Dalam dunia musik, Anda tentu pernah mendengar istilah tala atau tangga nada. Umumnya, tala digunakan untuk menggambarkan suatu bunyi atau irama tertentu, yang dihasilkan dari sebuah chord musik.
Namun, tala seringkali terlupakan. Karena umumnya para penikmat musik memang tidak terlalu memikirkan tentang bagaimana suatu instrumen dapat terbentuk. Nah, bagi Anda yang ingin lebih mengenal tentang apa itu tala, artikel ini akan membahasnya secara lengkap. Mari simak sampai habis!
Daftar ISI
Apa itu Tangga Nada?
Tala atau tangga nada adalah susunan berjenjang yang berasal dari kumpulan nada pokok pada sebuah sistem nada. Mulai dari nada paling dasar hingga nada oktaf. Namun, pendapat lain menyebutkan bahwa tala merupakan susunan nada yang dirangkai menggunakan rumus interval khusus dari kumpulan nada tertentu.
Apa itu interval nada? Singkatnya, interval nada merupakan jarak antara nada satu dengan nada yang lainnya. Kemudian, jaraknya beragam, ada yang berjumlah ½ jarak, ada yang 1, bahkan ada pula yang 2. Jarak tersebutlah yang nantinya akan menentukan sebuah variasi nada serta jenis irama dari instrumen musik.
Di dalam sebuah musik, tala berfungsi sebagai paduan instrumen yang membuat sebuah lagu dapat terdengar harmonis dan indah. Karena bentuknya yang tersusun dari kumpulan nada, sehingga menghasilkan suatu bunyi atau irama yang saling berkaitan satu sama lain.
Jenis-Jenis Tangga Nada
Tahukah Anda? Ternyata terdapat tiga jenis tala yang memiliki bunyi serta karakter tersendiri pada setiap jenisnya. Apa saja jenis-jenis tala tersebut? Simak penjelasan lengkap berikut ini:
1. Diatonis
Jenis tala yang pertama yakni nada diatonis. Diatonis merupakan sebuah tala yang mempunyai tujuh nada berbeda dalam satu oktaf. Tujuh nada ini nantinya akan diakhiri oleh satu nada yang berulang.
Kemudian, jarak antara not dengan nada diatonis, yakni satu dan setengah. Salah satu contoh tala diatonis bisa Anda lihat pada chord C mayor. Di mana nada ini berawalan do dan diteruskan dengan chord A minor yang berawalan nada la.
Selain itu, diatonis merupakan pengetahuan dasar dari teori musik. Terutama dalam instrumen musik yang berasal dari Barat seperti Eropa. Lalu, tala diatonis juga terbagi lagi dalam dua jenis nada. Pertama yakni nada mayor dan kedua adalah nada minor.
Diatonis mayor merupakan jenis tala yang sering digunakan pada sebuah instrumen musik. Kemudian, Jarak antara nada dan not pada diatonis mayor berjumlah 1-1-½-1-1-1-½. Contoh diatonis mayor bisa Anda lihat pada chord C mayor. Lalu, tala mayor sendiri terdiri dari irama nada do, re, mi, fa, so, la, si, do.
Selain itu, contoh lagu yang memakai tala nada diatonis mayor bisa Anda dengarkan pada beberapa lagu nasional Indonesia. Mulai dari Berkibarlah Benderaku, Bangun Pemudi Pemuda, Maju Tak Gentar, Indonesia Raya, Hari Merdeka, dan lainnya.
Jika diatonis mayor merupakan jenis tala dengan nuansa ceria, beda halnya dengan diatonis minor. Diatonis minor justru memiliki nuansa irama yang melankolis. Nada ini mempunyai jarak not berjumlah 1-½-1-1-½-1-1. Lalu, contoh chord nya bisa Anda lihat pada kunci A minor. Nadanya sendiri adalah nada la, si, do, re, mi, fa, sol, la.
Selain itu, contoh lagu yang menggunakan tala nada diatonis minor juga bisa Anda lihat pada lagu nasional dengan nuansa sedih. Mulai dari Tanah Airku, Ibu Pertiwi, Gugur Bunga, Bintang Kejora, Mengheningkan Cipta, Ambilkan Bulan, Bubuy Bulan, Kasih Ibu, dan lain sebagainya.
2. Pentatonis
Tangga nada pentatonis atau pentatonic scale adalah tala yang memakai lima nada pokok. Di Indonesia sendiri, nada pentatonis terbagi lagi ke dalam dua jenis, yakni pentatonis pelog dan pentatonik slendro.
Mengutip dari buku tentang Seni Budaya Musik Kelas X tahun 2020, jenis nada pentatonik sangat identik digunakan dalam lagu-lagu nasional dan juga musik-musik daerah.
Salah satu contohnya bisa Anda dengar pada musik instrumen tradisional khas Indonesia seperti gamelan Jawa, gamelan Sunda, gambang kromong, calung, gamelan Bali, dan lain sebagainya.
