Sejarah Pithecanthropus Mojokertensis: Ciri-ciri, Corak Kehidupan, dan Penemu

Sejarah mencatat, manusia purba yang ditemukan di Indonesia terbagi menjadi 3 bagian yaitu Meganthropus, Paleojavanicus, dan Pithecanthropus. Tentunya masing-masing jenis memiliki sejarah yang berbeda. Salah satu yang perlu dipelajari yaitu sejarah Pithecanthropus Mojokertensis. Apa ciri-ciri fisiknya? Simak di artikel ini!

Apa itu Pithecanthropus Mojokertensis?

Di Indonesia, manusia purba dibagi menjadi 4 bagian yaitu Meganthropus, Paleojavanicus, Pithecanthropus, dan Homo. Adapun fosil Pithecanthropus yang berhasil ditemukan ada 3 jenis, yakni Erectus, Mojokertensis, dan Solensis. Riwayat penemuan fosilnya dimulai pada tahun 1890 di Trinil, Solo, Jawa Tengah. 

Menurut sejarah, Pithecanthropus Mojokertensis adalah suatu jenis manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan, jenis ini termasuk manusia purba tertua dengan perkiraan hidup sekitar 30.000 hingga dua juta tahun yang lalu. 

Selain itu, Pithecanthropus Mojokertensis memiliki nama lain Pithecanthropus Robustus, berarti manusia kera yang sangat kuat. Ini terlihat dari ciri-cirinya yang memiliki bentuk fisik badan tegap dengan tinggi badan sekitar 160 hingga 180 cm. 

Penemu dan Lokasi Penemuan Pithecanthropus Mojokertensis

Penemuan Pithecanthropus
Penemuan Pithecanthropus | Sumber gambar: idesejarah.net

Berdasarkan situs kemdikbud.go.id, fosil manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis pertama kali ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald dan Weidenreich pada tahun 1936. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ini tepatnya di Desa Perning, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. 

Ada lagi penemuan jenis Pithecanthropus Mojokertensis lainnya yang ditemukan oleh Tjokrohandjo atau Andojo. Penemu tersebut adalah orang Indonesia yang membantu pekerjaan von Koenigswald dalam penemuan fosil manusia purba. Temuannya berupa beberapa tengkorak usia anak-anak yang di temukan di Kepuhklagen, utara Mojokerto. 

Penamaan Pithecanthropus Mojokertensis diambil dari kata pithecos yang artinya kera dan anthropus yang berarti manusia. Sedangkan kata mojokertensis berasal dari nama kota Mojokerto yang mana menjadi tempat fosil manusia purba tersebut ditemukan. Sehingga, Pithecanthropus Mojokertensis berarti “manusia kera dari Mojokerto”.

Di berbagai belahan dunia, jenis manusia purba Pithecanthropus memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya di Afrika menyebutnya dengan Homo Ergaster, kemudian di Tiongkok disebut dengan Sinanthropus Pekinensis, sedangkan Eropa menyebutnya dengan nama Neanderthalensis.

Ciri-Ciri Pithecanthropus Mojokertensis

Ilustrasi Pithecanthropus Mojokertensis
Ilustrasi Pithecanthropus Mojokertensis | Sumber gambar: sma13smg.sch.id

Jenis manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis masih termasuk kategori Homo Erectus. Maka, tak heran jika keduanya memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama. Di bawah ini adalah beberapa ciri manusia purba jenis Pithecanthropus Mojokertensis:

  • Mampu berdiri tegak.
  • Memiliki tulang pipi dan alat pengunyah (gigi) berupa gigi dan geraham yang kuat.
  • Otot-otot tengkuk kecil namun sangat kuat. 
  • Bagian tulang kening tebal, terlihat menonjol dan melebar sampai ke pelipis.
  • Tulang kepala belakang terlihat menonjol. 
  • Muka menonjol ke depan.
  • Bentuk hidung yang lebar.
  • Tidak memiliki dagu.
  • Bentuk fisik tubuh atau badan tegap.
  • Memiliki tinggi badan badan sekitar 165-180 cm.
  • Kapasitas volume otak berkisar.650-1.000 cc. 

Sejarah Pithecanthropus Mojokertensis

Sejarah Pithecanthropus Mojokertensis
Sejarah Pithecanthropus Mojokertensis | Sumber gambar: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis dahulunya menempati daerah Mojokerto, sebuah kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Maka dari itu, pemberian nama tersebut terdapat kata Mojokertensis yang berarti ditemukan di Mojokerto. 

Seperti yang dijelaskan di atas, manusia purba jenis Pithecanthropus memiliki perawakan seperti kera. Bentuk fisiknya yang menonjol yaitu pada bentuk hidung dan kuning yang melebar mirip seperti kera. 

Von Koenigswald adalah seorang paleontolog yang berasal dari Jerman. Bersama dengan dan Andojo, mereka menemukan menemukan fosil tengkorak anak-anak Pithecanthropus Mojokertensis yang diperkirakan berusia balita sekitar 5-6 tahun. Keputusan tersebut mengarah berdasarkan pada taju puting dan sendi rahang bawah. 

Pada tahun-tahun selanjutnya, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba kembali di wilayah lembah sungai Bengawan Solo. Tentunya, penemuan fosil tersebut semakin banyak dari tahun ke tahun. Oleh karenanya, ia membaginya menjadi tiga lapisan berdasarkan diluvium lembah sungai Bengawan Solo. 

Ketiga lapisan tersebut memiliki jenis fosil manusia purba tersendiri, sebagai berikut:

  • Lapisan Jetis (Pleistosen bawah)
  • Lapisan Trinil (Pleistosen tengah)
  • Lapisan Ngandong (Pleistosen atas)

Menurut Von Koenigswald, semua jenis Pithecanthropus termasuk Mojokertensis berada dalam lapisan jetis atau pleistosen bawah karena pada lapisan tersebut memiilki ciri-ciri tubuh yang kuat dan besar. Lapisan bawah ini juga tercatat sebagai lapisan tertua berdasarkan hasil penemuan. 

Corak Kehidupan Pithecanthropus Mojokertensis

Untuk lebih memahami bagaimana pola kehidupan Pithecanthropus Mojokertensis, perhatikan penjelasan berikut ini:

  • Tidak memiliki tempat tinggal.
  • Hidup sendiri atau berkelompok.
  • Mengumpulkan makanan dari berburu hewan atau mencari umbi-umbian.
  • Menggunakan kapak genggam untuk berburu hewan.
  • Berlinfung di dalam goa.

Pada zaman dahulu, manusia purba jenis Pithecanthropus Mojokertensis hidup dengan cara nomaden atau berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain. Dengan kata lain, mereka hidup secara tidak menetap dan menggantungkan hidupnya pada kondisi alam.

Makanan yang mereka dapatkan berasal dari alam yang mereka temui pada saat itu. Apabila mereka kesulitan menemukan makanan, maka mereka akan berburu hewan atau menangkap ikan. Namun pada saat itu, mereka langsung memakan hasil buruan yang masih mentah karena belum mengerti cara memasak. 

Manusia purba ini biasanya memilih tempat yang terdapat banyak sumber makanan dan dekat dengan sumber air. Tempat tersebut juga biasanya terdapat banyak binatang yang nantinya akan menjadi sumber buruan. 

Sementara itu, beberapa Pithecanthropus Mojokertensis hidup secara berkelompok. Biasanya, dalam suatu kelompok terdiri dari keluarga kecil dengan pembagian tugas laki-laki melakukan perburuan. Sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan kecil. 

Hasil Kebudayaan Pithecanthropus Mojokertensis

Kehidupan Pithecanthropus Mojokertensis yang sering berpindah-pindah membuat mereka memerlukan alat untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Alat tersebut kemudian menjadi hasil kebudayaan dari manusia purba. 

Tentunya alat-alat tersebut masih sederhana karena memanfaatkan apa yang ada di alam. Adapun fungsi dari alat tersebut untuk perburuan dan pengolahan bahan makanan untuk bertahan hidup. Berikut adalah 5 alat hasil kebudayaan dari Pithecanthropus Mojokertensis:

1. Kapak Perimbas (Chopper)

Penemuan alat pertama yang digunakan manusia purba untuk berburu makanan pada zaman dahulu yaitu kapak perimbas atau chopper. Alat ini memiliki bentuk cembung namun masif atau kasar dengan sisinya yang tajam. 

Sama seperti kapak pada umumnya, cara menggunakan kapak perimbas adalah dengan cara menggenggamnya pada bagian ujungnya yang lebih kecil. Para manusia purba menggunakan kapak perimbas untuk memotong daging, menguliti binatang, atau menggali umbi-umbian. 

2. Pahat Genggam

Selanjutnya, hasil kebudayaan lainnya adalah pahat genggam yang bentuknya hampir mirip persegi atau bujur sangkar. Pahat genggam memiliki ukuran kecil yang untuk menggemburkan tanah untuk mencari jenis umbi-umbian.  

3. Alat Serpih 

Ilmuwan Von Koenigswald menemukan alat serpih ini pada tahun 1934 di Sangiran. Alat serpih ini memiliki ukuran kecil berkisar antara 4 hingga 10 cm yang banyak terdapat di goa-goa. Manusia purba menggunakan alat ini biasanya sebagai pisau, gurdi, penggaruk, dan penusuk.

4. Alat dari Tulang Binatang 

Hasil kebudayaan selanjutnya yaitu alat tulang. Alat ini terbuat dari tulang belulang binatang, namun para manusia purba meruncingkannya sehingga lebih tajam. Para ilmuwan banyak menemukan alat tulang ini di Ngandong, Ngawi, Jawa Timur.  

Bentuknya yang runcing dan tajam membuat perkakas dari tanduk ini berfungsi sebagai pisau, belati, pencukil, atau mata tombak. Tentunya, alat ini sangat penting keberadaannya untuk manusia purba dalam mencari buruan. 

5. Kapak Penetak

Salah satu jenis artefak yang hampir menyerupai dengan kapak perimbas yaitu kapak penetak. Perbedaannya terletak pada ukuran yang mana kapak penetak memiliki bentuk lebih besar daripada kapak perimbas. Alat ini terbuat dari segumpal batu dengan tajamannya berbentuk liku-liku. 

Kapak penetak juga sering dikenal dengan sebutan chopping tool yang banyak dijumpai hampir di setiap penjuru Indonesia. Para manusia zaman dahulu menggunakan kapak penetak untuk membelah bambu, pepohonan, dan kayu. 

Baca Juga: Pengertian Homo Sapiens: Persebaran & Penemuannya

Pemahaman Akhir dari Sejarah Pithecanthropus Mojokertensis 

Pithecanthropus Mojokertensis terkenal dengan sebutan manusia kera tertua di Indonesia. Manusia purba jenis ini memiliki perawakan yang tegak dengan tulang kening tebal dan hidung yang lebar. Mereka hidup secara nomaden dengan mengandalkan sumber makanan dari alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Demikian pembahasan tentang sejarah Pithecanthropus Mojokertensis untuk menambah wawasan mengenai manusia purba yang ada di Indonesia. Jadi, sudahkah kamu memahaminya dengan benar?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page