Gowa Talo merupakan kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Namanya yang terkenal membuat masyarakat tidak pernah melupakan kerajaan ini. Namun, tahukah kamu bahwa sejarah Kerajaan Gowa Talo ternyata menyimpan berbagai cerita menarik yang layak kita bahas?.
Benar pada artikel ini kita akan membahas lebih lanjut tentang Gowa Talo beserta tentang raja, peninggalan, beserta peristiwa-peristiwa yang terjadi kala itu. Untuk itu mari simak penjelasan berikut.
Daftar ISI
Sejarah Kerajaan Gowa Talo
Sejarah Kerajaan Gowa Talo dimulai dari keturunan penguasa kerajaan atau kesultanan. Kerajaan ini memiliki nama lain sebagai Kerajaan Makassar.
Sebenarnya Gowa Talo merupakan gabungan dari dua kerajaan. Pemimpin masing-masing kerajaan adalah dua orang yang masih bersaudara. Dua kerajaan bersatu ketika pemerintahan Raja Dieng yakni Matanre Karaeng Tumapara’risi Khallona.
Kemudian atas segala kesepakatan yang terjadi antara kerajaan serta rakyatnya, membuat dua kerajaan yang semula berjalan masing-masing memiliki satu visi dan misi yang sama.
Meski demikian sejarah Kerajaan Gowa Talo mencatat, mereka mempunyai dua raja yang sama-sama berkuasa di wilayahnya masing-masing.
Pada akhir abad ke-16 Sultan Alauddin merupakan raja pertama yang memilih untuk mempercayai agama Islam di Kerajaan Gowa Talo. Kondisi itu menjadi penanda bahwa Gowa Talo menjadi kesultanan.
Seiring berjalannya waktu, agama Islam semakin berkembang pesat. Lalu pada tahun kedua kesultanan, semua rakyat kerajaan akhirnya ikut memeluk agama Islam.
Selain Islam yang berkembang, kerajaan pun juga ikut maju. Pada masa kepemimpinan yang ke-16, pemimpin yang memegang kendali penuh atas kerajaan adalah Sultan Hasanuddin.
Sultan Hasanuddin adalah orang yang masuk ke dalam jajaran Pahlawan Nasional Indonesia. Bahkan, karena kepiawaian dan kepandaiannya ia mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur”. Artinya, seseorang yang tidak mudah terpengaruh oleh orang asing.
Sultan Hasanudin dengan beraninya menentang keras adanya VOC yang kala itu menguasai sebagian kecil kerajaan di wilayah Sulawesi.
Ketika masa kejayaannya inilah, Kerajaaan Gowa Talo juga menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Indonesia, tepatnya wilayah Timur. Kerjasama antar pedagang muslim juga mempengaruhi kondisi finansial rakyat kerajaan.
Saat VOC mulai masuk dan menguasai wilayah Sulawesi, Kerajaan Gowa Talo ikut mendapatkan dampaknya. Kekuasaannya runtuh dan kemakmurannya menghilang.
Bahkan, dalam catatan sejarah Kerajaan Gowa Talo juga menemukan adanya peperangan antara orang-orang kerajaaan dengan pihak VOC. Peperangan tersebut dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.
Kekuatan VOC yang kuat membuat Gowa Talo mengalami kesulitan dalam menangani peperangan yang terjadi sehingga membuat kubu kerajaan terdesak.
Pada akhirnya tepatnya tahun 1667, Kerajaan Gowa Talo mengakui kekalahannya dan bersedia tanda tangan di Perjanjian Bongaya.
Raja-Raja Kerajaan Gowa Talo
Berdasarkan sejarah Kerajaan Gowa Talo, ada beberapa raja yang pernah menjadi pemimpinnya, yakni sebagai berikut.
- Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna
- I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga
- I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte.
- I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bonto langkasa Tunijallo
- I Tepu Karaeng Daeng Parabbung Tunipasulu
- Sultan Alauddin,
- Sultan Malikussaid
- Sultan Hasanuddin
- Sultan Amir Hamzah
- Sultan Mohammad Ali
- Sultan Abdul Jalil
- Sultan Ismail
- Sultan Najamudin
- Sultan Sirajudin
- Sultan Abdul Chair
- Sultan Abdul Kudus
- Sultan Maduddin
- Sultan Zainuddin
- Sultan Abdul Hadi
- Sultan Abdul Rauf
- Sultan Muhammad Zainal Abidin
- Sultan Abdul Kadir Aididin
- Sultan Muhammad Idris
- Sultan Muhammad Husain
- Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin
- Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin
- Sultan Alauddin II
- Andi Kumala Andi Idjo
5 Peninggalan Kerajaan Gowa Talo
Kerajaan Gowa Tallo adalah kesultanan Islam yang berada di Sulawesi Selatan. Bahkan peninggalannya masih bisa kita kunjungi hingga sekarang ini. Berikut 5 peninggalan kerajaan yang masih ada, yaitu:
1. Balla Lompoa
Balla Lompoa merupakan peninggalan yang memiliki wujud sebagai istana Raja Gowa. Pembangunannya terjadi pada 1936 Masehi. Tepatnya, ketika kerajaan dipimpin langsung oleh Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin.
Tempat ini tidak hanya sebagai lokasi kediaman Raja Gowa saja, melainkan juga menjadi pusat pemerintahannya.
2. Benteng Rotterdam
Peninggalan berikutnya adalah Benteng Rotterdam yang sampai detik ini masih bisa kita lihat dan kunjungi.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 Masehi yakni ketika masa kepemimpinan Raja I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung.
3. Benteng Somba Opu
Ketika masa kepemimpinan Daeng Marantre Karaeng, ada satu peninggalannya yang cukup terkenal yaitu Benteng Somba Opu. Benteng ini pembangunannya terjadi pada tahun 1525 Masehi.
4. Masjid Tua Katangka
Masjid Tua Katangka tercatat sebagai salah satu Cagar Budaya Nasional. Untuk lokasinya sendiri ada di dekat kompleks Makam Sultan Hasanudin.
Bangunan tersebut sudah ada sejak tahun 1603 Masehi yakni ketika masa Pemerintahan Sultan Alauddin I.
5. Kompleks Pemakaman Raja Gowa dan Tallo
Jenis peninggalan yang terakhir adalah Kompleks Pemakaman Raja Gowa dan Tallo yang terletak di Jalan Sultan Abdullah Raya, Kecamatan Tallo, Makassar. Kompleks ini juga masuk ke dalam Situs Cagar Budaya yang sudah berdiri sejak abad ke-17 hingga ke-19.
3 Peristiwa Penting Kerajaan Gowa Talo
Setelah membahas tentang sejarah Kerajaan Gowa Talo, kamu perlu tahu juga tentang beberapa peristiwa menarik yang legendaris. Berikut 3 diantaranya, yaitu:
1. Penyatuan Dua Kerajaan Kembar
Menyatukan dua kerajaan kembar yakni Gowa dan Talo termasuk peristiwa penting yang bahkan masuk ke dalam empat peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan.
Masa kejayaan kerajaan tersebut memiliki wilayah kekuasaan yang luar biasa, sehingga memberikan kesan yang baik untuk seluruh masyarakat setempat.
Sisa-sisa kekuatan inilah yang sampai saat ini masih ada. Namun bukan dalam bentuk fisik ataupun harta melainkan kekuatan dan perlawanan. Maka dari itu, peristiwa ini menjadi kejadian yang sangat penting.
2. Perjanjian Bongaya
Gowa yang notabene sangat kuat membuat VOC terhalang untuk menguasai seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Maka dari itu, VOC membuat strategi khusus dengan melakukan serangan politik dan adu domba agar kerajaan bisa pecah terbengkalai.
Kemudian VOC melakukan kerjasama dengan Arung Palakka yakni seorang Pangeran dari Bugis Kerajaan Bone.
Lalu tahun 1660 Arung Palakka membawa 10.000 orang Bugis dari Bone untuk melakukan pemberontakan kepada Gowa. Namun, sayangnya serangan itu tidak berhasil.
Selanjutnya, masih ada serangan lain dari VOC yang terjadi pada tahun 1660. Akibatnya, memaksa raja Gowa, yakni Sultan Hasanudin, menerima persetujuan perdamaian. Sebab, tak kunjung ada titik tengahnya VOC kembali melakukan serangan.
Benteng Panakkukang hancur, bahkan Somba Opu juga terancam akan hancur. Di tengah kondisi yang genting itu membuat Sultan Hasanuddin terpaksa menerima Perjanjian Bongaya yang isinya sebagai berikut.
- Gowa harus melepaskan haknya atas Mandar, Wajo, Bulo-Bulo serta menerima semua perlakuan dari pihak sekutu.
- Gowa menyetujui untuk melepaskan Bone, Soppeng, dan Luwu.
- Buton bebas dari Gowa.
- Ternate bebas yang meliputi Selayar, Pulau Sula, Muna Utara dan lain sebagainya.
- Mengakui untuk melepaskan Bangkala dan Raja Layu.
- Semua negeri-negeri dikalahkan sekutu Arung Palakka.
3. Perlawanan Sultan Hasanudin Kepada VOC
Peristiwa penting yang terakhir adalah perlawanan Sultan Hasanudin kepada pihak VOC. Seperti yang sudah kita bahas tadi, Gowa Talo memiliki kekuatan yang ekstrim sehingga Hasanuddin mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan-kerajaan kecil lainnya.
Tujuannya adalah melawan dan menentang VOC. Namun, sekutu tidak tinggal diam melainkan juga melakukan kerjasama dengan Kerajaan Gowa. Berbagai peringatan dari VOC tidak mendapat respon yang berlebihan dari Sultan Hasanudin.
Akibatnya mereka melayangkan tembakan-tembakan dari kapal VOC. Kemudian pihak Gowa juga melakukan serangan yang sama.
Namun, pihak kerajaan tidak kuat menahan gempuran sehingga membuat Sultan Hasanuddin terpaksa tanda tangan Perjanjian Bongaya.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 18 November 1667. Dengan adanya perjanjian ini, Sultan Hasanuddin mengakui VOC menang. Selama perlawanan ini ada julukan khusus untuk pemimpin kerajaan Gowa Tallo yakni “Ayam Jantan dari Timur”.
Apa yang Kamu Pelajari dari Sejarah Kerajaan Gowa Talo?
Selesai sudah penjelasan kita tentang sejarah Kerajaan Gowa Talo beserta informasi menarik lainnya. Melalui penjelasan ini, kita bisa tahu setiap perjuangan pahlawan yang terjadi pada kala itu sangat menguras tenaga dan membutuhkan keberanian yang tinggi.
Bukti nyata terkait sejarah masih bisa kita nikmati sampai sekarang. Oleh karena itu, hargai dan hormati segala bentuk peninggalan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Selain itu, isilah kemerdekaan dengan kegiatan yang bermanfaat.