Strategi pergerakan nasional dimulai dari berdirinya organisasi pertama di Indonesia, yakni Budi Utomo. Budi Utomo mulai beroperasi pada tanggal 20 Mei 1908. Melalui organisasi inilah strategi pergerakan radikal dan taktik perjuangan organisasi nasional mulai berjalan. Berikut adalah penjelasan mengenai pergerakan ini.
Daftar ISI
Mengenal Strategi Pergerakan Radikal dan Taktik Perjuangan Organisasi Nasional
![Strategi Pergerakan Radikal dan Taktik Perjuangan Nasional 2 Budi Utomo & PNI](https://hotelier.id/studi/wp-content/uploads/2023/10/Budi-Utomo-_-PNI.png)
Strategi pergerakan seringkali menjadi fokus perhatian dalam konteks sosial yang menyangkut keamanan global. Sejak berdirinya Budi Utomo, perjuangan yang sebelumnya menggunakan senjata fisik, perlahan berubah menjadi perjuangan terorganisasi oleh kaum intelektual dan cendekiawan.
Sejatinya, terdapat 2 taktik perjuangan organisasi nasional yang pernah terjadi di Indonesia, yakni strategi pergerakan radikal non-kooperatif dan strategi pergerakan nasional moderat kooperatif. Berikut adalah pembahasan mengenai pengertian serta faktor penyebabnya.
1. Strategi Pergerakan Radikal Non-kooperatif
Strategi pergerakan radikal adalah perjuangan dengan cara yang keras untuk menentang kebijakan demi tujuan yang ekstrim. Non-kooperatif sendiri bermakna tidak mau melakukan kerja sama sedikitpun dengan pihak manapun (termasuk pemerintah) dan tanpa campur tangan atau bantuan pihak lain.
Pada masa kolonial Belanda, strategi pergerakan radikal non-kooperatif bertumpu pada gagasan bahwa kemerdekaan harus melalui usaha bangsa Indonesia sendiri. Periode radikal bangsa Indonesia berada di antara tahun 1925 hingga 1936.
Kala itu, terdapat organisasi-organisasi yang bergerak dengan tujuan perjuangan untuk menggapai berbagai hal ekstrim dengan upaya yang cukup agresif menurut perspektif pemerintahan kolonial. Beberapa contoh pergerakan tersebut antara lain:
- Melawan langsung pemerintahan Belanda,
- Melancarkan gagasan yang berpotensi mengganggu status quo, atau
- Setidaknya melontarkan kritikan tajam kepada pemerintah
Latar Belakang Berdirinya Pergerakan Radikal
Periode radikal adalah reaksi kekecewaan dan ketidakpuasan rakyat Indonesia terhadap pemerintah kolonial Belanda karena seiring berjalannya waktu, kebijakan pemerintahan semakin otoriter dan eksploitatif. Adapun latar belakang yang mendasari pergerakan ini adalah:
1. Pendidikan
Pendidikan modern yang diberikan Belanda juga berkontribusi pada munculnya pergerakan radikal. Lahirlah generasi muda yang terpelajar, kritis, dan nasionalis. Mereka menyadari bahwa Indonesia adalah bangsa yang berdaulat dan berhak merdeka. Maka, muncullah gagasan strategi pergerakan radikal.
Ditambah dengan adanya gerakan serupa di negara lain. Negara seperti Turki, Cina, dan Jepang berhasil memperjuangkan kemerdekaannya dari kuasa asing. Contoh tersebut adalah sebuah inspirasi dan motivasi untuk rakyat Indonesia.
2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi pada tahun 1921 berkontribusi pada kehancuran perekonomian dunia, khususnya negara-negara Eropa. Kondisi ini berdampak langsung pada Indonesia yang masih berada di bawah kolonialisme Belanda.
Perang Dunia menyebabkan daerah pemasaran hancur. Jadi, daya beli masyarakat menjadi rendah yang menyebabkan tumpukan bahan dan maraknya pengangguran. Krisis tersebut bagaikan batu loncatan oleh organisasi-organisasi pergerakan untuk melancarkan aksi politik sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah.
3. Pergantian Kekuasaan
Pada tahun 1921, terdapat pergantian Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Van Limburg Stirum digantikan Dirk Fock. Jenderal pengganti ini memiliki sifat yang reaksioner, terlihat pada kebijakan buatannya yang merugikan rakyat.
Termasuk diantaranya mempersulit hak berserikat, menerapkan pasal penyebaran kebencian, memperkuat dinas intelijen Hindia Belanda, serta melakukan penghematan besar-besaran sehingga menyebabkan banyaknya PHK.
Contoh Strategi Pergerakan Radikal
Demi melawan pemerintah kolonial Belanda, organisasi-organisasi yang bersifat radikal melakukan strategi pergerakan radikal, seperti:
1. Melalui Media Massa
Perkembangan media massa kala itu sangat berguna. Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, dan film adalah sarana penyebaran informasi dan propaganda bagi organisasi pergerakan nasional. Sekaligus menjadi wadah kritikan pada kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang merugikan rakyat.
![Strategi Pergerakan Radikal dan Taktik Perjuangan Nasional 3 Surat Kabar Daulat Ra’jat](https://hotelier.id/studi/wp-content/uploads/2023/10/daulat-ra_jat.jpg)
Contohnya surat kabar “Hindia Poetra” terbitan PI, surat kabar “Daulat Ra’jat” oleh PKI, “Fikiran Ra’jat” oleh PNI, dan surat kabar “Pemandangan” oleh PSII.
2. Mengadakan Rapat
![Strategi Pergerakan Radikal dan Taktik Perjuangan Nasional 4 Kongres Pemuda](https://hotelier.id/studi/wp-content/uploads/2023/10/kongres-pemuda.jpg)
Rapat umum, berbagai kongres, dan sejumlah demonstrasi sangat diperlukan untuk menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia. Melalui sejumlah pertemuan ini, rakyat Indonesia memiliki akses langsung kejelasan mengenai progres keadaan di Indonesia. Beberapa contoh pertemuan kala itu adalah:
- Kongres Pemuda II tahun 1928 yang kala itu menghasilkan Sumpah Pemuda,
- Kongres Perempuan Indonesia I tahun 1928 yang menghasilkan Resolusi Perempuan Indonesia,
- Kongres Rakyat Indonesia I tahun 1939 yang menghasilkan Piagam Jakarta,
- Demonstrasi pada tanggal 17 Oktober 1932 yang menuntut pembebasan Soekarno.
3. Angkat Senjata
Salah satu strategi pergerakan radikal untuk melawan pemerintah kolonial Belanda juga melibatkan perjuangan angkat senjata. Contoh perlawanan bersenjata kala itu antara lain.
- Pemberontakan PKI di Banten, Jawa Barat, dan Sumatera Barat pada tahun 1926 hingga 1927
- Pemberontakan Sarekat Islam di Tegal tahun 1927
- Pemberontakan Menteng 31 di Jakarta pada 1933
- Pemberontakan Gerindo di Blitar yang berlangsung tahun 1940
Adapun organisasi yang bersifat radikal antara lain:
- Indische Partij (IP) 1911-1913
- Partai Komunis Indonesia (PKI) 1924
- Perhimpunan Indonesia (PI) 1925
- Partai Nasional Indonesia (PNI) 1927
- Partai Indonesia (PARTINDO) 1931
- Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–B) 1931
2. Strategi Pergerakan Moderat Kooperatif
Strategi pergerakan ini memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan strategi pergerakan radikal. Dalam penerapannya, strategi pergerakan moderat kooperatif adalah segala perjuangan yang bersifat menghindari tindakan kekerasan atau perilaku keras dan ekstrem serta mengutamakan kerja sama.
Pada masa kolonialisme Belanda, organisasi pergerakan ini beranggapan bahwa kemerdekaan ekonomi harus tercapai lebih dulu. Sedangkan dalam bidang politik, organisasi masih bisa bersikap kooperatif pada pemerintah untuk sementara waktu. Tujuan strategi ini untuk memajukan dan memberdayakan rakyat terlebih dahulu.
Latar Belakang Berdirinya Pergerakan Moderat Kooperatif
Organisasi yang berhaluan moderat kooperatif beranggapan bahwa harus ada sikap hati-hati dalam melawan pemerintahan kolonial Belanda. Terutama setelah pemerintah kolonial memberikan sikap tegas pada tokoh yang menganut strategi pergerakan radikal.
Sejak pergerakan radikal, pemerintah sering menangkap dan mengasingkan tokoh pergerakan yang menolak kebijakan pemerintah. Seraya berhati-hati dengan langkahnya di bidang politik, organisasi moderat lebih memilih melakukan pergerakan di luar bidang politik seperti sosial dan ekonomi.
Krisis ekonomi dunia, Krisis Malaise yang terjadi pasca Perang Dunia I tahun 1929 juga menjadi latar belakang berdirinya organisasi yang menganut paham ini. Meski berdasarkan peristiwa yang sama, strategi moderat kooperatif bertujuan memerdekakan Indonesia melalui perspektif yang berbeda.
Contoh Pergerakan Moderat Kooperatif
Organisasi berhaluan moderat kooperatif menggunakan cara berikut untuk mencapai kemerdekaan.
- Mengirimkan wakilnya ke dewan rakyat (saat itu volksraad) dengan tujuan memperjuangkan kepentingan rakyat.
- Mengusahakan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi dan sosial. Contohnya melalui bank dan koperasi.
Adapun organisasi pergerakan yang menggunakan strategi moderat kooperatif antara lain:
- Budi Utomo
- Partai Nasional Indonesia (PNI)
- Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
- Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),
- Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).
Mari Kita Jaga Bersama Kedaulatan Indonesia!
Baik strategi pergerakan radikal dan strategi moderat kooperatif memiliki fokus dan cara kerjanya tersendiri. Keduanya sama sama berusaha memerdekakan Indonesia melalui perspektif dan jalur yang berbeda. Namun sejatinya, kemerdekaan Indonesia adalah hal yang menyatukan keduanya.