Pada masa penjajahan Belanda atau saat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) berjaya, rakyat Maluku pernah melakukan perlawanan. Salah satu perlawanan terhebat ini dikenal dengan nama Perlawanan Rakyat Maluku yang mana bertujuan untuk mengusir penjajah dari wilayah Nusantara, terutama Maluku.
Perlawanan tidak hanya terjadi di Maluku, tapi juga berlangsung di daerah lain seperti Bali, Jawa, Aceh, hingga Sumatera Barat. Lantas, bagaimana sejarah lengkap perlawanan di Maluku? Simak artikel ini, ya!
Daftar ISI
Latar Belakang Perlawanan Rakyat Maluku
Ada beberapa kisah yang melatarbelakangi terjadinya Perlawanan Rakyat Maluku terhadap penjajah. Langsung saja, berikut ini di antaranya:
1. VOC Melakukan Monopoli di Wilayah Maluku
VOC merupakan sebuah perusahaan dagang yang pemerintah Belanda bentuk untuk memonopoli aktivitas perdagangan di Nusantara. Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya menjadi salah satu sasaran dari perusahaan ini.
Sejak kehadiran VOC di Maluku, seluruh kekayaan alam dan sistem perdagangan di sana berusaha dimonopoli oleh petinggi-petinggi VOC. Namun, rakyat Maluku mulai sadar bahwa kedatangan Belanda hanya akan membuat rakyat semakin sengsara. Oleh sebab itu, rakyat melakukan perlawanan dan menentang kehadiran Belanda.
2. Menolak Kedatangan Penjajah Belanda
Rakyat Maluku sadar bahwa kedatangan Belanda tidak hanya merugikan dari segi ekonomi, tapi juga berbagai aspek lain. Inilah yang selanjutnya melatarbelakangi terjadinya Perlawanan Rakyat Maluku, terutama di masa perjuangan Kapitan Pattimura.
3. Kerja Paksa
Penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat Maluku berlanjut dengan memberlakukan penyerahan wajib dan kerja paksa. Jadi, rakyat Maluku dipekerjakan secara tidak manusiawi demi kepentingan Belanda.
Jenis pekerjaannya mulai dari perkebunan, membuat garam, dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, pemerintah Belanda juga mengharuskan rakyat Maluku untuk melakukan penyerahan wajib hasil bumi berupa dendeng, kopi, dan ikan asin.
4. Pemerintah Belanda Memperkuat Posisi di Maluku
Rakyat Maluku juga mulai sadar bahwa pemerintah Belanda berusaha memperkuat posisinya di Maluku. Buktinya, pemerintah Belanda membangun benteng-benteng di wilayah Maluku. Hal tersebut tentu saja meningkatkan semangat rakyat Maluku untuk melakukan perlawanan.
Tujuan Perlawanan Rakyat Maluku
Utamanya, tujuan dari perlawanan masyarakat Maluku terhadap penjajah Belanda adalah sebagai berikut:
- Menghilangkan tindakan kesewenang-wenangan dan kekejaman Bangsa Eropa terhadap rakyat Maluku.
- Membebaskan rakyat Maluku dari monopoli perdagangan yang sangat merugikan kehidupan ekonomi Maluku dan sekitarnya.
- Mengembangkan pemerintahan berdaulat dan bebas dari penjajahan.
- Menumpas penjajah yang ada di tanah Maluku seperti Portugis dan Belanda.
Kronologi Perlawanan Rakyat Maluku
Perlawanan di Maluku merupakan salah satu bentuk perlawanan terhebat yang ada di Nusantara. Kronologinya sendiri terbagi menjadi dua masa, yaitu:
1. Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap Portugis
Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1511 untuk mencari rempah-rempah. Kedatangan tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan rempah-rempah, tapi juga untuk merebut wilayah Malaka.
Awalnya, rakyat Maluku menerima Portugis secara ramah hingga melakukan hubungan kerja sama dagang. Namun pada tahun 1512, mulai terjadi persaingan antara Portugis dan Spanyol yang sama-sama berada di Maluku.
Dua bangsa Eropa tersebut akhirnya melakukan peperangan. Perselisihan akhirnya berhenti setelah pembentukan Perjanjian Saragosa yang bertujuan mengusir Spanyol dari Maluku.
Setelah Spanyol pergi dari Maluku dan Nusantara, bangsa Portugis pun merasa paling berkuasa. Portugis sangat sewenang-wenang terhadap rakyat Maluku hingga menyebabkan kesengsaraan.
Sampai akhirnya pada tahun 1565 terjadilah perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Hairun dari Kerajaan Ternate. Sayangnya, Sultan Hairun harus tewas saat berusaha melakukan perundingan dengan Portugis.
Akan tetapi, perlawanan tidak berhenti begitu saja. Perlawanan dilanjutkan oleh Sultan Baabullah yang memberikan hasil sesuai harapan. Sebelum tahun 1576, bangsa Portugis sudah meninggalkan wilayah Ternate dan Maluku.
2. Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap Belanda
Pada tahun 1605, Belanda masuk ke Maluku dan langsung merebut benteng Portugis di Ambon. Banyak kesengsaraan timbul sesaat setelah Belanda berhasil menguasai tanah Maluku. Mulai dari monopoli perdagangan rempah-rempah, kongsi dagang, dan lain sebagainya.
Rakyat Maluku tentu saja tidak tinggal diam dengan kekejaman yang penjajah Belanda lakukan selama puluhan tahun. Hingga pada tahun 1635, terjadilah Perlawanan Rakyat Maluku yang dipimpin oleh Kapitan Kakiali yang mana dijuluki Kapten Hitu.
