Mengetahui tentang sejarah Tahun Baru Islam penting bagi setiap umat Islam. Tahun Baru Islam merupakan salah satu perayaan penting dalam agama Islam. Tanggal 1 Muharram ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam.
Pada tahun 1443 Hijriyah, umat Islam di seluruh dunia merayakan peristiwa bersejarah ini dengan penuh makna dan kekhidmatan. Artikel ini akan membahas sejarah Tahun Baru Islam, pengertian, dan maknanya yang mendalam. Yuk, simak dengan seksama!
Daftar ISI
Pengertian Tahun Baru Islam
Tahun Baru Islam adalah awal dari tahun baru dalam kalender Hijriyah. Umat Islam menggunakannya untuk menentukan tanggal penting, seperti bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
Pengertian Tahun Baru Islam lainnya, merupakan perubahan dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Waktu tersebut adalah saat yang baik bagi umat Muslim untuk merefleksikan diri, menetapkan tujuan, dan memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT.
Banyak umat Islam memanfaatkan Tahun Baru Islam untuk melakukan ibadah ekstra, bersedekah, dan merenungkan tindakan mereka selama tahun sebelumnya.
Sejarah Tahun Baru Islam
Kalender Hijriah mulai digunakan secara resmi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Penggunaan kalender Hijriah ini melalui putusan dari Khalifah Umar bin Khattab setelah menerima keluhan dari Gubernur Bashrah, Abu Musa Al-Asy’ari.
Beliau merasa kesulitan untuk membedakan surat-surat baru dan lama yang dari Khalifah. Khalifah Umar pun menyadari, pemerintahannya mengalami masalah dalam pengarsipan karena belum ada kalender resmi versi Islam.
Masyarakat Arab hanya mencatat tanggal dan bulan tanpa menyertakan tahun sebelum adanya Kalender Hijriah. Mereka sudah mengenal nama-nama bulan dalam Kalender Islam. Namun, saat itu belum ada penyebutan tahun.
Untuk menggantikan penyebutannya, pemberian nama tahun-tahun ini mengacu pada peristiwa besar yang terjadi.
Contohnya saja, seperti tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, penyebutannya adalah tahun Gajah. Pada tahun itu, terjadi upaya pasukan Abrahah meruntuhkan Ka’bah yang berakhir dengan kegagalan.
Khalifah Umar mengadakan musyawarah yang melibatkan para ahli falak dan tokoh-tokoh terkemuka di kalangan sahabat Nabi SAW untuk menciptakan kalender khusus dalam Islam.
Ada perdebatan panjang terkait penentuan tahun awal dalam kalender Islam selama musyawarah tersebut. Beberapa di antara mereka mengusulkan bahwa awal tahun kalender Islam harus mengacu pada peristiwa Bi’tsah.
Peristiwa tersebut adalah saat di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Namun di sisi lain juga ada usulan agar tahun awal kalender menyesuaikan dengan tahun kelahiran atau wafatnya Nabi SAW.
Ali bin Abi Thalib saat itu mengusulkan bahwa awal kalender Islam harus dimulai dari tahun hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Usulannya ini mendapat dukungan dari banyak sahabat, termasuk Utsman bin Affan.
Khalifah Umar cenderung mendukung usulan ini. Pada akhirnya, beliau memutuskan bahwa kalender Islam akan dimulai dari saat Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib atau Madinah.
Peristiwa Sejarah Penetapannya
Tahun wafatnya Nabi SAW merupakan momen kesedihan bagi umat Islam. Sehingga, bagi mereka ini tidak cocok menjadi tahun awal kalender. Atas dasar ini, Umar lebih memilih tahun hijriah sebagai awal kalender Islam.
Masih ada perbedaan pendapat di kalangan sahabat tentang tanggal kelahiran Nabi SAW dan saat beliau menerima wahyu pertama. Peristiwa hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awal.
Namun, Khalifah Umar memilih Muharram sebagai awal tahun baru Islam. Pasalnya adanya fakta, perencanaan hijrah Nabi Muhammad SAW dimulai sejak bulan Muharram.
Bulan Muharram dianggap sebagai permulaan peristiwa hijrah. Oleh karena itu, Muharram menjadi awal tahun baru dalam Kalender Hijriah.
Khalifah Umar bin Khattab menetapkan penggunaan Kalender Hijriah sebagai kalender resmi umat Islam pada tanggal 8 Rabiul Awal tahun 17 H. Kalender Hijriah mengikuti sistem penanggalan qomariah yang berdasarkan pada siklus peredaran bulan.
Dalam sistem penanggalan qomariah, terdapat 12 bulan dalam satu tahun. Pada setiap bulannya terdiri dari 29 ataupun 30 hari.
