Linggarjati

Tokoh-Tokoh Perjanjian Linggarjati
Tokoh-Tokoh Perjanjian Linggarjati I Sumber Gambar: Wikipedia

Lantas, siapa saja tokoh-tokoh delegasi dari Indonesia, Belanda, dan Inggris yang berperan sebagai moderator dalam Perjanjian Linggarjati? Berikut penjabarannya:

1. Perwakilan Indonesia

Delegasi Indonesia diketuai oleh sosok Sutan Syahrir yang merupakan salah satu pencetus Pemuda Indonesia – organisasi pemuda pertama di Indonesia. Syahrir tidak berangkat seorang diri, melainkan didampingi oleh AK Gani, Muhammad Roem, dan Susanto Tirtoprodjo.

2. Perwakilan Belanda

Sementara itu, delegasi dari Belanda berada di bawah pimpinan Wim Schermerhorn selaku Perdana Menteri yang menjabat kala itu. Adapun pendampingnya dalam Perjanjian Linggarjati adalah F de Boer, Max van Poll, dan HJ Van Mook.

3. Perwakilan Inggris

Tokoh terakhir yang menghadiri perundingan tidak lain adalah delegasi Inggris yang didapuk sebagai moderator, yaitu Lord Killearn. Perwakilan Inggris bertugas sebagai penengah agar kesepakatan dapat tercapai secara adil dan damai.

Tujuan Perundingan Kuningan

Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati I Sumber Gambar: Wikipedia

Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung secara singkat terkait tujuan utama pelaksanaan konferensi di Linggarjati. Tidak lain untuk mendapatkan pengakuan resmi – tertulis, dari Belanda terkait kemerdekaan mutlak Indonesia. Selain itu, ada beberapa tujuan lain yang ingin pihak Indonesia capai melalui konferensi tersebut, yaitu:

1. Pengakuan Global

Pengakuan dunia terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia agar posisinya semakin kuat di kancah internasional menjadi salah satu tujuan utama. Ketika suatu negara memperoleh pengakuan internasional, posisinya secara politik, keamanan, hingga ekonomi juga ikut menguat.

2. Kedaulatan Pemerintahan

Tujuan Perjanjian Linggarjati berikutnya adalah kedaulatan bagi pemerintah Indonesia untuk pengambilan keputusan. Negara yang berdaulat tidak berhak mendapatkan intervensi atau campur tangan negara lain dalam menjalankan pemerintahannya.

3. Kestabilan Suhu Politik

Kemudian, tujuan selanjutnya adalah untuk menstabilkan suhu politik di Indonesia yang sebelumnya kacau balau. Hal tersebut muncul akibat pertentangan dan ketidaksepahaman antar organisasi masyarakat berkaitan dengan proklamasi kemerdekaan.

4. Meminimalisir Kerugian pada Rakyat Indonesia

Menyelamatkan bangsa Indonesia dari potensi perang berkepanjangan yang sulit untuk dimenangkan sebab keterbatasan Indonesia dari berbagai sektor. Jika perang kembali berlangsung, banyak nyawa yang akan melayang dan perekonomian pun sulit untuk bangkit.

Hasil Perjanjian Linggarjati

Sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin Indonesia capai, ketiga pihak yang terlibat melakukan proses perundingan cukup alot. Hingga kemudian, perumusan akhir perjanjian tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia dengan wilayahnya, yaitu Jawa, Sumatera, dan Madura.
  2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
  3. Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
  4. RIS dan Belanda akan membentuk Aliansi Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai Presiden.

Sebagai catatan, meskipun konferensi di Linggarjati berlangsung pada 11 – 13 November 1946. Namun, penandatanganan nota kesepakatan baru terjadi pada 15 Maret 1947. Pada saat itu, alasannya adalah menunggu apabila ada penambahan klausul atau perubahan pada poin-poin yang telah disepakati.

Dampak Positif dan Negatif Perjanjian Linggarjati

Langkah tokoh kemerdekaan Indonesia dalam mengejar pengakuan kedaulatan Belanda menimbulkan pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat. Terlebih setelah isi perjanjian tersebut diketahui oleh masyarakat secara luas. Hasil konferensi di Kuningan, Jawa Barat itu kemudian memunculkan dampak positif dan negatif, yaitu:

Dampak Positif

Berikut beberapa dampak positifnya:

  • Peningkatan citra Indonesia di kancah internasional sebagai negara yang berani memperjuangkan kedaulatannya. Terlebih dengan segala keterbatasan Indonesia pada masa itu yang sejatinya lebih terjamin dengan menjadi bagian persemakmuran mutlak.
  • Pengakuan dari negara-negara lain terhadap kemerdekaan Indonesia. Hubungan diplomatik dan bilateral Indonesia dengan negara lain menjadi lebih erat karenanya.
  • Pengakuan wilayah kekuasaan Indonesia dari Belanda, meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda tidak dapat melakukan intervensi terhadap wilayah-wilayah de facto tersebut.
  • Perang dengan Belanda yang dapat terhindarkan mengingat kerugian besar akan Indonesia alami akibat kekalahan SDM, peralatan, dan akomodasi. Sebagaimana perang kemerdekaan telah menghabiskan banyak tenaga dan biaya.

