5 Hadist tentang Berbohong beserta Dampaknya pada Fisik dan Mental 

Ada banyak hadist tentang berbohong yang sebaiknya kita pahami. Apalagi jika kita adalah seorang muslim. Sebagai manusia seringkali kita lupa bahwa terdapat dosa yang besar ketika kita berbohong. 

Kita seringkali menyepelekan kebohongan dan menganggapnya sebagai masalah yang kecil. Padahal, ada akibat yang sangat besar apabila kita terbiasa melakukan kebohongan. 

Lantas, apa saja dampak sering berbohong terhadap fisik dan mental itu? Serta apa saja hadits tentang berbohong yang sebaiknya kita pahami sebagai seorang muslim? Inilah informasi selengkapnya. 

5 Hadist tentang Berbohong yang Bisa Kita Pahami 

Pada era modern masa kini berbohong dianggap wajar dalam candaan. Padahal, berbohong tetaplah berbohong. Ada banyak hadist yang membahas tentang dosa berbohong. Agar lebih jelas, berikut adalah 5 hadist tentang berbohong: 

1. Hadist Larangan Berbohong Walau Bercanda 

Tentu kita pernah melihat ada orang yang berbohong kepada orang lain dengan alasan bercanda. Hal ini terlihat sepele dan sederhana memang, tetapi sesungguhnya hal ini bukanlah perbuatan yang baik. Mengapa demikian?

Untuk menjawab hal ini, bisa kita lihat dari penjelasan Ibnul Qayyim. Dimana Ibnul Qayyim pernah mengatakan bahwa berbohong atau berdusta dengan dalih candaan dapat menimbulkan kesalahpahaman yang berujung permusuhan. 

Inilah yang kemudian membuat Islam melarang berbohong dalam rangka bercanda. Tujuannya agar tidak terjadi perpecahan atau permusuhan. Apalagi jika bercandaan tersebut menyangkut sesama manusia dan agama. 

Hal ini pun dapat kita lihat pada Hadis Riwayat Abu Dawud, yaitu: 

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Artinya: “Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta (bohong) agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” (HR Abu Dawud).

Baca juga: Hak dan Kewajiban Suami Istri Lengkap, Simak Yuk!

2. Hadist Berdusta Atas Nama Nabi 

Berdusta atau berbohong atas nama nabi adalah perbuatan dusta yang sesungguhnya memiliki bahaya terbesar daripada lainnya. Sebab, dusta ini sudah lebih besar tingkatannya daripada kepada manusia saja. 

Ancamannya pun sudah jelas yaitu akan mendapatkan rumah atau tempat di dalam neraka. Tentunya kita semua tidak ingin terjerumus ke dalam neraka tersebut bukan? Hal ini bisa kita pahami dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.

Berikut adalah hadist tentang berbohong tersebut: 

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya: 

“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, peringatan mengenai dusta atas nama nabi pun dapat kita lihat dari riwayat hadist lainnya. Tepatnya dari hadits shahih riwayat Imam At Tabrani dimana Nabi Muhammad SAW bersabda:

فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ

Artinya: 

“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” (HR. Thabrani).

Maksud dari berbohong atas nama nabi adalah menyebarkan hadist atau menyatakan suatu hal sebagai hadist, padahal itu bukanlah hadist. Karena tidak bisa kita pungkiri hal seperti ini banyak terjadi. 

Karena kurangnya ilmu dan juga pemahaman terhadap agama. Oleh karena itu, sebagai muslim sangat penting bagi kita untuk senantiasa menuntut ilmu dan berhati-hati dalam menyampaikan suatu hal. Apalagi jika kita tidak paham betul.

Baca juga: Doa Bercermin Arab, Latin, dan Adab Saat Bercermin

3. Hadist tentang Berbohong Atas Dasar Kebaikan 

Kemudian kita pun pasti sering mendengar alasan berbohong karena kebaikan atau demi kebaikan. Berbohong memanglah tidak boleh dan bisa menimbulkan dosa bagi siapapun yang melakukannya. 

Akan tetapi, sebagai muslim perlu kita pahami juga bahwa ada 3 (tiga) hal yang membuat kita boleh berbohong. Dengan kata lain, terdapat keringanan mengenai berbohong. 

Hal ini bisa kita pahami dari sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah radhiyallahu Ta’ala ‘anha, dimana beliau berkata seperti berikut: 

مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنَ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ

Artinya: 

“Tidaklah aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan sedikit pun berkaitan dengan perkataan dusta kecuali dalam tiga perkara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: 

لَا أَعُدُّهُ كَاذِبًا، الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، يَقُولُ: الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ، وَالرَّجُلُ يَقُولُ: فِي الْحَرْبِ، وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ، وَالْمَرْأَةُ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا

Artinya: 

“Tidaklah termasuk bohong: Jika seseorang (berbohong) untuk mendamaikan di antara manusia, dia mengatakan suatu perkataan yang tidaklah dia maksudkan kecuali hanya untuk mengadakan perdamaian (perbaikan), Seseorang yang berbohong ketika dalam peperangan; dan Seorang suami yang berkata kepada istri dan istri yang berkata kepada suami.” (HR. Abu Dawud no. 4921, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani). 

Kemudian, di dalam riwayat Bukhari dan Muslim pun terdapat penjelasan yang sedikit berbeda: 

أَنَّ أُمَّهُ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِى مُعَيْطٍ وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الأُوَلِ اللاَّتِى بَايَعْنَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَقُولُ « لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِى يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِى خَيْرًا ». قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِى شَىْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ الْحَرْبُ وَالإِصْلاَحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا.

Artinya: 

Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan diantara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih, -pen).”

Ibnu Syihab berkata:

“Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” [HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim].

Dari hadist-hadist tersebut, dapat kita pahami bahwa meski berbohong adalah perbuatan yang dosa dan bersifat haram, tapi ada pengecualian terhadap 3 (tiga) hal. Ketiga hal tersebut adalah: 

  1. Berbohong dalam peperangan. Karena peperangan merupakan sebuah siasat, maka berbohong dengan tujuan agar musuh merasa gentar adalah hal yang boleh untuk kita lakukan
  2. Berbohong dalam rangka mendamaikan saudara yang sedang berselisih atau bertikai 
  3. Suami atau istri yang berbohong, tetapi dalam rangka untuk menjalin keintiman dan rayuan yang pada akhirnya bisa mendatangkan kebaikan dan cinta kasih antar pasangan. 

4. Berbohong Tanda Orang Munafik 

Hadist tentang berbohong selanjutnya adalah tanda orang munafik. Penjelasannya dapat kita temukan dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim. Berikut adalah hadist tentang berbohong tersebut:

اية المنافق ثلاث : اذا حدث كذب واذا وعد أخلف واذا ؤتمن خان

Artinya: 

“Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

5. Hadist Mengenai Kejujuran dan Dusta 

Terakhir, ada hadist yang membahas mengenai kejujuran dan juga dusta. Hal ini dapat kita pahami dari hadist Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al Baihaqi, Ibnu Hiban, dll. Berikut adalah hadist tersebut: 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Artinya: 

Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta (berbohong), karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (PEMBOHONG).’” [HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud,At Tirmidzi, Al Baihaqi, Ibnu Hiban].

Bisa kita pahami bahwa hadist ini menekankan betapa pentingnya untuk berlaku jujur. Pasalnya, kejujuran akan membawa kita pada kebaikan dan memasukkan kita ke surga. Sebaliknya, kebohongan akan membuat kita masuk neraka. 

Dampak Berbohong pada Fisik dan Mental 

Tidak hanya menimbulkan dosa, berbohong pun bisa memberikan dampak yang besar terhadap fisik dan mental. Inilah berbagai dampak tersebut.

1. Selalu Merasa Tidak Tenang 

Ketika berbohong, maka akan muncul rasa tidak tenang dan tidak nyaman. Pasalnya, kita akan selalu dihantui oleh rasa takut bahwa kebohongan yang kita lakukan akan terungkap dan orang lain mengetahuinya. 

Tidak hanya itu saja, rasa tidak tenang itu bisa berdampak pada kualitas tidur karena membuat susah tidur karena rasa gelisah yang besar. Tentu ini akan berdampak pada kesehatan karena tubuh menjadi tidak bugar. 

2. Hilangnya Jati Diri 

Dampak berbohong selanjutnya adalah kehilangan jati diri. Sebagai manusia, kita tentu sering merasa butuh dan perlu pengakuan dari orang lain. Terutama dalam kehidupan pergaulan. 

Tidak jarang agar mendapatkan pengakuan tersebut, kita bisa melakukan hal-hal yang tidak baik termasuk berbohong atau berdusta. Seperti contoh sepelenya mengaku bisa melakukan suatu hal padahal tidak, atau lainnya. 

Padahal hal ini akan membuat kita akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Alhasil, kita pun akan menjadi pribadi yang suka bohong dan tidak punya jati diri. 

3. Kecemasan, Depresi, dan Cenderung Agresif 

Bohong atau dusta pun bisa memberikan dampak yang sangat buruk pada kesehatan mental berupa kecemasan, depresi, dan perilaku yang cenderung agresif. Pasalnya, ketika berbohong kita cenderung mudah curiga pada orang lain. 

Selain itu, kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menutupi kebohongan agar tidak sampai terbongkar. Akibatnya muncul rasa cemas yang besar sehingga bisa membuat depresi dan agresif pada orang lain. 

4. Mengarahkan ke Hal yang Buruk 

Kebohongan pun akan membuat kita ke jalan yang buruk. Karena ketika berbohong, kita akan cenderung melakukan segala cara untuk menutupinya. Tidak peduli jika itu adalah hal yang buruk sekalipun. 

5. Merusak Hubungan dengan Orang Lain 

Terakhir, hubungan sosial pun bisa terganggu karena berdusta atau bohong. Saat apa yang kita ucapkan adalah dusta, maka orang lain akan sulit untuk mempercayainya. Akibatnya, sulit untuk memiliki hubungan yang tulus dan baik. 

Itulah hadist tentang berbohong yang dapat kita pahami sebagai seorang muslim sekaligus berbagai dampak buruknya. Oleh karena itu, pastikan kita senantiasa menghindari perilaku berbohong agar tidak terjerumus pada dosa.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment