Budi Utomo adalah organisasi pemuda Indonesia yang menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ada lima tokoh pendiri Budi Utomo dengan peran yang signifikan, baik bagi organisasi tersebut, maupun bagi perjuangan bangsa Indonesia. Mari kita mengenal dan sejarah terbentuknya organisasi ini!
Daftar ISI
Kenali 5 Tokoh Pendiri Budi Utomo
Budi Utomo merupakan organisasi pemuda yang bergerak bidang sosial, budaya, serta ekonomi. Organisasi ini dibentuk oleh lima mahasiswa dari School tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau STOVIA. Berikut ini sejarah dan latar belakang kelima tokoh-tokoh tersebut.
1. Dr. Soetomo
dokter Soetomo merupakan tokoh pendiri Budi Utomo yang paling sering dikenal masyarakat. Pria yang bernama asli Soebroto ini adalah seorang dokter sekaligus politikus ulung. Beliau adalah salah satu pelopor gerakan kemerdekaan lewat pendirian organisasi Budi Utomo.
dokter Soetomo lahir pada tanggal 30 Juli 1888, di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dan menjadi siswa STOVIA saat usia 15 tahun. Soetomo muda memiliki jiwa sosial yang tinggi serta kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Beliau terinspirasi untuk mendirikan organisasi pemuda, setelah beliau bertemu seorang alumni STOVIA, dr. Wahidin Sudirohusodo. Dalam pertemuan mereka, dokter Wahidin mengemukakan keinginannya akan adanya organisasi yang bisa mengangkat derajat bangsa.
Kemudian, dokter Soetomo mendiskusikan gagasan itu pada teman-temannya, seperti Soeradji Tirtonegoro dan Goenawan Mangoenkoesoemo. Diskusi tersebut melahirkan organisasi Budi Utomo yang berisikan 9 anggota pada tanggal 20 Mei 1908.
Setelah dokter Soetomo lulus dari STOVIA pada tahun 1911, beliau melanjutkan karirnya sebagai dokter yang membuat beliau harus berpindah-pindah tempat. Beliau juga termasuk dalam salah satu tenaga medis yang menangani wabah pes di Malang.
dokter Soetomo meninggal pada usia 50 tahun pada tanggal 30 Mei 1938. Beliau dimakamkan di area Gedung Nasional Indonesia di daerah Bubutan, Surabaya. Atas jasa-jasa beliau, dokter Soetomo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 27 Desember 1961.
2. Goenawan Mangoenkoesoemo
Goenawan Mangoenkoesoemo juga merupakan tokoh pendiri Budi Utomo. Beliau merupakan adik dari Tjipto Mangoenkoesoemo, dan berasal dari keluarga priyayi Jawa. Ayahnya, Mangoenkoesoemo adalah seorang dokter, sedangkan kakeknya merupakan pejuang saat Perang Jawa (1825–1830).
Sejak usia muda, Goenawan sangat kritis terhadap isu ketidakadilan. Beliau sering menuliskan gagasannya dan mengirimkannya ke surat kabar, Java Bode. Banyak yang mengatakan bila tulisannya dapat membuat kawannya senang, tetapi membuat lawannya panas hati.
Melalui tulisannya, beliau menyampaikan keresahannya akan penderitaan rakyat Bumiputera (Indonesia). Beliau mengkritik perubahan adat pada Bumiputera dan perkawinan muda yang menyengsarakan rakyat.
Bersama dengan dr. Soetomo dan rekannya yang lain, Beliau mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan menjabat sebagai sekretaris Budi Utomo. Dalam menjalankan tugasnya untuk mendampingi Soetomo mengembangkan organisasi, rupanya membuat persahabatan mereka makin dekat.
Goenawan dikenal sebagai sosok yang disiplin, teratur dan mempunyai semangat yang tinggi. Beliau adalah motivator dan penggerak bagi oragnisasi Budi Utomo. Melalui organisasi ini, beliau memperjuangkan keadilan rakyat Bumiputera agar bisa setara dengan Eropa.
Goenawan dan Soetomo pernah melanjutkan studi ke Belanda pada tahun 1919. Beliau juga pernah menjadi wakil ketua organisasi Perhimpunan Hindia di Belanda. Setelah lulus, beliau bekerja sebagai dokter di Palembang.
Goenawan meninggal pada tahun 1929. Kematiannya membuat dr. Soetomo merasa kehilangan. Kakak Goenawan, Tjipto Mangoenkoesoemo berpendapat bahwa kematian Goenawan membuat Soetomo kehilangan “dalangnya”.
3. Soeradji Tirtonegoro
Tokoh pendiri Budi Utomo yang berikutnya adalah Soeradji Tirtonegoro dan merupakan sosok yang mengusulkan nama Budi Utomo sebagai nama organisasi. Beliau merupakan mahasiswa yang aktif selama belajar di STOVIA dan juga mahir dalam berbahasa Jawa.
Soeradji yang lahir pada tahun 1887 di Kabupaten Ponorogo merupakan anak dari pensiunan guru dan kepala sekolah rakyat. Beliau menjadi kawan bagi Soetomo dalam membentuk organisasi pemuda ketika bersekolah di STOVIA.
Saat pembentukan Budi Utomo, Soeradji mengusulkan dua nama, yaitu “Eko Projo” dan “Budi Utomo”. Kata “Budi Utomo” berasal dari komentar dr. Soetomo ketika dr. Wahidin mengunjungi STOVIA dan mengusulkan idenya. Soetomo berkomentar bahwa ide dr. Wahidin adalah gagasan mulia dan menunjukan budi yang utama.
Akhirnya kata “Budi Utomo” menjadi nama resmi organisasi dan menjadi organisasi pergerakan nasional.
Setelah lulus dari STOVIA pada tahun 1912, Soeradji melakukan praktik di banyak tempat, mulai dari Palembang, Bandung, hingga Riau. Beliau juga pernah bertugas ke daerah di bawah kepemimpinan Pakubuwono X.
Soeradji juga pernah terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau bergerilya melawan pasukan Belanda dan NICA. Selain itu, beliau juga mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) di Klaten pada tanggal 17 September 1946.
Soeradji meninggal dunia pada tanggal 13 Desember 1959 di Klaten. Beliau dimakamkan di Mlati, Yogyakarta. Berkat jasa dan pengabdiannya, beliau mendapatkan gelar Raden Tumenggung Tirtonegoro. Selain itu, namanya juga diabadikan menjadi nama rumah sakit di Klaten.
4. Raden Mas Goembrek
Raden Mas Goembrek juga merupakan s tokoh pendiri Budi Utomo, dan menjabat sebagai komisaris sewaktu mendirikan Budi Utomo. Berkat latar belakangnya sebagai keturunan pejabat teras (pejabat tinggi) dari Karesidenan Bagelen, beliau berperan dalam mencari dukungan dari bupati.
Goembrek lahir pada tanggal 26 Juni 1885. Nama Goembrek berasal dari wuku keenam dalam penanggalan Jawa yang disebut Gumbreg. Beliau merupakan keturunan pejabat karesidenan Bagelen yang meliputi Kebumen, Purwokerto, Cilacap, dan Banyumas.
Saat masuk STOVIA, Goembrek memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Beliau bergabung dengan dr. Soetomo untuk berdiskusi dan akhirnya mendirikan Budi Utomo.
Menjabat sebagai komisaris, Goembrek bertugas mencari dukungan untuk mengembangkan organisasi. Berkat statusnya sebagai keturunan pejabat, beliau dapat menarik perhatian para bupati-bupati dari berbagai daerah.
Dengan demikian, Budi Utomo dapat melakukan kongres pertamanya dengan dihadiri oleh 300 peserta.
RM Goembrek pernah terjun sebagai tenaga medis untuk mengatasi wabah pes di Malang pada tahun 1910. Kemudian, beliau menjabat sebagai dokter Bumiputera di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Di samping itu, beliau juga bertugas ke lebih dari 34 kota.
Dalam karirnya sebagai dokter, RM Goembrek banyak mengabdi untuk orang-orang. Beliau meninggal pada usia 82 pada tanggal 19 Januari 1968.
5. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Meskipun dr. Wahidin Sudirohusodo bukan tokoh pendiri Budi Utomo secara langsung, tetapi beliau adalah penggagas ide organisasi ini. Beliau dikenal sebagai seorang dokter dan tokoh pendidikan Indonesia dari masa penjajahan.
Dokter Wahidin lahir pada tanggal 7 Januari 1952 di Kota Yogyakarta. Beliau juga merupakan seorang keturunan Priyayi Jawa dan juga memiliki darah Daeng Kraeng Nobo atau seorang bangsawan Makassar yang datang ke Jawa.
Dokter Wahidin merupakan sosok yang aktif dan senang bergaul dengan orang-orang. Selama karirnya sebagai seorang dokter, dr. Wahidin banyak melihat penderitaan dan kesengsaraan rakyat. Akibatnya, beliau bertekad untuk membantu membebaskan rakyat dari penderitaan.
Ada 2 visi dr. Wahidin untuk membebaskan penderitaan rakyat, yaitu mencerdaskan rakyat dan menanamkan kesadaran bangsa. Maka, beliau mendirikan lembaga untuk membantu pelajar mendapatkan hak pendidikan. Selain itu, beliau juga membantu rakyat dengan mengobati mereka yang sakit, tanpa meminta biaya.
Selama beliau menjadi dokter, dr. Wahidin juga menyebarkan gagasannya ke sekolah-sekolah. Mahasiswa STOVIA menerima gagasan ini hingga terbentuklahBudi Utomo.
Dokter Wahidin meninggal pada usianya yang ke-65 tahun pada tanggal 26 Mei 1917. Atas jasa dan pengorbanan, beliau menjadi Pahlawan Nasional yang memperjuangkan pendidikan bangsa.
Tujuan dan Visi Terbentuknya Budi Utomo
Setelah mengetahui beberapa tokoh pendiri Budi Utomo, kita jadi tahu bila masing-masing tokoh memiliki peran mereka. Susunan keorganisasian Budi Utomo terdiri dari struktur di bawah ini.
- Ketua: dr. Soetomo.
- Wakil ketua: M. Soelaiman.
- Bendahara: R. Angka Prodjosoedirdjo.
- Sekretaris I: Gondo Soewarno.
- Sekretaris II: M. Goenawan.
- Komisaris: Muhammad Saleh; M. Soeradji; RM Goembrek; dan M. Soewarno.
Budi Utomo memiliki visi utama membangun kemajuan bagi Hindia Belanda (Indonesia saat itu). Dengan demikian, tujuan Budi Utomo adalah menaikkan derajat bangsa dengan memajukan pertanian, peternakan, pengajaran, industri, perdagangan, dan kebudayaan.
Organisasi ini berhasil menyelenggarakan kongres pertama mereka pada tanggal 3–5 Oktober 1908. Agenda yang organisasi ini ajukan adalah mendirikan Studiefonds atau Badan Bantuan Pendidikan. Akan tetapi gagasan itu ditolak karena tiga poin alasan, poin-poin tersebut antara lain:
- Keterbatasan gerakan dalam program Badan Bantuan Pendidikan.
- Kesulitan dalam pelaksanaan.
- Program ini adalah satu dari sebagian program kerja Budi Utomo yang lain.
Meskipun demikian, Budi Utomo berkembang dengan cepat, yang dulunya berawal dari 9 anggota inti, hingga memiliki lebih dari 10.000 anggota. Selain itu, Budi Utomo juga memiliki tujuh kantor cabang yang tersebar di beberapa daerah, seperti Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, hingga Surabaya.
Tidak hanya itu, Budi Utomo juga menjadi tempat munculnya tokoh Pahlawan Nasional lain. Contohnya adalah tokoh tiga serangkai yang terdiri dari Tjipto Mangoekoesoemo, Douwes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara.
Kehadiran organisasi Budi Utomo menjadi pemicu kebangkitan bangsa serta semangat nasionalisme. Oleh sebab itu, hari lahirnya Budi Utomo ditandai sebagai hari kebagkitan nasional.
Apa Pengaruh Tokoh Pendiri Budi Utomo Bagi Indonesia?
Melalui gagasan para tokoh pendiri Budi Utomo, sebuah organisasi yang berpengaruh dalam perjuangan rakyat Indonesia terbentuk. Organisasi ini juga merupakan wujud gerakan revolusioner untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang terstruktur dengan visi misi yang konkret dan jelas.
Walaupun para tokohnya bukan sepenuhnya dari kalangan politikus, tetapi mereka berjuang dengan daya dan keahlian yang mereka punya untuk memajukan bangsa.