Sejarah Kerajaan Mataram Kuno menjadi salah satu bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Kerajaan ini pernah berkuasa di Nusantara dan meninggalkan jejak sejarah yang kaya.
Artikel ini akan mengajak Anda untuk menelusuri lebih jauh tentang Kerajaan Mataram Kuno, lengkap dengan masa kejayaan hingga bukti-bukti peninggalannya. Yuk, simak dengan saksama!
Daftar ISI
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Budha yang berdiri pada abad ke-8 di bagian selatan Jawa Tengah.
Awalnya, pusat kerajaan ini berada di Bhumi Mataram atau sekarang lebih dikenal sebagai Yogyakarta. Namun, kemudian pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno mengalami beberapa perpindahan hingga akhirnya berada di Jawa Timur.
Pendiri dari Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya. Dia memerintah antara tahun 732 hingga 760 Masehi. Raja Sanjaya terkenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, cakap, adil, dan taat dalam agama.
Di masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram Kuno terus berkembang dan rakyatnya mengalami kemakmuran.
Pada pertengahan abad ke-8, Raja Sanjaya meninggal dunia dan Rakai Panangkaran yang menggantikannya. Kerajaan Mataram Kuno terbagi menjadi dua, setelah Rakai Panangkaran wafat.
Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno yang menganut agama Hindu di bagian utara Jawa Tengah. Sementara Dinasti Syailendra, memerintah Kerajaan Mataram Kuno dengan penganut agama Buddha di bagian selatan Jawa Tengah.
Kedua dinasti ini berhasil menjalankan pemerintahan dengan baik, meskipun memiliki perbedaan keyakinan agama. Sering kali kerajaan ini mengadopsi strategi pemerintahan dimana kedua dinasti saling melengkapi dan memimpin bersama-sama.
Masa Kejayaan
Menurut sejarah Kerajaan Mataram Kuno, masa pemerintahan Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra menjadi puncak kejayaan kerajaan ini. Kemajuan terjadi di berbagai aspek, termasuk politik, pengetahuan, budaya, seni, dan sosial.
Raja pertama dari Dinasti Syailendra di Kerajaan Mataram Kuno adalah Sri Dharmatungga. Di masa pemerintahannya, wilayah kekuasaannya mencakup Semenanjung Malaka.
Setiap kali terjadi pergantian pemimpin, Kerajaan Mataram Kuno semakin berkembang dan mendapatkan reputasi yang gemilang. Indra atau Syailendra selanjutnya menggantikan Sri Dharmatungga.
Setelah itu, kepemimpinan Kerajaan Mataram Kuno berpindah kepada Samaratungga. Seni dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pesat pada periode ini.
Akhirnya, Kerajaan Mataram Kuno bersatu kembali setelah pernikahan antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra.
Kerajaan ini juga mengalami masa kejayaan ketika berada di bawah pemerintahan Raja Balitung. Raja Balitung memerintah dari tahun 898 hingga 911 M. Ia memiliki gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung Sri Dharmadya Mahasambu.
Di masa ini terjadi kemajuan yang signifikan dalam berbagai aspek, seperti politik, pemerintahan, ekonomi, agama, dan kebudayaan.
Salah satu prestasinya adalah pembangunan Candi Prambanan, sebuah candi yang anggun, megah, dan dihiasi oleh relief-relief yang indah. Sayangnya, setelah masa kekuasaannya berakhir, kerajaan ini mengalami kemunduran.
Letak Wilayah Kerajaan Mataram Kuno
Menurut para ahli, lokasi Kerajaan Mataram Kuno teridentifikasi di wilayah Medang dan Poh Pitu. Namun, informasi mengenai letak Poh Pitu masih belum jelas hingga saat ini.
Dalam beberapa catatan sejarah Kerajaan Mataram Kuno, ada yang menyatakan kerajaan ini berada di sekitar daerah yang dikelilingi oleh gunung, pegunungan, dan sungai-sungai.
Beberapa ahli menduga, kemungkinan besar pegunungan di sebelah utara Kerajaan Mataram Kuno adalah Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, dan Sindoro.
Di sebelah baratnya terdapat Pegunungan Serayu, sedangkan di sebelah timurnya terletak Gunung Lawu. Sementara di sebelah selatan, wilayah kerajaan ini berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu.
Selain itu, beberapa sungai seperti Sungai Bogowonto, Progo, Opak, dan Bengawan Solo juga dianggap berkaitan dengan wilayah ini. Poh Pitu sendiri kemungkinan berada di sekitar wilayah antara Kedu hingga Prambanan.
Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno
Setelah Balitung, Raja yang memimpin Mataram Kuno adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran ini. Termasuk bencana alam dan ancaman dari musuh, yakni Kerajaan Sriwijaya.
Perpecahan dalam Kerajaan Mataram Kuno kembali muncul tidak lama setelah kematian Samaratungga. Balaputradewa, anak Samaratungga dengan Dewi Tara, menunjukkan sikap yang menentang pewaris tahta, Pikatan.
Pertentangan ini akhirnya memicu perang perebutan kekuasaan antara Pikatan dan Balaputradewa. Balaputradewa membangun benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan Prambanan dalam peperangan ini.
Setelah itu, Balaputradewa yang terdesak kemudian melarikan diri ke Sumatera. Di sana ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Pertentangan antara keluarga Mataram terus berlanjut hingga masa pemerintahan Mpu Sindok pada tahun 929 M. Saat itu, kerajaan Sriwijaya terus menyerang Mataram Kuno.
Mpu Sindok pada akhirnya memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha di Jawa Timur. Ia juga mendirikan dinasti baru yang bernama Dinasti Isyanawangsa.
Konflik akhirnya berhenti pada masa pemerintahan Airlangga. Di tahun 1037 M, Airlangga menyatukan kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Dharmawangsa, termasuk seluruh Jawa Timur.
Kemudian Airlangga mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan memilih untuk hidup menjadi seorang pertapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra) di tahun 1042.
Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian, yaitu Kediri dan Janggala, dengan tujuan mencegah terjadinya perang saudara antara kedua putranya yang lahir dari seorang selir.
9 Bukti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Setelah mengetahui sejarah Kerajaan Mataram Kuno, penting juga untuk mengetahui beberapa bukti peninggalannya. Adapun 9 bukti-bukti peninggalan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah sebuah candi Hindu yang luar biasa dengan relief-relief yang menakjubkan. Selain itu, candi ini juga disebut sebagai Candi Rara Jonggrang. Prambanan telah ada sejak abad ke-9.
Letaknya berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini didedikasikan untuk Trimūrti, yang melambangkan sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pengubah.
2. Candi Borobudur
Selanjutnya, ada Candi Borobudur yang menjadi candi paling terkenal sebagai salah satu peninggalan bersejarah dari Mataram Kuno. Letak candi ini berada di Magelang, Jawa Tengah.
3. Candi Ngawen
Peninggalan berikutnya adalah Candi Ngawen, sebuah candi Buddha yang terletak sekitar 5 km dari candi Mendut jika dari arah Yogyakarta.
Lokasinya berada di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Berdasarkan perkiraan, candi ini didirikan oleh dinasti Syailendra pada abad ke-8.
4. Prasasti Sojomerto (Abad ke-7)
Prasasti Sojomerto menggunakan bahasa Melayu Kuno dan ditemukan di desa Sojomerto, kabupaten Pekalongan. Dalam prasasti ini mengungkapkan, Syailendra adalah penganut agama Budha.
5. Prasasti Canggal (732 M)
Tidak hanya prasasti Sojomerto, ada juga prasasti Canggal. Prasasti ini memiliki bentuk Candrasangkala dan ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal. Di dalamnya terdapat peringatan tentang pembangunan Lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.
6. Prasasti Kalasan (778 M)
Prasasti Kalasan menggunakan aksara pranagari yang berasal dari India Utara dan berbahasa Sansekerta. Penemuan prasasti ini adalah di desa Kalasan, Yogyakarta.
Di dalam prasasti tersebut, ada catatan tentang Raja Syailendra yang meyakinkan Rakai Panangkaran untuk mendirikan bangunan yang didedikasikan untuk Dewi Tara sebagai vihara untuk pendeta Buddha.
7. Prasasti Kelurak (782 M)
Penemuan prasasti Kelurak terjadi di desa Prambanan. Tulisan dalam prasasti ini menggunakan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta.
Prasasti ini berisikan tentang pembangunan arca Manjusri sebagai representasi sang Budha, Dewa Wisnu, dan Sanggha.
Selain itu, prasasti Kelurak juga mengisahkan tentang Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya sebagai pemimpin di masa itu.
8. Prasasti Ratu Boko (856 M)
Peninggalan berikutnya, ada prasasti Ratu Boko. Prasasti tersebut mengisahkan tentang kemenangan Rakai Pikatan atau Pramodhawardani atas Balaputradewa dalam pertempuran merebut kekuasaan di Kerajaan Mataram Kuno.
9. Prasasti Mantyasih (907 M)
Penemuan prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih, Kedu, Jawa Tengah. Di dalamnya memuat tentang silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Baliti.
Silsilah tersebut termasuk Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Warak, Rakai Panunggalan, Rakai Garung, Rakai Watuhmalang, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, dan Rakai Watukara Dyah Balitung.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Mataram Islam, Raja-raja, dan Masa Kejayaan
Apakah Sudah Paham Sejarah Kerajaan Mataram Kuno?
Itulah pembahasan lengkap mengenai sejarah Kerajaan Mataram Kuno. Dengan sejarah yang kaya, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan warisan budaya berupa candi megah seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, serta prasasti-prasasti bersejarah yang memberikan kita tambahan wawasan.
Warisan budaya dan sejarah di balik Kerajaan Mataram Kuno terus menjadi bagian integral dari identitas budaya Indonesia. Selain itu, situs-situs bersejarahnya akan tetap menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi pengunjung dari seluruh dunia. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!