Salah satu cara meneladani sifat-sifat baik para nabi yaitu dengan mengetahui kisah lengkap kehidupannya, termasuk kisah nabi Ibrahim. Kisah nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Quran jelas memberikan banyak pelajaran dalam kehidupan.
Sehingga, tidak ada salahnya jika kita mencoba membaca bagaimana kisah penuh hikmah tersebut.
Apalagi kisah nabi Ibrahim dijadikan sebagai dasar peristiwa istimewa yaitu berqurban.
Daftar ISI
Awal Mula Kisah Nabi Ibrahim
Siapa yang tidak tahu jika nabi Ibrahim mempunyai julukan sebagai bapak para nabi sekaligus nabi keenam? Tentu semuanya tahu, bukan? Sebab dari beliaulah lahir para pejuang tangguh di jalan Allah Swt.
Oleh karena itu, kisah nabi Ibrahim lengkap sangat patut untuk kita pelajari dengan baik. Kisah hidupnya dapat menjadikan sebagai teladan dan pelajaran berharga bagi kita semua umat setelah beliau.
1. Kelahiran Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim merupakan anak dari seorang ayah bernama Azar yang hidup di negeri Babil, Irak. Beliau merupakan seniman yang ahli dalam membuat patung, dan patungnya beliau jual kepada orang-orang yang mereka menyembah patung.
Ada beberapa sumber yang mengatakan jika Azar merupakan pamannya. Sebab ayah kandung Nabi Ibrahim sudah meninggal sebelum ia dilahirkan. Dan diasuh oleh pamannya, dimana pamannya itu menduduki kedudukan ayahnya.
Ayahnya juga masih keturunan dari Sam bin Nuh yang merupakan anak dari Nabi Nuh AS sebelumnya. Sementara, untuk ibunya bernama Layutsa yaitu seorang wanita yang telah menyembunyikan keimanannya.
Cerita kisah nabi Ibrahim dimulai ketika sebelum kelahirannya beliau. Dimana para ahli nujum memberitahu kepada Raja Namrud pada sekitar 1889 hingga 1956 M akan lahir seorang anak yang akan membinasakannya kelak.
Hal itulah yang membuat Raja Namrud memerintah para prajuritnya untuk mencari anak laki-laki tersebut supaya ramalannya tidak menjadi kenyataan.
Di tahun itu pula, semua anak laki-laki yang lahir dibunuh dan para lelaki dilarang menggauli istrinya. Kisah Nabi Ibrahim yang lahir pada tahun inilah membuat ibundanya harus memikirkan cara menyelamatkan Ibrahim.
Agar kelahiran Nabi Ibrahim tidak ketahuan oleh Raja Namrud, ibunda Nabi Ibrahim AS mengasingkan diri ke hutan. Tepatnya di dalam goa yang mustahil jika tempat tersebut diketahui oleh orang-orang.
Saat kelahirannya, wajah kecil Nabi Ibrahim selalu memancarkan cahaya tepatnya pada kening dan berbagai keanehan terjadi di wilayah tersebut. Di mana berhala yang semula berdiri kokoh tiba-tiba berjatuhan.
Balkon gedung Namrud ambruk, mahkota jatuh dari kepalanya, dan berbagai keanehan lainnya. Mengetahui hal tersebut, ibunda Nabi Ibrahim menutup pintu gua untuk melindunginya agar tidak ditemukan oleh orang jahat.
Baca juga: Doa Terhindar dari Fitnah Dajjal dan Amalan Sunnahnya
2. Kehidupan Setelah Dilahirkan dan Proses Mencari Tuhan
Kisah Nabi Ibrahim alaihissalam selanjutnya pada masa setelah kelahiran. Nabi Ibrahim tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan anak seusianya. Di mana ibunya mengetahui jika tepat pada satu minggu putranya sedang melakukan aktivitas.
Mulai dari aktivitas meminum susu dari jarinya, madu, dan keju dari jari lainnya. Kemudian, ibundanya meninggalkan dan kembali lagi tepat 1 tahun.