Dampak Negatif

Lalu, berikut adalah beberapa dampak negatif Perjanjian Linggarjati:

  • Wilayah kekuasaan Indonesia tergolong sangat kecil karena hanya meliputi tiga titik, yaitu Jawa, Madura, dan Sumatera. Berbanding jauh dengan sejarah kekuasaan Nusantara pada zaman kerajaan.
  • Indonesia harus bergabung dalam negara persemakmuran Belanda, padahal tujuan semula adalah kemerdekaan mutlak. Tidak ada lagi intervensi, intimidasi, apalagi invasi terhadap Indonesia.
  • Pertentangan internal dari masyarakat Indonesia. Khususnya para aktivis pemuda yang menganggap isi perjanjian tersebut merupakan upaya penghancuran terselubung.
  • Penarikan dukungan terhadap Sutan Syahrir yang masyarakat nilai pro terhadap Belanda dan memunculkan pertikaian internal Pemuda Indonesia.
  • Suhu politik yang memanas sehingga mengancam pemerintah Indonesia dalam menjalankan roda pemerintahan secara normal. Penarikan dukungan hingga provokasi oleh masyarakat untuk menyuarakan kekecewaan terhadap perkembangan perundingan.

Pelanggaran dan Pembatalan Perjanjian Linggarjati

Agresi Belanda
Agresi Belanda I Sumber Gambar: detik.net

Dampak negatif dari perjanjian yang telah ditandatangani semua pihak yang terlibat itu kemudian berujung pada pelanggaran dan pembatalan seluruh isi kesepakatan. Hanya berselang tiga bulan setelah penandatanganan, tepatnya 20 Juli 1947, pihak Belanda mengumumkan penarikan diri.

Gubernur Jenderal Belanda saat itu, HJ Van Mook mengumumkan Belanda tidak lagi terikat dengan hasil perundingan. Sehingga, Belanda dapat mengambil tindakan lain terhadap Indonesia. Sehari kemudian, 21 Juli 1947, Belanda kembali menyerang wilayah Indonesia.

Sejak tanggal tersebut, Belanda melakukan penyusupan untuk menguatkan posisi di berbagai wilayah incaran dengan hasil bumi melimpah. Sumatera Timur dan Jawa Timur menjadi target utama untuk mendapatkan rempah dan tebu.

Indonesia kemudian mengirimkan permintaan bantuan terhadap PBB dan segera mendapatkan respon berupa perintah gencatan senjata serta pengiriman komisi perdamaian. Sayangnya, Belanda tetap melanjutkan serangan hingga dikenal sebagai peristiwa Agresi Belanda I.

Akibat tindakan pembatalan sepihak Perjanjian Kuningan kemudian penyerangan terhadap wilayah kedaulatan Indonesia, otomatis kesepakatan tersebut tidak lagi berlaku. Pada akhirnya, kesepakatan yang diperjuangkan susah payah itu kacau balau.

Sudah Tahu Bagaimana Sejarah Perjanjian Linggarjati?

Merupakan fakta tak terbantah bahwa Perjanjian Linggarjati merupakan bentuk kompromi sekaligus pengorbanan Indonesia demi mendapatkan pengakuan kemerdekaan secara mutlak. Sebab, klausul perundingan tersebut pada akhirnya sangat merugikan Indonesia.

Belanda memaksa Indonesia tetap menjadi bagian persemakmuran, padahal Indonesia meraih kemerdekaan melalui perjuangan para pahlawan. Walaupun menjamin tidak adanya intervensi pada tiga wilayah yang termasuk kedaulatan Indonesia, faktanya Belanda tidak pernah merasa puas.

Pelanggaran kesepakatan hingga berujung agresi militer I merupakan bukti semangat Belanda yang masih sangat besar dalam menguasai bumi pertiwi. Ujung dari Perundingan Kuningan yang sebenarnya bermula dari sebuah niat baik kacau. Bahkan Belanda merebut berbagai wilayah penting di Indonesia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page