Sayangnya, Kapitan Kakiali gugur sebelum berhasil mengusir Belanda dari Maluku. Walau begitu, perlawanan kemudian berlanjut di bawah kepemimpinan Telukabesi pada tahun 1646 dan Saidi pada tahun 1650. Lalu, pada abad ke-17, muncullah perlawanan oleh Sultan Jamaluddin dan pada tahun 1797 oleh Sultan Nuku.
Semua perlawanan panjang yang dilakukan belum membuahkan hasil yang diharapkan karena Belanda masih menguasai wilayah Maluku. Meskipun sebenarnya pada kepemimpinan Sultan Nuku, rakyat sudah berhasil merebut wilayah Tidore. Namun setelah beliau wafat, VOC kembali menguasai Tidore.
Hingga pada tahun 1817, terjadi kembali Perlawanan Rakyat Maluku oleh kepemimpinan Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura di Saparua. Kapitan Pattimura melakukan perlawanan dengan membakar perahu milik Belanda.
Perlawanan terhadap Belanda kemudian meluas hingga wilayah Ambon, Pulau Seram, dan pulau-pulau lainnya. Belanda berhasil memaksa Kapitan Pattimura untuk menyerahkan diri setelah memblokir akses masuk yang menyebabkan rakyat Maluku kelaparan.
Pada tanggal 16 November 1817, Kapitan Pattimura mendapatkan hukuman mati di Benteng Niew Victoria. Walaupun Kapitan Pattimura sudah meninggal, namun Perlawanan Rakyat Maluku masih berlanjut di bawah kepemimpinan Christina Martha Tiahahu.
Sayangnya, pejuang wanita satu ini juga berhasil ditangkap hingga meninggal di perjalanan ketika akan diasingkan ke Pulau Jawa. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Maluku membuat Belanda memperketat kebijakan, termasuk monopoli rempah-rempah yang semakin kejam.
Tokoh Perlawanan Rakyat Maluku
Anda mungkin merasa penasaran siapa saja tokoh dalam Perlawanan Rakyat Maluku. Berikut ini beberapa tokoh yang perlu Anda kenali dan hormati jasa-jasanya:
1. Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura merupakan salah satu pahlawan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, tokoh yang bernama asli Thomas Matulessy ini pernah terpampang di lembaran uang kertas Rp1.000,00 tahun emisi 2000.
Kapitan Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 di Pulau Saparua, Maluku. Perlawanan terhadap Belanda ia lakukan bersama beberapa tokoh lain seperti Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Ulupaha, dan Philip Latumahina.
Kapitan Pattimura berperan penting pada peristiwa perebutan Pantai Waisisil, Benteng Duurstede, Seram Selatan, dan Jasirah Hatawano. Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa Kapitan Pattimura dengan mengukuhkannya sebagai pahlawan nasional pada 6 November 1973.
2. Christina Martha Tiahahu
Satu-satunya tokoh perempuan yang memimpin Perlawanan Rakyat Maluku adalah Christina Martha Tiahahu. Wanita satu ini lahir pada tanggal 4 Januari 1800 di Nusa Laut. Ayahnya yang bernama Kapitan Paulus Tiahahu membantu Kapitan Pattimura untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Oleh sebab itu, Martha pun tidak segan-segan untuk mengikuti sang ayah berjuang melawan Belanda. Ia juga melancarkan siasat perang gerilya untuk mengusir Belanda dari bumi Maluku. Gelar pahlawan nasional diberikan pada Christina Martha Tiahahu pada 20 Mei 1969.
3. Sultan Hairun
Sultan Hairun atau Sultan Khairun merupakan penguasa Kerajaan Ternate yang ke-23. Ia berkuasa sejak tahun 1534 sampai dengan 1570.
Pada masa kepemimpinannya, Maluku mengalami kesengsaraan akibat hadirnya bangsa Portugis. Oleh sebab itu, ia bersama rakyat Maluku mengadakan perlawanan untuk mengusir Portugis.
4. Sultan Baabullah
Tokoh Perlawanan Rakyat Maluku selanjutnya adalah anak dari Sultan Hairun, yaitu Sultan Baabullah. Sepeninggalan sang ayah, Sultan Baabullah berjanji untuk mengusir Portugis dari tanah kelahirannya. Sultan Baabullah pun akhirnya diangkat sebagai Sultan Ternate.
Setelah pengangkatan tersebut, Sultan Baabullah mulai melancarkan perlawanan untuk mengusir Portugis. Sultan Baabullah mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 10 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo.
5. Kapitan Kakiali
Kapitan Kakiali merupakan putra dari Tepil yang memiliki gelar Kapitan Hitu. Ia adalah keturunan Perdana Jamilu (Nusapati) yang berjasa dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Salah satunya yaitu perang Hitu I yang melawan VOC mulai tahun 1634 sampai dengan 1643.
6. Sultan Nuku
Sultan Nuku merupakan tokoh Perlawanan Rakyat Maluku terakhir yang juga mendapat gelar pahlawan nasional. Ia berasal dari Kesultanan Tidore dengan nama asli Muhammad Amiruddin. Sultan Nuku memiliki andil besar dalam membebaskan kerajaan di wilayah buatan VOC seperti Ambon, Ternate, dan Banda.
Sudah Paham Sejarah Perlawanan Rakyat Maluku?
Demikianlah pembahasan mengenai sejarah Perlawanan Rakyat Maluku yang perlu Anda ketahui dan ingat selalu. Mulai dari latar belakang, tujuan, kronologi, hingga tokoh-tokoh penting.
Sebagai masyarakat Indonesia, kita perlu mengenang jasa pahlawan. Belajar mengenai perlawanan rakyat di setiap daerah menjadi salah satu cara mengenang jasa pahlawan.
Selain itu, setiap generasi muda harus rajin belajar untuk memajukan Indonesia. Sehingga, perjuangan para pahlawan tidak akan sia-sia. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!