Pertumbuhan normal layaknya anak biasanya, dan Nabi Ibrahim meninggalkan gua ketika usia 12 tahun.
Ketika sudah keluar dari gua itulah, Ibrahim kecil mulai mencari Tuhannya. Berbagai cara beliau lakukan, paling tepat dengan mentafakuri kejadian besar yang ada di bumi seperti matahari terbit, lautan, gunung, dan lain sebagainya.
Ibrahim kecil merupakan seseorang yang berakal cemerlang, sebab Allah Swt menghidupkan hati dan akalnya. Sehingga, ada banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ibrahim di kehidupan sejak lahirnya.
Nabi Ibrahim sejak kecil pun sudah mengetahui jika ayah beliau seorang pembuat patung-patung unik dan beliau selalu bertanya-tanya kenapa patung tersebut disembah oleh kaumnya.
Nabi Ibrahim tidak percaya bahwa patung-patung tersebut memberikan mudharat kepada manusia. Beliau juga tidak percaya bahwa Raja Namrud merupakan Tuhan. Sebab Raja Namrud hanyalah seorang manusia biasa.
Mentafakuri ciptaan Tuhan melalui ciptaan-Nya ini berhasil menyadari bahwa Tuhan yang haq adalah satu yaitu Allah Swt. Allah Swt tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak ada yang menyerupai-Nya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Mulai dari sinilah kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan dengan menyatakan kebenaran tauhidnya kepada ayah dan kaumnya. Nabi Ibrahim memberikan nasihat agar mereka meninggalkan penyembahan berhala-berhala tersebut.
Nabi Ibrahim juga menentang Raja Namrud dan membuktikan bahwa kekuasaannya sebagai Tuhan jelaslah salah. Akan tetapi, sayang sekali ayah dan kaumnya tidak mendengarkan nasihat Nabi Ibrahim, justru malah marah dan mengancamnya.
Baca juga: 10 Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua dan Dalilnya dalam Islam
3. Kisah Nabi Ibrahim Berdakwah
Sebagaimana yang sudah kita ketahui dari kisah Nabi Ibrahim sebelumnya bahwa ajakan demi ajakan yang Nabi Ibrahim tuturkan kepada semua orang. Terutama kepada ayah dan kaumnya yang ditolak mentah-mentah.
Hal itu dikarenakan mereka menganggap kepercayaan turun temurun lebih kuat daripada ajaran Ibrahim. Bahwa ajakan demi ajakan yang Nabi Ibrahim berikan tidak jarang mendapatkan imbalan tindak kekerasan.
Salah satunya terekam dalam Al-Quran Surat Al-Anbiya yang membahas mengenai “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.”
Walaupun Nabi Ibrahim mendapatkan penolakan demi penolakan, Nabi Ibrahim tetap menyebarkan ajaran Tauhid yaitu mengesakan Allah Swt kepada masyarakat. Hingga berjalannya waktu mulai ada orang yang menyatakan keimanannya.
Meskipun sebagian masih secara sembunyi-sembunyi sebab ketakutannya kepada penguasa kala itu. Apalagi Raja Namrud semakin murka karena takut akan kematiannya.
Raja Namrud kemudian mendengar bahwa ada ajaran baru yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Lantas ia mencari cara agar ramalan yang terdahulu tidak menjadi kenyataan dengan cara membuat strategi ancaman.
Suatu ketika untuk menunjukkan bahwa berhala-berhala tersebut bukan Tuhan, Nabi Ibrahim menjalankan taktik yang cerdik untuk menyadarkan Raja Namrud dan pengikutnya.
Di mana kala itu Nabi Ibrahim lagi menjalankan aksinya saat Raja Namrud bepergian keluar kota. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala tidak terkecuali di wilayah Raja Namrud.
Ketika Raja Namrud kembali bersama pengikutnya, sungguh ia terkejut dan marah besar. Kemudian mencari tahu dalang dibalik kerusakan berhala-berhalanya, dan akhirnya ada salah satu pengikut yang mengetahui jika Ibrahim AS pelakunya.
Pengikut tersebut memberitahu pelakunya kepada Raja Namrud. Sehingga, Raja Namrud marah besar dan meminta Nabi Ibrahim untuk menghadapnya. Mendengar hal itu, Nabi Ibrahim pun menghadap ke Raja Namrud.
Terjadilah percakapan yang panjang, hingga membuat pengikut Raja Namrud tersadar dan berpikir jernih. Raja Namrud semakin murka dan tidak terima atas kejadian itu, dan memerintahkan tentaranya untuk menghukum mati Nabi Ibrahim.
4. Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-Hidup
Ceritakan kisah Nabi Ibrahim selanjutnya bahwa Raja namrud yang kalah argument menggunakan cara kekerasan. Raja Namrud ingin Nabi Ibrahim dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup di hadapan banyak orang.
Peristiwa ini tercantum dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 68 yang artinya, “Mereka berkata, ‘Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.”
Pengumpulan kayu bakar yang dilakukan selama berhari-hari kini terkumpul banyak dan terlihat sangat tinggi. Mereka kemudian menyalakan api besar dan langsung melemparkan Nabi Ibrahim ke tengah lautan api tersebut.
Pelemparan tersebut menggunakan alat pelempar semacam ketapel besar yang bernama manjaniq. Lantas Nabi Ibrahim pada saat itu berkata yang artinya, “Cukuplah Allah bagiku. Dia adalah sebaik-baik Pelindung.” (HR. Bukhari No. 4564).
Mereka yaitu Raja Namrud dan pengikutnya yang melakukan hal keji tersebut tertawa, mereka merasa sangat lega dan puas. Akan tetapi, kemudian Allah Swt menolong Nabi Ibrahim.
“Kami berfirman kepada api, ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.’ Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (Q.S. Al-Anbiya ayat 69 hingga 70).
Api yang seharusnya berkobar, seketika kobaran api besar tersebut padam. Seketika Nabi Ibrahim keluar dari puing-puing pembakaran. Keluarnya Nabi Ibrahim dari puing-puing yang menandakan bahwa beliau selamat tanpa ada luka sedikitpun.
Atas karunia Allah Swt api yang seharusnya panas berubah menjadi dingin dan menyejukkan. Dari situlah, mulai banyak kembali pengikut Raja Namrud yang menjadi umat Nabi Ibrahim untuk menaati dan berjalan lurus kepada Allah Swt.
Kisah Nabi Ibrahim yang Disyariatkan Berkurban untuk Umat Islam
Melengkapi kisah Nabi Ibrahim sebelumnya, kini beranjak tentang kisah rumah istri-istrinya dan anak-anaknya. Sebab dalam setiap kisah hidupnya terdapat hikmah pembelajaran untuk kehidupan di zaman sekarang.
1. Kisah Nabi Ibrahim dan Siti Sarah
Kisah cinta Nabi Ibrahim dengan istri pertama yang bernama Sarah. Sarah merupakan seorang perempuan yang cantik, bahkan ada yang mengatakan perempuan tercantik setelah Hawa. Sarah melahirkan anak laki-laki bernama Ishaq.
Kecantikan Sarah tidak hanya terpancar dari wajahnya saja, tapi juga hatinya yang baik. Walaupun dikaruniai kecantikan yang luar biasa, Sarah tidak pernah lupa akan kewajibannya pada sang Suami yaitu Nabi Ibrahim.
Sarah juga sangat cerdas dan orang yang setia. Setiap Nabi Ibrahim bepergian, Sarah akan selalu mengikutinya. Salah satunya saat Nabi Ibrahim hijrah ke Mesir dari Babilonia.
Waktu itu, dakwah Nabi Ibrahim belum diterima oleh masyarakat Babilonia. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim dan Sarah bepergian kesana, hingga akhirnya tiba di Baitul Maqdis dan tinggal di Harran.
Masyarakat di sini masih menyembah berhala, dan pemimpinnya kala itu Raja Amr bin Amru Al-Qais bin Mailun. Beliau raja yang kafir dan suka menghambur-hamburkan kekayaannya untuk berfoya-foya.
Terlebih lagi, beliau suka mencari perempuan tercantik. Alhasil kecantikan Sarah menjadi sebuah topik hangat di kerajaan dan sampai ke telinga Raja Amr. Lantas, Raja langsung menyuruh pengawalnya untuk memanggil keduanya.
Nabi Ibrahim menyanggupi panggilan tersebut bersama dengan Sarah. Setibanya di sana, Raja Amr langsung menanyakan siapakah perempuan di sebelah Nabi Ibrahim. Lalu, Nabi Ibrahim menjawab Sarah adalah saudaranya.
Sebelum itu, Nabi Ibrahim sudah berbisik pada istrinya Sarah untuk mengaku demikian. Hal tersebut bertujuan agar keduanya selamat. Sarah dibawa untuk didandani dan dibawah kembali ke hadapan raja.
Sebelum itu Sarah menunaikan sholat dan berdoa kepada Allah Swt agar tetap dijaga kesuciannya. Rasa sedihnya terasa di hati, Sarah tidak ingin berpisah dengan suaminya sebab takut disentuh Raja Amr.
Setiap kali didekati sanga raja Sarah selalu berdoa, setelah berdoa pasti akan terjadi hal-hal tak terduga yang dirasakan oleh raja tersebut. Hal itu terjadi beberapa kali, Sarah tidak pernah berhenti berdoa kepada Allah Swt.
Hingga akhirnya sang raja ketakutan dan mengembalikan Sarah pada Nabi Ibrahim. Sarah terbebas dan kembali pulang ke rumah bersama dengan seorang perempuan cantik Hajar sebagai hadiah dari raja.
2. Kisah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar
Dari kisah Nabi Ibrahim bersama istrinya Sarah di kerajaan Raja Namrud tersebut, Sarah diberi hadiah oleh sang raja yaitu Hajar. Pernikahan yang berjalan sangat lama bersama Sarah belum juga dikaruniai seorang anak.
Walaupun begitu, Sarah dan Nabi Ibrahim terus berdoa dan tetap sabar juga usaha terbaik agar segera dikaruniai anak. Hingga suatu saat, Sarah yang mendengar doa Nabi Ibrahim ingin dikaruniai anak sholeh menawarkan Hajar untuk dijadikan istri.
“Hai kekasih Allah, sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini, mudah-mudahan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya. Inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya.”
Benar saja, Nabi Ibrahim menikahi Hajar dan Allah Swt mendengarkan doanya. Dari Hajar inilah Nabi Ibrahim dikaruniai seorang anak bernama Ismail. Tentunya Nabi Ibrahim sangat bahagia kehadiran anak dalam keluarganya.
Hingga waktu berjalan lama, Sarah dilanda api cemburu. Sarah berjanji kepada suaminya untuk tidak tinggal satu atap dengan Hajar. Melihat kecemburuan yang menjadi-jadi, Nabi Ibrahim pun membawa Hajar dan Ismail pergi dari rumahnya.
Hal tersebut sesuai dengan wahyu yang Nabi Ibrahim terima dari Allah Swt. Nabi Ibrahim membawa istri dan anaknya tercinta ke lembah dekat Baitullah yang tidak ada tanaman, bahkan tanahnya terlalu kering.
Nabi Ibrahim pun berdoa kepada Allah Swt agar lembah tempat tinggal Hajar dan Ismail subur. Akhirnya, muncullah air zam-zam yang bermanfaat untuk kehidupan bahkan menjadi air suci hingga sekarang.
Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Quran yang menceritakan hal itu juga ada, tepatnya pada Surat Ibrahim ayat 37 yang artinya sebagai berikut:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai taman-taman di dekat rumah Engkau Baitullah yang dihormati. Ya Tuhan kami yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagai manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki lah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Setelah itu, Nabi Ibrahim berpaling dan pergi meninggalkan keduanya. Maka, ibundanya Ismail mengikuti sambil berkata, “Wahai Ibrahim, ke mana kamu akan pergi, apakah kamu akan tinggalkan kami di lembah yang tak berpenghuni dan tidak ada apa-apanya ini?”
Perkataan tersebut berulang kali Siti Hajar lontarkan, namun Nabi Ibrahim tetap berjalan tidak menolehnya.. Barulah Siti Hajar berkata, “Apakah Allah SAW yang menyuruhmu?”
Maka, Nabi Ibrahim menjawabnya “Ya.” Dari jawaban inilah Siti Hajar membuat kesimpulan bahwa Nabi Ibrahim tidak akan menelantarkannya bersama anaknya, dan beliau melanjutkan untuk kembali ke tempat semula.
3. Perintah untuk Menyembelih Nabi Ismail
Saat Allah Swt memerintahkan Nabi Ibrahim membawa anak dan istrinya ke lembah tak bertuan, beliau penuh keyakinan melaksanakan hal tersebut. Sehingga, beliau mendapatkan jalan keluar bagi permasalahannya dan mendapatkan rezeki.
Selang beberapa tahun Ismail sudah beranjak dewasa, dan Allah Swt memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya tersebut. Padahal Nabi Ismail begitu disayangi dan dicintai oleh Nabi Ibrahim.
Perintah menyembelih Nabi Ismail itu diterima melalui mimpi, bahkan mimpi yang sama hingga 3 kali. Setelah mimpi ketiga, Nabi Ibrahim memohon petunjuk kepada Allah Swt atas semua cobaan yang terjadi.
Setelah mendapatkan keyakinan penuh bahwa mimpi tersebut memang perintah Allah Swt. Maka, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan menyampaikan kepada Nabi Ismail.
Walaupun hatinya dirundung kesedihan, tapi Nabi Ibrahim tetap menyampaikan perintah Allah Swt dengan penuh kasih saya. Peristiwa tersebut masuk dalam ayat tentang kisah Nabi Ibrahim Al-Quran Surat As-Saffat ayat 102 yang artinya:
“Ketika anak itu sampai pada umur ia sanggup bekerja bersamanya, ia Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?”
Jawaban Nabi Ismail atas pertanyaan ayahnya pun dijawab tanpa keraguan sedikitpun. Ini juga tercantum dalam Al-Quran ayat 102 yang artinya sebagai berikut:
“Dia Ismail menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Dari jawaban yang tegas tersebutlah, akhirnya Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah Swt. Walaupun Nabi Ibrahim sempat mendapatkan godaan dari iblis beberapa kali, namun Nabi Ibrahim tidak goyah akan godaan tersebut.
Hingga akhirnya, waktu di mana penyembelihan berlangsung. Kaki, tangan Nabi Ismail diikat dan tubuhnya dibaringkan. Nabi Ibrahim dengan tangannya sendiri mengambil pedang tajam.
Saat pedang tajam tersebut digerakkan untuk menyembelih Nabi Ismail, Allah Swt menggantikan tubuh Nabi Ismail dengan seekor domba berwarna putih bersih yang besar. Selain itu, dombanya dalam keadaan tidak ada cacat.
Kisah Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail ini juga termuat dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 107 yang artinya, “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” Dan peristiwa inilah yang menjadi dasar adanya ibadah Qurban.
Ibadah Qurban yang dilakukan pada Hari Raya Idul Adha yaitu 10 Dzulhijjah sekaligus hari tasyriknya pada 11 hingga 13 Dzulhijjah.
Itulah kisah Nabi Ibrahim yang penuh hikmah untuk dijadikan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Hal terpenting dari kisah ini adalah Nabi Ibrahim selalu mendahulukan ridho Allah Swt daripada syahwatnya.