Kisah Nabi Adam AS dari Diciptakan hingga Wafat

Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang Allah SWT ciptakan dan menjadi bapak seluruh umat manusia. Allah menciptakan Nabi Adam secara sempurna dari tanah. Kisah Nabi Adam dari penciptaan hingga wafat, penting untuk kita ketahui. 

Apalagi di Al-Qur’an ada banyak sekali kisah yang membahas atau menceritakan mengenai Nabi Adam AS. Tentu sebagai muslim yang bertaqwa dan beriman kepada Allah, kita wajib mengetahui dan memahaminya. 

Lantas, seperti apa kisah Nabi Adam AS itu? Mari kita ulas selengkapnya pada pembahasan berikut ini. 

Sebelum Penciptaan Nabi Adam 

Kisah Nabi Adam bisa kita simak pada awal sebelum proses penciptaannya. Sebelum Allah SWT menciptakan Nabi Adam, Allah memberitahu para malaikat bahwa akan ada khalifah di muka bumi yang akan Allah ciptakan. 

Kemudian para malaikat bertanya mengapa harus Adam AS yang menjadi khalifah di bumi. Padahal, malaikat menganggap bahwa kelak Adam dan keturunannya lah yang akan berbuat kerusakan di bumi bahkan hingga ada pertumpahan darah. 

Malaikat merasa bahwa diri mereka jauh lebih tepat dan bisa memangku jabatan tersebut dalam artian sebagai khalifah. Karena malaikat adalah makhluk yang selalu bertasbih, menyucikan, dan memuji Allah SWT. 

Mendengar hal ini, Allah SWT tidak membenarkan anggapan dari para malaikat. Allah pun kemudian menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak para malaikat ketahui. 

Sesungguhnya segala sesuatu yang Allah lakukan berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang memang Maha Tinggi. Termasuk mengenai alasan pengangkatan Nabi Adam sebagai khalifah di muka bumi. 

Perlu kita pahami juga bahwa kedudukan Nabi Adam AS sebagai khalifah adalah untuk melaksanakan perintah-perintah Allah SWT, memanfaatkan segala yang ada di bumi serta memakmurkannya. 

Kisah Nabi Adam: Penciptaan Nabi Adam AS 

Perlu selalu kita ingat bahwa Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dari segenggam tanah. Setelah itu terciptalah Nabi Adam secara sempurna dan lengkap. Baru setelah sempurna bentuknya, Allah SWT baru meniupkan ruh kepadanya. 

Hal ini dapat kita lihat dalam QS Shaad ayat 72 yang berbunyi sebagai berikut:

فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ

Artinya: 

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shad:72).

Perlu kita ketahui juga bahwa Allah SWT menciptakan Nabi Adam sebagai sosok manusia yang sudah berakal dan mampu berbicara. Artinya, Nabi Adam sudah mampu memahami dan menjawab perkataan Allah SWT dengan baik. 

Untuk mencermati hal ini, dapat kita telusuri dari hadist At-Tirmidzi. Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa ketika Allah SWT selesai meniupkan ruh kepada Adam, maka Adam bersin dan mengucapkan “Alhamdulillah.”

Kemudian Allah SWT berfirman “Semoga Allah merahmatimu wahai Adam. Pergilah kepada para malaikat itu dan katakan kepada mereka yang sedang duduk, Assalamualaikum.”

Mendengar hal tersebut, Adam pun menuju malaikat dan berkata “Assalamualaikum.” Menjawab hal tersebut, para malaikat memberikan jawaban yang lengkap berupa “Wa’alaikassalam warahmatullah.”

Setelah itu, Nabi Adam kembali kepada Allah. Kemudian Allah SWT menjelaskan kepada Adam bahwa “Ini adalah salam penghormatanmu dan keturunanmu.”

Baca juga: Hadits Keutamaan Sholat Berjamaah, Wajib atau Sunnah?

Penciptaan Hawa, Istri Nabi Adam 

Kita pasti sudah mengetahui dalam kisah Nabi Adam, bahwa sang nabi memiliki seorang istri yang bernama Hawa. Penciptaan Hawa ini pun menarik untuk kita pahami karena proses penciptaannya. 

Ada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang memberi isyarat bahwa Hawa memang diciptakan oleh Allah SWT dari Adam. Akan tetapi, di dalam surat tersebut tidak ada informasi rinci dari bagian mana Hawa diciptakan. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Artinya: 

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (an-Nisâ`/4:1).

Tidak hanya dari QS an-Nisa, penciptaan Hawa bisa kita pahami juga dari QS al-Araaf seperti berikut:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ

دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

Artinya: 

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Al-Araaf/7:189).

Lalu, darimana penjelasan bahwa Hawa itu diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam? Maka jawabannya dapat kita lihat dari riwayat Muhammad bin Ishaaq dari Ibnu ‘Abbas. 