Dalam Kalender Hijriah, satu tahun terdiri dari 12 bulan dan dimulai dengan awal bulan Muharram. Oleh karena itu, tanggal 1 Muharram menjadi titik awal untuk Tahun Baru Islam.
3 Makna Sejarah Tahun Baru Islam
Berikut ini adalah 3 makna dari Tahun Baru Islam yang bisa menjadi bahan renungan bagi seluruh umat Islam, yaitu:
1. Kesadaran Akan Berjalannya Waktu
Tahun Baru Islam mengingatkan kita untuk lebih sadar akan fakta waktu terus berlalu di tengah kesibukan dunia.
Dengan demikian, umat Muslim untuk tidak hanya terpaku pada urusan dunia, tetapi juga harus memberikan perhatian yang lebih kepada ibadah dan kebaikan.
Tahun Baru Islam mendorong umat Muslim untuk memaksimalkan waktu yang ada dengan bersaing dalam melakukan kebaikan.
2. Kesadaran Akan Ujian dalam Hidup
Setiap individu akan menghadapi ujian dari Sang Pencipta selama hidupnya. Baik itu berupa ujian yang membawa duka maupun kebahagiaan.
Pada momen Tahun Baru Islam, penting untuk lebih memahami bahwa dalam menghadapi setiap ujian harus dengan harapan akan ridha Allah SWT.
Selain itu, mengajarkan umat Islam untuk lebih bersabar dalam menghadapi ujian dan meyakininya sebagai bagian dari rencana Allah.
3. Semangat Hijrah Menuju Hidup yang Lebih Baik
Konsep hijrah tidak terbatas pada perubahan yang besar dalam hidup. Setiap detik, menit, hari, dan bahkan tahun adalah kesempatan bagi manusia untuk meningkatkan diri menjadi lebih baik.
Tahun Baru Islam memberikan kesempatan untuk merefleksikan diri, meningkatkan hubungan dengan Allah, dan mendorong perubahan positif dalam hidup.
Uraian mengenai makna-makna ini harapannya dapat memberi inspirasi dan motivasi kepada seluruh umat Islam untuk hidup lebih bermakna dan bertujuan pada kebaikan.
Amalan Sunnah
Setelah memahami sejarah Tahun Baru Islam, kamu juga perlu mengetahui amalan sunah yang bisa dilakukan.
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan suci bersamaan dengan bulan Rajab, Dzulqaidah, dan Zulhijah. Selama bulan Muharram, ada anjuran untuk melaksanakan amalan-amalan sholih, terutama berpuasa.
Dari sepanjang hari-hari dalam bulan Muharram, yang paling utama adalah berpuasa pada hari ‘Asyura.
Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Puasa pada hari ‘Asyura memiliki nilai yang sangat tinggi karena dapat menghapus dosa-dosa selama satu tahun sebelumnya.
Selain puasa pada tanggal 10 Muharram, ada juga puasa pada tanggal 9 Muharram. Penyebutannya adalah Puasa Tasu’a. Puasa tersebut juga merupakan anjuran amalan di bulan Muharram.
Pelaksanaan puasa Tasu’a sebagai respons untuk membedakan umat Islam dari praktik Yahudi. Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari tersebut ketika mendapati bahwa hari ‘Asyura juga dihormati oleh umat Yahudi dan Nasrani
Selain puasa, terdapat beberapa amalan sunnah lain yang bisa dilakukan selama bulan Muharram, antara lain yaitu:
- Bersyukur kepada Allah SWT atas umur yang diberikan, mengingat umur adalah anugerah Allah yang seringkali kita lupakan.
- Melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar, yaitu merefleksikan perbuatan kita dan memohon ampunan Allah SWT.
- Membaca Al-Qur’an dengan lebih banyak.
- Bersedekah dan berzikir untuk mendekatkan diri kepada Allah.
- Merenungkan kembali saat-saat di mana Nabi Muhammad SAW meninggalkan kota Mekkah dan memulai perjalanan pentingnya ke Madinah.
- Berpuasa sepanjang bulan Muharram, khususnya pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
Melalui amalan-amalan ini, umat Islam dapat merenung, berintrospeksi, dan memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT selama bulan Muharram.
Amalan ini membantu mereka untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan membuka lembaran baru dalam ibadah dan ketaatan.
Sudah Paham Mengenai Sejarah Tahun Baru Islam?
Sejarah Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 H adalah momen penting dalam agama Islam. Sejarah yang melatarbelakanginya adalah hijrah Nabi Muhammad SAW. Pengenalan kalender Hijriyah memberikan makna yang mendalam.
Tahun Baru Islam adalah waktu yang tepat bagi umat Islam untuk merefleksikan diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Dengan penuh rasa syukur, umat Islam menyambut Tahun Baru Islam dengan harapan dan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih taat dalam menjalani ajaran Islam.