Rangkuman Kisah Nabi Yusuf dari Kecil hingga Wafat, Penuh Teladan

Bagi umat Islam, kisah Nabi Yusuf tentunya mengandung makna yang sangat dalam untuk diteladani. Yusuf merupakan cucu dari Nabi Ishaq dan merupakan anak dari Nabi Ya’qub. Beliau terkenal akan kecerdasan serta kejujurannya dalam hidup.

Semasa hidup, Nabi Yusuf diterpa oleh berbagai ujian dari Allah SWT. Namun, semua ujian tersebut bisa dilalui dengan penuh keyakinan.

Beberapa ujian ini tentunya bisa menjadi contoh bagi kita atas kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Kisah Nabi Yusuf Lengkap

Dalam kisah Nabi Yusuf AS, kita akan menemukan betapa besarnya cobaan yang dihadapi oleh seorang hamba Allah SWT yang taat akan segala perintah-Nya. Seperti dikhianati, dijual sebagai budak hingga dituduh melakukan perbuatan tercela.

Namun, Nabi Yusuf tetap teguh beriman dan selalu mengandalkan kekuatan Allah SWT dalam menghadapi segala cobaan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Nabi Yusuf AS:

“Seorang yang mulia, anak dari seorang yang mulia, cucu dari seorang yang mulia, cicit dari seorang yang mulia, yaitu Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim” (HR Bukhari & Ahmad).

Kemuliaan Nabi Yusuf AS tidak hanya karena nasab atau keturunannya, tetapi juga karena sikapnya dalam menghadapi ujian. Beliau memiliki sifat-sifat terpuji seperti sabar, pemaaf, tabah, ikhlas, bijaksana, hingga keteguhan iman.

Berikut ini kisah nabi Yusuf secara lengkap yang bisa kita ketahui untuk diteladani dalam kehidupan:

1. Nabi Yusuf Semasa Kecil

Nabi Yusuf AS merupakan putra Nabi Ya’qub dan Ribka. Silsilah lengkapnya adalah Yusuf bin Yaʿqub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.

Beliau memiliki dua belas orang saudara dan merupakan anak ketujuh. Saudara kandung beliau hanya Bunyamin dan ibu kandungnya meninggal saat Yusuf AS berusia 12 tahun. Nabi Yusuf lahir ke dunia saat usia Nabi Yakub mencapai 91 tahun.

Kisah Nabi Yusuf saat masih kecil, bahwa ia pernah bermimpi melihat bintang, matahari, dan bulan yang bersujud kepadanya. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah SWT di surat Yusuf ayat 4 yang berbunyi:

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Artinya:

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf: 4)

Nabi Yusuf lalu menceritakan mimpi tersebut kepada Ya’qub atau ayahnya. Kemudian, Ya’qub melarang Yusuf untuk menceritakan kisah tersebut kepada saudaranya karena takut akan menimbulkan perselisihan.

Baca juga: Apakah Mimpi Basah Membatalkan Puasa? Ini Kata Ulama

2. Nabi Yusuf AS Dibuang ke Sumur

Kisah Nabi Yusuf selanjutnya adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh saudaranya sendiri. Hal ini dilakukan saudaranya karena merasa iri dan cemburu padanya akibat perhatian khusus yang diberikan oleh Ayah mereka.

اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ

Artinya:

“Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf: 8).

Saudaranya merencanakan untuk membunuh Yusuf ketika sampai di suatu tempat. Namun, hal ini tidak terjadi akan tetapi saudaranya memutuskan untuk membuang Nabi Yusuf AS ke dalam sumur.

3. Dijual Sebagai Budak

Kemudian, sekelompok orang yang sedang lewat di dekat sumur menemukan Nabi Yusuf AS dan menyelamatkannya. Mereka kemudian menjualnya sebagai budak ke Mesir kepada seorang penguasa dengan harga beberapa dirham saja.

وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا فِيْهِ مِنَ الزّٰهِدِيْنَ

Artinya:

“Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.” (QS. Yusuf: 20).

Penguasa yang membeli Yusuf AS sebagai budak adalah orang penting di kerajaan Mesir yang bernama Aziz.

Di rumahnya, Yusuf tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan berakhlak baik. Ia mendapatkan kepercayaan dan kasih sayang dari majikannya.

Baca juga: Tawakal adalah: Pengertian, Contoh, dan Keutamaannya

4. Nabi Yusuf Difitnah dan Dipenjara

Pada suatu saat, istri Aziz (Zulaikha) tergoda oleh ketampanan Yusuf AS dan mencoba merayunya. Namun, Yusuf menolak godaan tersebut karena takut kepada Allah SWT. Kemudian, Yusuf AS berkata:

“…Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23).

Zulaikha mencoba menarik baju Yusuf karena beliau mencoba lari dan menghindar. Namun, Zulaikha mencoba menari baju gamis yang dikenakan Yusuf dan koyak di bagian belakang. Tepat di depan pintu, suami Zulaikha melihat mereka berdua.

Zulaikha mencoba memfitnah Yusuf dengan berkata “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?”

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

Artinya:

“Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33).

5. Mukjizat Nabi Yusuf dalam Menafsirkan Mimpi

Pada suatu hari raja Mesir bermimpi dan merasa khawatir dengan makna mimpi tersebut. Raja kemudian meminta pembantunya untuk menafsirkan mimpinya dan mereka tidak mampu melakukannya.

وَقَالَ الْمَلِكُ اِنِّيْٓ اَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ اَفْتُوْنِيْ فِيْ رُءْيَايَ اِنْ كُنْتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُوْنَ

Artinya:

“Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau, dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.” (QS. Yusuf: 43).

Akhirnya, seseorang mengingatkan raja tentang kecerdasan Nabi Yusuf AS dalam menafsirkan mimpi. Kemudian, mereka memanggilnya untuk menafsirkan mimpi dari Raja tersebut.

Nabi Yusuf AS kemudian menafsirkan bahwa mimpi raja dari tersebut menunjukkan bahwa akan terjadi tujuh tahun kelimpahan. Namun, diikuti juga dengan tujuh tahun kelaparan yang parah. Yusuf AS menyarankan raja untuk menyimpan makanan.

6. Nabi Yusuf Mendapatkan Kedudukan di Mesir

Setelah Nabi Yusuf AS berhasil menafsirkan mimpi terkait kelimpahan dan kelaparan, raja Mesir kemudian menawarkan kedudukan di lingkungan kerajaan Mesir. Hal ini karena Raja yakin akan kehebatan dan kebenaran dari Nabi Yusuf AS.

Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖٓ اَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ اِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ اَمِيْنٌ

Artinya:

Dan raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.” (QS. Yusuf: 54).

Dari tawaran Raja ini Yusuf AS berkata:

“…,Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55).

Raja Mesir kemudian mempercayakan Nabi Yusuf untuk mengelola makanan pada periode kelimpahan dan kelaparan tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, Yusuf menunjukkan kecerdasan dan kebijaksanaannya dalam mengelola sumber daya. 

Kepandaian ini membuat persedian makanan tercukup sehingga rakyat Mesir tidak mengalami kelaparan yang parah. Karena keberhasilannya dalam mengelola makanan, raja Mesir kemudian menunjuk Nabi Yusuf AS sebagai wakil raja Mesir.

7. Nabi Yusuf Bertemu dengan Keluarganya

Setelah peristiwa yang panjang dan penuh ujian, Yusuf akhirnya bertemu kembali dengan saudara-saudaranya yang pernah mengkhianatinya. Namun, dari saudaranya ini tidak ada yang mengenal nabi Yusuf sebagaimana firman Allah SWT.

وَجَاۤءَ اِخْوَةُ يُوْسُفَ فَدَخَلُوْا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهٗ مُنْكِرُوْنَ

 Artinya:

“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak mengenalinya (lagi) kepadanya.” (QS. Yusuf: 58).

Yusuf AS kemudian menjamu saudaranya dengan penuh bijak seperti tamu pada umumnya. Beliau, meminta saudaranya untuk pulang dan datang kembali dengan membawa Bunyamin agar mendapatkan jatah gandum.

وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُوْنِيْ بِاَخٍ لَّكُمْ مِّنْ اَبِيْكُمْ ۚ اَلَا تَرَوْنَ اَنِّيْٓ اُوْفِى الْكَيْلَ وَاَنَا۠ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ

Artinya:

“Dan ketika dia (Yusuf) menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dia berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan takaran dan aku adalah penerima tamu yang terbaik?” (QS. 59).

Kemudian, saudaranya setuju dan akan membujuk ayahnya atau Ya’qub untuk membawa Bunyamin. Saudaranya pulang dan memberitahukan apa yang diminta oleh Yusuf AS kepada ayahnya agar membawa Bunyamin.

8. Mukjizat Menyembuhkan Mata Ya’qub

Nabi Yusuf pernah terpisah cukup lama dari ayahnya akibat ulah saudara-saudaranya yang cemburu dan iri. Saat itu, Nabi Ya’qub mengalami kebutaan akibat usia dan kesedihan atas kehilangan Yusuf AS.

Dalam pembahasan mukjizat Nabi Yusuf, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT memberikan keistimewaan dan kekuasaan pada Nabi Yusuf untuk mengatasi berbagai masalah dan rintangan yang dihadapinya.

Selain itu, salah satu mukjizat lainnya yang Allah SWT berikan kepada Nabi Yusuf AS adalah mampu menyembuhkan mata ayahnya atau Nabi Ya’qub. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

فَلَمَّآ اَنْ جَاۤءَ الْبَشِيْرُ اَلْقٰىهُ عَلٰى وَجْهِهٖ فَارْتَدَّ بَصِيْرًاۗ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْۙ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya:

Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yakub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yakub) berkata, “Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Yusuf: 96).

9. Pertemuan Zulaikha dan Wafat

Seiring berjalannya waktu sebagai orang yang memiliki di kerajaan Mesir, Nabi Yusuf AS melakukan perjalanan ke beberapa desa. Dalam perjalanan ini, Nabi Yusuf AS bertemu kembali dengan Zulaikha.

Pada pertemuan ini, Zulaikha sudah dalam keadaan janda atau ditinggal pergi oleh suaminya. Nabi Yusuf AS yang merasa iba dengan kondisi Zulaikha tersebut, kemudian menikah dan dikaruniai dua anak.

Sebelum wafatnya, Allah SWT menurunkan wahyu agar Nabi Yusuf menyerahkan cahaya dan hikmahnya kepada Babars bin Lewi bin Yakub. Pada penyerahan ini Yusuf juga mengatakan akan ada penerusnya yang bernama Musa.

Hikmah Kisah Nabi Yusuf AS

Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an adalah salah satu kisah paling mendalam dan penuh hikmah yang bisa kita teladani. Hal ini tentunya terkait dengan keteguhan dan ketaqwaan beliau dalam menghadapi segala cobaan.

Berikut adalah beberapa hikmah utama yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yusuf:

1. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian

Kisah Nabi Yusuf mengajarkan pentingnya kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Yusuf mengalami berbagai cobaan, seperti pengkhianatan saudara-saudaranya, fitnah dari Zulaikha, dan penahanan di penjara.

Namun, ia selalu sabar dan tetap yakin serta taat kepada Allah SWT atas segala rintangan di hidupnya. Hal ini tentunya bisa kita contoh untuk selalu taat dan yakin kuasa Allah SWT dalam perjalanan hidup.

2. Ketaqwaan

Nabi Yusuf adalah contoh sempurna dari seorang yang bertakwa kepada Allah SWT. Meskipun menghadapi godaan dari Zulaikha, beliau memilih taqwa dan menjauh dari perbuatan dosa.

Ketaqwaan Yusuf menjadikannya sebagai teladan dalam menjaga diri dari perbuatan yang dilarang Allah. Beliau yakin akan ketaqwaan membawa penjagaan serta sumber dari segala penolong dari Allah SWT.

3. Keadilan dan Kebajikan

Yusuf juga menunjukkan keadilan dan kebajikan dalam perannya sebagai penasihat Raja Mesir. Ia mengelola masalah ketersediaan makanan dengan bijaksana selama masa kelaparan dan memberikan makanan kepada rakyat Mesir secara adil.

4. Kemurahan Hati dan Pengampunan

Saat Yusuf AS bertemu kembali dengan saudara-saudaranya yang pernah mengkhianatinya, beliau memaafkan mereka tanpa dendam sedikitpun. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa Yusuf memiliki kemurahan hati yang luar biasa.

Selain itu, Yusuf memahami bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Yusuf percaya bahwa Allah SWT yang telah menguasai semua urusan dan inilah yang menggerakkan hatinya untuk memaafkan saudara-saudaranya.

5. Kepemimpinan yang Bijaksana

Kisah Nabi Yusuf menunjukkan kemampuannya dalam kepemimpinan yang bijaksana dan efektif ketika dia diangkat sebagai penasihat Raja Mesir. Kesempatan ini tentunya tidak disia-siakan oleh beliau.

Kemampuannya dalam mengelola krisis ketersediaan makanan menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang kuat dan tindakan bijak dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi.

Selain itu, tindakan pengampunan Yusuf sesuai dengan ajaran Islam yang menghargai pengampunan dan kesalehan kepada Allah. Al-Qur’an secara berulang kali menekankan pentingnya memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain.

6. Kasih Sayang dan Kesetiaan Keluarga

Nabi Yusuf adalah contoh kasih sayang dan kesetiaan kepada keluarga. Meskipun jauh dari keluarganya selama bertahun-tahun, ia tetap memiliki perasaan cinta dan rindu kepada ayahnya, Nabi Ya’qub.

Terlepas ketika beliau akhirnya dipersatukan kembali dengan keluarganya. Momen ini menyoroti pentingnya kasih sayang dan kesetiaan dalam hubungan keluarga.

7. Taat Kepada Allah dalam Segala Hal

Selama seluruh kisahnya, Nabi Yusuf AS tetap setia kepada prinsip-prinsip agama dan ketaatan kepada Allah SWT. Ketaatan ini menjadikannya sebagai pribadi yang terpilih dan dicintai.

Yusuf selalu memiliki perasaan cinta dan penghormatan yang mendalam terhadap ayahnya, Nabi Ya’qub. Hal ini tercermin dalam perilaku dan kata-katanya ketika bertemu kembali dengan ayahnya setelah bertahun-tahun terpisah.

Kisah Nabi Yusuf merupakan pelajaran yang kaya tentang nilai-nilai agama, moralitas, kesabaran dan keteguhan iman. Kisah yang inspiratif yang mengajarkan umat Islam untuk menjalani hidup dengan taqwa serta sabar dalam menghadapi cobaan.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment