Wilayah Formal dan Fungsional: Arti, Ciri, hingga Contoh

Wilayah yang terdapat dalam suatu negara atau daerah, ternyata terbagi ke dalam beberapa kategori. Beberapa contohnya, antara lain pembagian berdasarkan wilayah formal dan fungsional.

Sayangnya, tak banyak orang yang memahami perbedaan antara kedua wilayah tersebut. Padahal, dengan memahami konsepnya, kamu akan lebih mudah membedakan sekaligus menemukan contoh-contoh wilayahnya.

Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan wilayah formal dan fungsional? Apa saja perbedaan dan ciri kedua wilayah tersebut? Bagi kamu yang tertarik ingin tahu lebih banyak tentang dua jenis pembagian perwilayahan tersebut, simak artikel ini sampai akhir!

Pengertian Wilayah Formal dan Fungsional

Ilustrasi wilayah fungsional
Ilustrasi wilayah fungsional | Sumber gambar: Pexels

Secara umum, pembagian perwilayahan menurut kekhasan dari dari wilayah tersebut bisa kamu bedakan menjadi dua, yakni wilayah formal dan fungsional. Berikut adalah penjelasan selengkapnya tentang kedua wilayah tersebut:

1. Wilayah Formal

Wilayah formal adalah kawasan geografis yang seragam atau homogen, berdasarkan pada kriteria tertentu. Oleh karena itulah, pembagian perwilayahan yang satu ini juga sering disebut dengan kawasan homogen atau homogenous region concept.

Adapun bagian-bagian yang ada di kawasan ini akan memiliki keseragaman tertentu. Artinya, karakteristik tersebut akan berlaku secara umum dan penerapannya berlaku bagi semua bagian yang termasuk ke dalam wilayah ini.

Beberapa karakteristik homogen yang biasa muncul, antara lain kesamaan aktivitas ekonomi, sosial budaya, hingga kondisi geografis. Pada mulanya, penggunaan kriteria tersebut lebih mengacu pada karakteristik fisik, seperti iklim, vegetasi, dan topografi.

Bahkan, tak jarang juga kerap dikaitkan dengan konsep penentuan secara geografi, di mana alam menjadi faktor utama yang membatasi wilayah. 

2. Wilayah Fungsional

Wilayah fungsional atau yang bisa kamu sebut dengan wilayah nodal atau terkutub (polarized region) merupakan kawasan geografis yang menunjukkan koherensi fungsional tertentu, sehingga akan muncul perilaku saling ketergantungan antar bagiannya.

Dengan kata lain, homogenitas di kawasan ini sudah tidak berlaku sebagai kriteria pembentukan wilayah. Sebab, bagian yang ada di dalamnya cenderung bersifat heterogen. Contohnya, seperti adanya kota dan desa, di mana keduanya masih mempunyai hubungan fungsional dan saling berkaitan.

Maka dari itu, sangat memungkinkan suatu kawasan yang secara administratif merupakan kota, terdapat kawasan yang bukan perkotaan atau non-urbanized area. Adapun hubungan fungsional ini umumnya terlihat dalam bentuk pergerakan barang, jasa, dan/atau manusia dari satu bagian ke bagian lainnya dalam satu kawasan tersebut.

Ciri-Ciri Wilayah Formal dan Fungsional

Ciri wilayah formal
Ciri wilayah formal | Sumber gambar: Pexels

Agar lebih mudah dalam memahami kedua jenis kawasan tersebut, berikut ini adalah pembagian ciri-ciri wilayah formal dan fungsional beserta fungsinya yang penting untuk kamu ketahui:

1. Ciri Wilayah Formal

  • Terdapat ciri khas berbentuk elemen sosial maupun fisik yang membedakannya dengan wilayah lain.
  • Terdapat ciri spesifik yang bisa dibedakan secara jelas dan kasat mata dengan daerah lain, karena kawasan ini bersifat homogen.
  • Memiliki keseragaman dan kesamaan di dalam kawasannya.
  • Memiliki kriteria fisik, alam, maupun sosial yang sama.
  • Mempunyai kebudayaan yang sama antar masyarakatnya.
  • Memiliki batas-batas daerah yang jelas.

2. Ciri Wilayah Fungsional

  • Umumnya, memiliki hubungan yang kuat di antara titik-titik wilayahnya tersebut.
  • Memiliki karakteristik yang bersifat heterogen atau beragam.
  • Cenderung mempunyai batasan yang kurang jelas, karena sifatnya yang lebih fleksibel, sesuai dengan hubungan timbal baliknya.
  • Bersifat lebih aktif dan dinamis daripada kawasan formal.
  • Memiliki fasilitas jalan atau tempat khusus yang digunakan untuk melakukan penukaran satu sama lain.
  • Memiliki pusat kegiatan yang saling terhubung dengan daerah yang ada di sekitarnya.

Perbedaan antara Wilayah Formal dan Fungsional

Berdasarkan ciri-ciri di atas, berikut adalah perbedaan antara wilayah formal dan fungsional yang bisa kamu lihat dengan jelas:

  • Kawasan formal fokus pada keseragaman dalam aspek fisik atau biotik. Berbeda halnya dengan kawasan fungsional yang terdapat interaksi keruangan, di mana terdapat berbagai keterkaitan antara beberapa pusat kegiatan.
  • Kawasan formal cenderung bersifat statis dan tidak aktif karena homogenitasnya, sedangkan fungsional lebih bersifat dinamis dan aktif.
  • Pada kawasan formal, memiliki ciri fisik yang sangat terlihat jelas. Sementara itu, daerah fungsional justru memiliki ciri yang sulit diketahui.
  • Kawasan formal tidak mempunyai hubungan ketergantungan antar wilayah, karena hanya ada satu aspek fisik atau biotik di dalamnya. Sedangkan daerah fungsional mempunyai hubungan ketergantungan yang begitu terlihat jelas antar wilayahnya.

Contoh Wilayah Formal dan Fungsional yang Perlu Diketahui

Contoh wilayah fungsional dan formal
Contoh wilayah fungsional dan formal | Sumber gambar: Pexels

Agar lebih mudah dalam memahami konsep kedua jenis kawasan seperti yang sudah dijelaskan di atas, berikut adalah berbagai contoh wilayah formal dan fungsional yang perlu kamu ketahui.

1. Contoh Kawasan Formal

Pada kawasan formal, klasifikasi dan contoh wilayahnya terbagi menjadi tiga, antara lain:

a. Berdasarkan Kriteria Alam

Kawasan formal berdasarkan kriteria fisik ini lebih menonjolkan adanya kesamaan topografi, vegetasi, jenis batuan, iklim, dan juga hewan. Jadi, di dalamnya terdapat beberapa kesamaan kenampakan alam, seperti gunung, pegunungan, rawa, sungai, relief berbentuk antiklinal dan sinklinal, hingga relief berbentuk patahan dan lipatan.

Beberapa contohnya di Indonesia, seperti wilayah pegunungan kapur di Yogyakarta, wilayah beriklim dingin di daerah Pegunungan Dieng, hingga zona dataran rendah di Jakarta.

b. Berdasarkan Kondisi Sosial Budaya

Adapun untuk kawasan formal berdasarkan pada kondisi sosial budayanya, antara lain seperti dari segi ekonomi, mata pencaharian masyarakat setempat, kondisi lingkungan hidup, hingga suku dan agama mayoritas di kawasan tersebut.

Beberapa contohnya yang bisa kamu temui, antara lain wilayah industri di Bekasi, daerah pengrajin gerabah di pedesaan, wilayah Suku Baduy, kawasan pemukiman pecinan di berbagai daerah di Indonesia, hingga wilayah Kesultanan Yogyakarta.

c. Berdasarkan pada Kenampakan Areal Biotik

Pada pembagian kawasan berdasarkan kenampakan areal biotik, contohnya seperti daerah pertanian, hutan, persawahan, perkebunan, ladang, dan lain sebagainya.

2. Contoh Wilayah Fungsional Berdasarkan Kategori Utama

Berbeda dengan kawasan formal, pada jenis fungsional ini terbagi menjadi tiga kategori utama, sebagai berikut:

a. Berdasarkan pada Tipe Ekonominya

Kategori berdasarkan tipe ekonominya ini lebih kepada dari aspek pengangkutan barang, jalan rayau, kereta api, dan arus penumpang. Contohnya, seperti kawasan metropolitan yang mencakup kota Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Kemudian, ada juga Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan), Metropolitan Bandung Raya, Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan), serta Metropolitan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar).

Adapun untuk ruang lingkup yang lebih luas adalah kawasan Pusat Strategis Nasional (PKSN) yang mencakup Batam-Bintan-Karimun serta SIJORI (Singapura, Johor, dan Riau).

b. Berdasarkan pada Maksud dan Tujuannya

Pada kategori ini, kawasan fungsional mencakup faktor alur hilir mudik atau arus komuter jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja.

c. Berdasarkan Kondisi Sosialnya

Terakhir, pada kategori sosial mencakup arus pelajar dan mahasiswa dari tempat tinggal ke sekolah ataupun pasien dari tempat tinggal ke rumah sakit yang ia tuju. Selain itu, berdasarkan kondisi sosialnya juga mencakup arus informasi melalui surat kabar, telepon, dan faksimili.

3. Contoh Wilayah Fungsional Berdasarkan Fungsinya

Selain tiga kategori tersebut, wilayah fungsional juga terbagi menjadi tiga jenis sesuai dengan fungsinya, yakni sebagai berikut:

a. Kota Metropolitan

Daerah ini memiliki peran sentral dalam sebuah negara atau daerah tertentu. Umumnya, kota metropolitan menjadi pusat ekonomi, administrasi, pendidikan, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, wilayah ini juga menjadi pusat penting dalam perkembangan ekonomi di daerah lain yang ada di sekitarnya. Contohnya Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dan Bangkok sebagai ibu kota Thailand.

b. Wilayah Industri

Daerah ini cenderung fokus pada aktivitas-aktivitas industri. Jadi, tidak heran jika di kawasan ini, akan ada banyak bangunan pabrik, perusahaan, hingga fasilitas produksi lain dari berbagai sektor. Mulai dari sektor sandang pangan, teknologi, otomotif, dan lainnya. Contoh dari kawasan ini antara lain Silicon Valley di Amerika Serikat dan Bangalore di India.

c. Kota Wisata

Terakhir ada kota wisata yang mempunyai peranan sebagai pusat wisata. Pada kawasan ini, biasanya ada banyak wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri yang datang. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya destinasi dan fasilitas wisata yang menarik. Beberapa contohnya seperti wisata di Pulau Bali, Paris, Dubai, Hongkong, dan masih banyak lagi.

Baca Juga : Unsur-Unsur Negara Bisa Berdiri, Simak dan Pahami!

Sudah Paham tentang Wilayah Formal dan Fungsional?

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa wilayah formal dan fungsional menjadi bagian penting bagi suatu negara. Jadi, meski kawasan formal cenderung homogen, tetapi keberadaannya tetap memiliki peranan penting bagi negara. Apalagi pada kawasan fungsional yang terdiri dari banyak aspek heterogen.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page