Mengenal Istilah High Season dan Low Season Hotel

High season dan low season merupakan istilah yang cukup familiar dalam bisnis perhotelan dan sudah banyak dipahami oleh masyarakat umum.

Istilah yang erat kaitannya dengan musim liburan ini menjadi indikator yang menandakan pola musiman atau tingkat kepadatan pengunjung, termasuk untuk tamu hotel.

Sebagai gambaran umum, berikut pembahasan untuk mengenal istilah high season dan low season hotel, mulai dari pengertian hingga perbedaannya.

Pengertian High Season dan Low Season Hotel

Untuk memudahkan pemahaman awal, tidak ada salahnya jika mulai membahas pengertian high season dan low season hotel terlebih dahulu.

High season adalah istilah untuk musim ramai yang umumnya terjadi selama liburan sekolah di mana banyak tamu berdatangan untuk menikmati staycation di hotel.

Biasanya, hotel akan mendapat banyak permintaan reservasi kamar bahkan ada tamu yang memesan sejak jauh-jauh hari mengingat tingkat okupansi dan tarif sewa semakin tinggi.

Periode high season hotel sendiri berkisar antara bulan Juni sampai pertengahan September dan klimaksnya terjadi pada bulan Agustus.

Sedangkan low season adalah musim sepi pengunjung di mana hotel umumnya mengalami penurunan okupansi kamar.

Beberapa hotel biasanya mengalami musim ini mulai bulan September sampai Desember dan pertengahan Januari sampai April.

Reservasi kamar yang menurun ini disebabkan karena musim liburan utama sudah berakhir dan bisa jadi ada pengaruh kondisi cuaca yang relatif buruk.

Perbedaan High Season dan Low Season Hotel

Perbedaan high season dan low season hotel dikenali melalui beberapa aspek pembeda, yaitu waktu, tarif menginap, dan tingkat okupansi kamar.

1. Waktu

Perbedaan utama dari high season dan low season hotel terlihat dari waktu yang dipilih untuk menikmati staycation dengan menginap di hotel.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, high season di hotel berlangsung pada pertengahan tahun.

Biasanya dimulai bulan Juni sampai pertengahan September dan bulan Agustus akan menjadi momen klimaksnya.

Sedangkan waktu berlangsungnya low season terjadi pada bulan September sampai Desember dan pertengahan Januari sampai April.

2. Tarif Menginap

Tarif menginap juga menjadi faktor pembeda antara high season dan low season hotel hingga calon tamu harus lebih mempersiapkan anggaran.

Terlebih untuk staycation di hotel pada high season mengingat tarif menginap per malam relatif lebih mahal karena beberapa hotel umumnya kompak menaikkan harga.

Sementara room rate kamar hotel pada low season justru menjadi lebih murah banyak karena sering berlaku promo atau diskon khusus.

3. Tingkat Okupansi Kamar

Perbedaan dari high season dan low season hotel selanjutnya bisa dilihat dari tingkat okupansi kamar.

Saat high season, biasanya hotel mengalami lonjakan di mana ketersediaan kamar semakin berkurang karena musim liburan panjang membuat tamu banyak melakukan reservasi.

Sebaliknya, low season membuat tingkat okupansi menurun dan kamar hotel relatif sepi hingga tamu bisa lebih leluasa memilih tipe kamar sesuai keinginan.

Strategi Penanganan High Season dan Low Season

Ada beberapa strategi penanganan high season dan low season yang bisa diterapkan pihak hotel sesuai kondisi di lapangan.

Jika terjadi peningkatan permintaan reservasi kamar saat high season, hotel bisa menerapkan langkah-langkah berikut ini.

  • Peningkatan kapasitas dengan menambah jumlah kamar selama high season sebagai langkah antisipasi adanya peningkatan reservasi kamar.
  • Memberikan penawaran spesial jika tamu melakukan pemesanan kamar lebih awal, seperti diskon khusus untuk reservasi jauh-jauh hari.

Sedangkan strategi penanganan low season bisa dilakukan melalui cara-cara berikut demi meningkatkan okupansi dan pendapatan hotel.

  • Buat harga kamar yang fleksibel agar lebih terjangkau untuk menarik minat reservasi selama low season.
  • Tawarkan promosi dan paket menginap khusus, seperti diskon jika menginap lebih lama atau paket menginap dengan dukungan fasilitas tertentu yang menarik.
  • Targetkan jangkauan atau tujuan pasar baru selama low season dan berfokus pada strategi pemasaran yang lebih terstruktur.

Demikianlah pembahasan untuk mengenal istilah high season dan low season hotel, mulai dari pengertian hingga perbedaannya yang sudah kami rangkum.

Berdasar informasi tersebut, kamu akan lebih mudah memahami apa itu high season dan low season sebagai pertimbangan pilihan waktu staycation di hotel.

Selain itu, kamu juga bisa mencari tahu berbagai istilah di dunia perhotelan lainnya untuk memperluas wawasan di bidang hospitality.

SHARE:

SEO Specialist di bidangnya. Mempunyai team yang punya pengalaman sebagai akademisi maupun praktisi.

Tinggalkan komentar

Konten dengan Hak Cipta Dilarang Copy-Paste