Ada lima teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yang mungkin bisa menjawab rasa penasaranmu tentang cara mereka datang ke tanah Nusantara!. Supaya tidak penasaran, mari kupas teori-teori tersebut lewat ulasan dalam artikel ini, yuk!
Daftar ISI
Mengenal 5 Teori Asal usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Rupanya, kedatangan nenek moyang orang Indonesia ke tanah ini telah diteliti oleh sejumlah ahli. Dari berbagai penelitian tersebut, ada lima teori sejarah yang memfasilitasi kamu untuk mengenal sejarah asal-usul nenek moyang kita berikut ini.
1. Teori Yunan
Teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang pertama adalah teori Yunan. Gagasan ini mengusulkan ide bahwa nenek moyang bangsa kita dari daratan Yunan yang merupakan daerah di sebelah barat daya Tiongkok. Daerah ini berbatasan langsung dengan Myanmar, Laos, dan Vietnam.
Pencetus teori ini adalah seorang sejarawan sekaligus arkeolog asal Austria, Robert Barron Von Heine. Beliau pernah melakukan sebuah kajian sejarah terhadap kebudayaan megalitik di Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
Dari hasil kajian tersebut, Beliau menyimpulkan bahwa ada bangsa yang melakukan migrasi dari Asia Utara ke Asia Selatan. Pada masa neolitikum, atau sekitar 2000–200 SM, bangsa tersebut melakukan migrasi dalam beberapa gelombang.
Pada akhirnya, mereka mendiami pulau-pulau, mulai dari Pulau Madagaskar di Afrika, sampai Pulau Paskah di Chile. Selain Pulau Madagaskar dan Paskah, bangsa ini juga bermigrasi sampai ke Taiwan dan Selandia Baru.
Penelusuran tersebut yang mencetuskan teori bahwa kemungkinan nenek moyang kita juga berasal dari daratan Yunan.
Teori ini juga mendapatkan dukungan dari bukti arkeologis, berupa temuan kapak zaman praaksara berbentuk lonjong dan persegi di daratan Nusantara. Kapak-kapak ini memiliki kemiripan dengan kapak yang terdapat di wilayah Asia Tengah.
Kapak berbentuk persegi banyak ditemui di daratan Indonesia bagian barat. Di sisi lain, temuan kapak lonjong terdapat banyak di daerah Indonesia bagian timur.
Selain itu, Seorang sejarawan lain, yang bernama J. H. C. Kern, mengemukakan bahwa bahasa Indonesia memiliki kemiripan dengan beberapa bahasa yang berakar dari bahasa Austronesia (Melanesia, Mikronesia dan Polinesia).
Bahasa Melayu atau Austronesia memiliki kemiripan dengan bahasa Champa, Vietnam, dan Kamboja. Jadi, kondisi tersebut memberikan kemungkinan tentang hubungan nenek moyang kita dengan Yunan.
Dalam pembahasan teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia, teori Yunan menjelaskan bahwa ada sejumlah gelombang migrasi ke daratan nusantara. Gelombang tersebut adalah Proto-Melayu dan Deutro-Melayu. Supaya kamu lebih paham, perhatikan penjelasan berikut.
a. Gelombang Migrasi Proto-Melayu atau Melayu Tua
Dalam rumpun Austronesia, bangsa Negrito dipercaya merupakan ras pertama yang datang ke tanah Nusantara. Mereka juga yang menjadi cikal bakal terbentuknya rumpun Austronesia termasuk rumpun Proto-Melayu dan Deutro-Melayu.
Proto-Melayu adalah bagian dari rumpun Austronesia yang tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. Awalnya, rumpun Austronesia berasal dari China dan melakukan migrasi. Pada akhirnya, mereka berlayar sampai ke kepulauan Indonesia sampai ke timur Melanesia dan Polinesia.
Bangsa Proto-Melayu datang ke tanah Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur barat dan timur.
- Jalur Barat: Bangsa Austronesia bermigrasi melewati Indochina lalu, ke Semenajung Malaya. Kemudian, mereka berlayar masuk ke Pulau Sumatera dan Jawa, lalu ke daerah timur.
- Jalur Timur: Bangsa ini bermigrasi dari Yunan menuju Formosa (Taiwan). Kemudian, mereka berlayar menuju Filipina dan akhirnya, masuk ke Pulau Sulawesi dan Papua.
Bangsa Proto-Melayu berhasil mendiami wilayah kepulauan Indonesia dan Pasifik atau dikenal sebagai Melayu-Polinesia. Maka, Proto-Melayu dianggap sebagai nenek moyang bagi semua kelompok Melayu-Polinesia, mulai dari Pulau Madagaskar hingga pulau di timur Pasifik.
Kedatangan bangsa Proto-Melayu membawa kemunculan era neolitikum atau zaman batu muda. Temuan kerajinan dan gerabah di Nusantara memiliki kesamaan dengan yang ada di China. Kelompok yang termasuk Proto-Melayu antara lain Suku Batak (Sumatera), Suku Dayak (Borneo), dan Suku Alfur (Sulawesi dan Maluku).
Akan tetapi, setelah kedatangan Proto-Melayu sekitar 3.000 SM, gelombang migrasi berikutnya muncul. Peristiwa itu mengakibatkan penduduk Proto-Melayu terdesak ke daerah pedalaman dan pelosok.
b. Gelombang Migrasi Deutro-Melayu atau Melayu Muda
Teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia ini juga menjelaskan migrasi Deutro-Melayu. Gelombang kedua migrasi ini terjadi pada sekitar tahun 300–200 SM. Bangsa ini datang ke Indonesia melalui jalur darat, yaitu dari Yunan ke wilayah Indochina.
Kemudian, mereka mencapai Semenanjung Malaya dan Kepulauan Indonesia.
Saat kedatangan Bangsa Deutro-Melayu, kelompok Proto-Melayu terdesak untuk masuk ke kawasan pedalaman dan mengakibatkan persebaran Deutro-Melayu menjadi merata. Selain itu, kedatangan Deutro-Melayu membawa kebudayaan baru terhadap peradaban Nusantara.
Bangsa Deutro-Melayu sudah bisa menghasilkan benda-benda yang terbuat dari logam dan perunggu. Contoh benda buatan bangsa ini adalah kapak corong dan juga nekara, serta menhir, dolmen, dan punden berundak.
Uniknya, kebudayaan perunggu di Indonesia memiliki memiliki kemiripan dengan kebudayaan di Dongson, Vietnam. Maka, tidak heran jika muncul spekulasi bahwa kebudayaan logam dan besi Indonesia berasal dari Dongson pula.
2. Teori Out of Taiwan
Teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang berikutnya adalah teori Out of Taiwan. Hipotesis ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita berasal dari Kepulauan Formosa atau Taiwan. Gagasan utama dari teori ini adalah bahwa bangsa Austronesia berasal dari daerah Taiwan.
Pasalnya, tidak ada bukti genetika yang menunjukan kesamaan kromosom antara bangsa Indonesia dengan bangsa Tiongkok. Sebaliknya, pendekatan genetika menunjukan bahwa genetik bangsa Indonesia punya kemiripan dengan bangsa Taiwan.
Selain itu, pendekatan teori ini juga berlandaskan pada aspek bahasa dan linguistik. Bahasa di Nusantara memiliki kemiripan kosakata dengan yang digunakan di Kepulauan Formosa dan daerah penutur Austronesia lainnya, seperti Filipina.
Pergerakan migrasi penduduk Taiwan diawali dengan migrasi ke Utara Filipina sekitar 4500—3000 SM. Kemudian, mereka berlayar menuju Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara pada 3500—2000 SM. Lalu, mereka terus menyebar dari Nusa Tenggara, Jawa, Sumatra, Papua Barat, Oseania, hingga ke Melanesia di Pasifik.
3. Teori Out of Africa
Teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang satu ini sedikit berbeda dari teori-teori sebelumnya. Konsep ini mengemukakan bahwa nenek moyang kita berasal dari tanah Afrika. Bukan hanya penduduk Indonesia, tetapi hampir semua manusia modern saat ini dipercaya berasal dari Afrika menurut teori ini.
Hipotesis dari teori ini menyatakan bahwa homo sapiens dari Afrika pada 200.000 tahun yang lalu melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia. Perjalanan migrasi mereka berlangsung mulai dari 200.000 SM hingga 60.000 SM.
Masyarakat Afrika melakukan migrasi dengan melewati Sungai Nil, Semenanjung Sinai, Arab Levant hingga mencapai Kawasan Asia Barat. Beberapa juga ada yang menyeberangi Laut Merah sebagai opsi lain.
Setelah menetap di Asia Barat, sebagian bangsa Afrika melakukan migrasi lagi dengan mengikuti garis pantai Arab hingga ke India. Tidak hanya India, mereka juga sampai hingga kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Mereka juga melintasi Indonesia sebelum akhirnya bermigrasi ke Australia.
4. Teori Nusantara
Teori Nusantara menolak gagasan dari beragam teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia sebelumnya. Teori ini menggagas bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, tidak melalui migrasi atau apapun.
Landasan teori ini berdasarkan lima argumen di bawah ini.
- Persamaan bahasa seperti bahasa Champa dengan bahasa Nusantara, dianggap hanya kebetulan.
- Temuan fosil di kawasan Nusantara memiliki ciri khas yang menunjukkan keunikan peradaban di Nusantara.
- Homo Soloensis dan Homo Wajakensis kemungkinan merupakan nenek moyang dari orang-orang Melayu.
- Bangsa Melayu merupakan bangsa yang memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Peradaban yang tinggi ini tidak mungkin terjadi apabila tidak terdapat pengembangan dari budaya sebelumnya.
- Ada perbedaan antara bahasa Austronesia di Nusantara dengan bahasa yang ada di Indo-Eropa yang berkembang di kawasan Asia Tenggara.
5. Teori dari Para Ahli
Selain teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia di atas, para ahli juga memiliki pendapat mereka mengenai asal-usul nenek moyang kita. Seperti apa pendapat mereka?
1. Drs. Moh. Ali
Drs. Moh. Ali merupakan tokoh yang mendukung teori Yunan. Beliau berpendapat bahwa nenek moyang kita berasal dari daerah Mongol, yaitu di sekitar hulu-hulu sungai besar yang berada di daratan Asia.
2. Von Heine-Geldern
Tokoh ini berpendapat bahwa leluhur orang Indonesia memiliki hubungan dengan bangsa Champa, Cochin China, dan Kamboja. Kesamaan artefak di Nusantara dengan di tempat-tempat tersebut juga mendukung pendapat Beliau.
3. Prof. Dr. H. Kern
Ilmuwan ini berargumen bahwa Bangsa Indonesia memiliki nenek moyang yang berasal dari Asia. Konsep tersebut beliau temukan melalui kesamaan bahasa antara bahasa Nusantara, Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia. Semua bahasa tersebut memiliki satu rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia.
4. Prof. Moh. Yamin
Prof. Moh. Yamin merupakan tokoh yang mendukung teori Nusantara. Beliau berargumen kalau nenek moyang Nusantara berasal dari Nusantara itu sendiri. Buktinya adalah fosil Homo Wajakensis dan Homo Soloensis yang hanya ada di Nusantara dan tidak di kawasan Asia lain.
5. Dr. Brandes
Dr. Brandes, melalui pendekatan kebahasaan, menyimpulkan bahwa bahasa Nusantara memiliki kemiripan dengan penutur Austronesia lain, seperti Taiwan, Jawa, Bali, hingga daerah tepi Madagaskar dan Amerika. Jadi, ada kemungkinan nenek moyang kita memiliki keterkaitan dengan penutur lain bahasa Austronesia.
Baca Juga: 10 Kerajaan Tertua di Indonesia Lengkap dengan Sejarahnya
Jadi, Darimana Asal usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia?
Jika kamu mencermati kelima teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia di atas, belum ada kesimpulan paling kuat yang menunjukkan asal-muasal nenek moyang bangsa Indonesia.
Sebaliknya, teori-teori tersebut membuktikan bahwa peradaban nenek moyang kita sangat kompleks dan bangsa ini sudah memiliki berbagai keragaman suku, bangsa, dan kebudayaan sejak dulu.