Selain itu, pentatonis juga umumnya sering digunakan untuk musik khas tradisional negeri China dan Jepang, musik bergenre rock and roll, dan musik blues. Bahkan, tak jarang instrumen nada ini bisa Anda nikmati pada irama lagu pop.
Berikut adalah perbedaan dua jenis tala pada nada pentatonis, yaitu:
Pentatonik Pelog
Umumnya, jenis nada ini memiliki susunan ketukan yang terdiri dari 1-3-4-5-7-1′. Jika dibuat nada, maka berbunyi do-mi-fa-sol-si-do’ atau dalam bentuk chord adalah C-E-F-G-B-C’. Selain itu, ciri-ciri tala nada pentatonik pelog ini umumnya bersifat tenang, damai, syahdu, dan sakral.
Contoh lagu daerah yang menggunakan jenis tala nada pentatonik pelog bisa Anda dengarkan pada beberapa lagu tradisional khas Jawa.
Mulai dari Gundul-Gundul Pacul asal (Jawa Tengah), Pitik Tukung asal (Jawa Tengah), Suwe Ora Jamu asal (Jawa Tengah), Jamuran asal (Jawa Tengah), dan masih banyak lagi.
Pentatonik Slendro
Jenis ini umumnya memiliki susunan ketukan yang terdiri dari 1-2-3-5-6-1′. Jika dibuat nada, maka berbunyi do-re-mi-sol-la-do’ atau dalam bentuk chord nya adalah C-D-E-G-A-C’. Kemudian, ciri-ciri tala nada pentatonik pelog ini umumnya bersifat gembira, lincah, atraktif, dan penuh semangat.
Contoh lagu daerah yang memakai jenis tala nada pentatonik slendro antara lain dapat Anda dengarkan pada beberapa lagu tradisional khas Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Mulai dari lagu Cublak-Cublak Suweng asal (Jawa Tengah), lagu Cing Cangkeling asal (Jawa Barat), dan juga Lir Ilir asal (Jawa Tengah).
3. Kromatis
Jenis tala terakhir, yakni kromatis. Tala nada kromatis terdiri dari susunan 12 nada yang terbentuk melalui interval ketukan setengah nada dalam setiap notnya.
Sebenarnya, tala nada kromatis merupakan turunan dari jenis tala nada diatonik mayor. Di mana, pada bagian nada yang lain dalam tala diatonik mayor terpecah menjadi ½ bagian mayor dan ½ di tala kromatis.
Tala nada kromatis memang sudah cukup banyak digunakan dalam berbagai jenis lagu atau irama musik. Seperti musik jazz, pop, rock, dan beberapa lagu rohani. Contoh lagu yang memakai tala nada kromatis, yakni Bungong Jeumpa asal Aceh dan juga Indonesia Pusaka karya pencipta lagu ternama, Ismail Marzuki.
Selain itu, tala nada kromatis ini menggunakan 12 macam nada dengan jarak per ketukan adalah 1/2. Kemudian, tala nada kromatis juga merupakan kumpulan dari berbagai nada yang terdapat dalam satu irama musik dan akan berulang oktafnya.
Namun, meski terdapat 12 nada berbeda dalam satu oktaf, hanya ada 7 oktaf pertama saja dari abjad yang akan digunakan. Nada tersebut adalah chord A, B, C, D, E, F, G. Lalu, lima nada lainnya akan diberi nama melalui simbol penempatan tanda kres (♯) atau bisa juga tanda mol (â™).
Tanda kres atau sharp (♯) ini berguna untuk menaikkan jumlah ketukan sebanyak setengah nada. Sebagai contoh, nada C yang mendapat tanda kres maka naik setengah ketukan menjadi nada Cis.
Sedangkan untuk simbol mol atau flat (â™), simbol ini berfungsi untuk menurunkan jumlah ketukan sebanyak setengah nada. Contohnya, nada C yang akan diberi tanda mol, maka akan berubah ketukan nadanya menjadi nada Ces.
Urutan Tangga Nada
Setelah membahas tentang apa itu tala beserta jenisnya, kali ini Anda perlu mengetahui juga tentang urutan nada dalam skala irama. Berikut penjelasannya:
1. Tala Nada Modal
Tala nada modal atau yang sering disebut nada skala modal adalah jumlah urutan nada yang paling awal. Skala modal ini terdiri atas 7 nada. Nada tersebut adalah Ionian, dorian, lydian, mixolydian, phrygian, aeolian, dan locrian.
2. Tala Nada Penuh
Tala nada penuh atau yang sering disebut dengan nada skala penuh adalah jumlah skala nada yang mempunyai jarak nada, yakni sekitar satu not penuh. Sehingga yang masuk di dalam tala nada ini adalah seluruhnya dari jumlah total nada.
Sudah Paham Jenis dan Urutan Tangga Nada?
Nah, itu dia penjelasan lengkap tentang apa itu tangga nada, serta jenis-jenis dan urutannya. Intinya, tala nada merupakan kumpulan nada yang tersusun melalui gabungan dari beberapa ketukan nada. Sehingga, akan menghasilkan satu irama atau bunyi dengan ciri khas tersendiri. Semoga bermanfaat!