Dalam riwayat tersebut beliau menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk terpendek yang ada di sebelah kiri. Tulang rusuk tersebut diambil ketika Nabi Adam AS sedang tidur dan bagian tersebut tertutupi dengan daging. 

Hal ini kemudian dikuatkan lagi dari sabda Rasulullah SAW. Berikut adalah sabda tersebut:

وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلْعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلْعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَج فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

Artinya: 

“Berlemah-lembutlah kepada wanita, karena mereka diciptakan dari tulang yang bengkok, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang tersebut, ialah yang berada di paling atas. Apabila engkau meluruskannya, maka engkau telah mematahkannya. Dan bila engkau membiarkan, maka ia terus bengkok. Maka berlemah-lembutlah kepada wanita” (Muttafaqun ‘alaihi).

Adam dan Hawa Bertempat Tinggal di Surga 

Setelah diciptakan Allah SWT dengan bentuk yang sempurna, Nabi Adam AS bertempat tinggal di dalam surga. Di surga, Nabi Adam AS bersama istrinya bisa menikmati dan memakan berbagai makanan yang banyak dan baik dimana saja.

Penjelasan Nabi Adam dan Hawa bertempat tinggal di surga bisa kita pahami dari QS Al-Baqarah tepatnya ayat 35 dan QS al-A’raf ayat 27. Berikut adalah penjabaran dari kedua surat tersebut: 

وَقُلۡنَا يٰٓـاٰدَمُ اسۡكُنۡ اَنۡتَ وَزَوۡجُكَ الۡجَـنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِيۡنَ‏ 

Artinya: 

“Dan Kami berfirman: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini,1 nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!” (QS Al-Baqarah : 35).

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Artinya: 

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS al-A’raf : 27).

Perintah untuk Sujud Kepada Nabi Adam 

Iblis memang merupakan makhluk yang laknat dan tidak patuh kepada Allah SWT. Kesombongan iblis bisa kita lihat salah satunya dalam kisah Nabi Adam.

Pada saat iblis dengan mentah-mentah menolak perintah Allah SWT untuk bersujud pada Nabi Adam AS. 

Perlu kita pahami terlebih dahulu bahwa Nabi Adam diciptakan dengan berbagai kemuliaan dari Allah SWT. Kemuliaan tersebut diantaranya adalah diciptakan langsung oleh Allah, ditiupkan ruh, dan mendapatkan ilmu tentang segala sesuatu. 

Selain itu, kemuliaan lain yang diberikan kepada Nabi Adam AS adalah memerintahkan malaikat untuk bersujud penghormatan kepadanya. Akan tetapi, ketika malaikat bersujud ada satu golongan yang menolak bersujud yaitu iblis. 

Peristiwa ini dapat kita lihat pada QS al-A’raf ayat 11:

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

Artinya: 

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud” (QS al-A’raf : 11). 

Tentu hal ini bukanlah hal yang baik dan sangat tercela karena telah menentang perintah Allah SWT. Iblis menolak untuk bersujud karena merasa ia lebih baik daripada Adam yang diciptakan dari tanah sedangkan iblis dari api. 

Peristiwa ini dapat kita lihat dalam QS Shaad yang berbunyi:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ ﴿٧٥﴾ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Artinya: 

“Allah berfirman, “Hai iblis! Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi? Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS Shaad/38:75-76). 

Akibat kesombongan dan kekufurannya itulah, Allah SWT melaknat iblis dan mengusir mereka dari surga. Akan tetapi, meski sudah diusir iblis memohon kepada Allah SWT agar mereka bisa hidup sampai ke hari kiamat tiba. 

Selain itu, mereka pun memohon agar bisa menyesatkan semua manusia kecuali hamba-hamba Allah yang memang mukhlis.

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿٧٩﴾ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ﴿٨٠﴾ إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ﴿٨١﴾ قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٨٢﴾ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Artinya: 

“Iblis berkata, “Ya Rabbku! Beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan!” Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Iblis menjawab, “Demi keperkasaan-Mu! Aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis[1] di antara mereka. (QS Shaad/38:79-83). 

Allah SWT mengabulkan permintaan iblis. Sejak saat itulah, iblis yang kufur mulai menebarkan permusuhannya dengan Nabi Adam beserta seluruh keturunannya. Bahkan mereka pun memiliki tekad yang amat kuat untuk menyesatkan manusia. 

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Artinya: 

“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari arah depan dan dari arah belakang mereka, dari arah kanan dan arah kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapatkan kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’râf/7:16- 17). 

Kisah Nabi Adam: Godaan Iblis dan Turun ke Bumi

Ketika tinggal di surga Nabi Adam dan istrinya mendapatkan kebebasan untuk memakan apapun yang baik. Mereka pun hidup dengan aman dan tentram di surga.

Akan tetapi, Allah melarang keduanya untuk mendekati suatu pohon dan jangan memakan buahnya, yaitu buah khuldi. Larangan ini bisa kita simak pada QS Al-Baqarah ayat 35 sebagai berikut:

وَقُلۡنَا يَا آدم  ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ  

Artinya: 

“Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al-Baqarah: 35).

Akan tetapi, iblis yang sudah bertekad untuk menyesatkan Nabi Adam pun tidak tinggal diam. Iblis senantiasa berusaha menggoda Nabi Adam dan Hawa agar melanggar larangan dari Allah SWT yaitu mendekati pohon khuldi. 

Peristiwa yang termasuk ke dalam kisah Nabi Adam ini dapat kita lihat pada QS al-A’raf ayat 20-21: 

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ ﴿٢٠﴾ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

Artinya: 

“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata, “Rabb kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” Dan dia  bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” (QS Al-A’raf/7:20-21).

Pada akhirnya, untuk hikmah yang memang telah dikehendaki oleh Allah SWT akhirnya iblis pun berhasil untuk menyesatkan dan menggoda Adam dan Hawa. Keduanya memakan buah khuldi yang dari awal sudah dilarang oleh Allah SWT. 

Akibatnya aurat mereka terlihat dan mereka pun sibuk untuk menutupi aurat tersebut dengan dedaunan-dedaunan yang ada di surga. Dengan peristiwa ini tentu Nabi Adam AS dan Hawa sangatlah menyesal. Keduanya pun bahkan berkata:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya: 

“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS Al-A’raf : 23). 

Sejak kejadian tersebut Nabi Adam dan Hawa kemudian diturunkan ke bumi akibat perbuatan mereka. Di bumi lah tempat mereka melanjutkan kehidupan hingga nantinya berada di akhir hayat mereka. 

قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

Artinya: 

“Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan” (QS Al-A’raf : 24).

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

Artinya: 

“Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan” (QS Al-A’raf : 25).

Wafatnya Nabi Adam AS 

Diceritakan dalam kisah Nabi Adam, ketika mendekati masa kematiannya, Nabi Adam yang mendapatkan anugerah bisa merasakan detik-detik akhir hidupnya pun sudah mempersiapkan semuanya. 

Hal ini bermula ketika Nabi Adam meminta kepada para putranya untuk memakan buah surga. Akan tetapi, karena sulit untuk dimaknai secara harfiah karena tidak akan ada buah surga di dunia, para ulama pun memiliki penafsiran tersendiri. 

Menurut para ulama, permintaan akan buah surga ini adalah isyarat bahwa memang Nabi Adam sedang merasakan rindu yang luar biasa terhadap kebahagiaan di surga. Karena sebelum tinggal di dunia, Nabi Adam sempat tinggal di surga. 

Meski begitu, para putra Nabi Adam pun tetap berusaha mencarikan buah tersebut. Ketika berangkat dan baru memulai perjalanan, mereka dihadang oleh sejumlah lelaki yang ternyata adalah para malaikat yang menjelma sebagai manusia. 

Di tangan para malaikat tersebut sudah terdapat beberapa benda seperti wewangian, kain kafan, dan peralatan untuk menggali tanah. Kemudian para malaikat pada akhirnya mencabut nyawa Nabi Adam.

Mereka pun kemudian memandikan jenazahnya, mengkafani, memberi wewangian, menyiapkan liang lahat, hingga menshalati jenazahnya. Baru setelah itu, mereka menguburkan jenazah Nabi Adam ke dalam tanah dan menimbunnya dengan batu. 

Kisah Nabi Adam inilah yang kemudian menjadi sunnah bagi seluruh anak Adam yang ada di dunia. Tentu bisa kita pelajari bahwa wafatnya Nabi Adam AS pun bisa memberikan pelajaran yang besar kepada manusia. 

Terutama mengenai bagaimana seharusnya memperlakukan orang yang meninggal. Perlu senantiasa kita ingat, bahwa manusia tidak hanya harus dihormati ketika mereka hidup saja, tetapi hingga ajalnya. 

Meski begitu, standar penghormatannya pun tidaklah berlebihan. Arti berlebihan ini seperti memberi jenazah dengan perhiasan, membakar mayat, atau lainnya. 

Memandikan, mengkafani, menshalati, memberikan wewangian, dan menguburkannya sudah cukup. Manusia hanya perlu selalu ingat bahwa hakikatnya manusia diciptakan dari tanah, oleh karenanya mereka pun akan kembali ke tanah. 

Jadi, demikianlah kisah Nabi Adam AS dari mulai penciptaannya hingga proses wafatnya. Sesungguhnya Nabi Adam adalah manusia pertama yang Allah SWT ciptakan ke bumi sebagai khalifah Allah SWT. 

Ia mendapatkan banyak sekali kemuliaan dari Allah SWT sebagai bapak dari seluruh manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu, sudah semestinya kita mengimani serta bisa mengambil pelajaran berharga dari sosok Nabi Adam.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment