Konsep Ketuhanan dalam Islam, Dari Perspektif Al Quran

Setiap pemeluk agama pasti memiliki pandangan tersendiri mengenai konsep Ketuhanan. Sebagai seorang muslim, kita pun wajib memahami bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam, terutama dari perspektif Al-Qur’an. 

Hal ini bermanfaat untuk menghindari adanya kesalahan terhadap konsep tersebut.

Lantas, seperti apa konsep Ketuhanan di dalam agama Islam itu? Mari kita simak informasi selengkapnya berikut ini. 

Memahami Konsep Ketuhanan dalam Islam 

Melansir dari laman KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Ketuhanan bisa kita pahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Tuhan merujuk pada sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia. 

Sementara itu, dalam bahasa arab Tuhan memiliki sebutan ilaah yang berarti Ma’bud atau yang disembah. Dalam agama Islam, Tuhan disebut sebagai Allah dan menjadi zat yang Maha Tinggi dan Esa. 

Pencipta semesta alam yang Maha Kuasa, Maha Kuat, Maha Tahu, Abadi, Penentu Takdir, serta menjadi hakim untuk semesta alam. Kata Allah berasal dari ilah atau alih yang memiliki ketenangan dan rasa cinta yang amat dalam. 

Selain itu, kata alih memiliki makna sebagai suatu keharusan untuk mengagungkan dan tunduk. Perlu kita pahami juga bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang amat menjunjung monoteisme atau percaya pada satu Tuhan. 

Allah SWT adalah Tuhan yang disembah oleh umat muslim. Hal ini sudah tertulis dengan jelas pada kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur’an dan juga hadist. 

Memaknai konsep ketuhanan dalam Islam dapat kita lihat di banyak surat di dalam Al-Qur’an. Inilah berbagai surat tersebut: 

1. QS Al Ikhlas 

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Artinya: 

“Katakanlah, “Dia-lah Allâh, yang Maha Esa. Allâh adalah Rabb Ash-Shamad. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al Ikhlas: 1-4).

Surat Al Ikhlas adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang menjadi rujukan mengenai pembahasan teologi atau ilmu mengenai Ketuhanan. Hal ini bisa kita pahami juga dari Imam Ibnu Katsir rahimahullah yang berkata:

“Yakni: Dia Yang pertama dan Esa, tidak ada tandingan dan pembantu, tidak ada yang setara dan tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak ada yang sebanding (dengan-Nya). Kata ini tidak digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , karena Dia Maha Sempurna dalam seluruh sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya”. [Tafsir Ibnu Katsir].

Dari surat Al Ikhlas dan tafsir ini, bisa kita pahami bahwa Allah SWT adalah yang Maha Esa. Tidak ada tandingan, tidak ada yang setara, tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya. 

Jadi surat ini bisa menjadi landasan yang tegas dan jelas bahwa Allah SWT adalah satu. Umat Islam menyembah Allah SWT sebagai zat yang Maha Esa dan tidak ada yang dapat menandingi-Nya.

Baca juga: Hukum Mewarnai Rambut dalam Islam, Boleh atau Haram?

2. QS Al Baqarah 

Selain pada QS Al Ikhlas, pemahaman Tuhan yang Maha Esa juga bisa kita temukan dalam ayat Al-Qur’an yang lain. Lebih tepatnya pada QS Al Baqarah:

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖلَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Artinya:

“Dan Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa; tidak ada Rabb melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163).

Dalam surat ini bisa kita pahami bahwa Allah SWT juga memiliki sebutan sebagai Al Wahid yang artinya satu dan Maha Esa. Di dalam zat-nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, serta dalam uluhiyah-Nya, tidak akan ada sekutu satupun bagi Allah SWT. 

Selain itu, bisa kita pahami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Kita sebagai hamba sudah sepatutnya hanya memohon dan menyembah pada Allah SWT.

Baca juga: 30 Ayat Alquran Tentang Cinta dan Kasih Sayang, Hati Lebih Tentram!

3. QS Asy-Syura 

Kemudian surat lain yang membahas mengenai konsep Ketuhanan dalam Islam, utamanya pada Al-Qur’an adalah QS Asy-Syura. 

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖوَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: 

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).

Sebagai zat yang Maha Esa, tidak ada satupun hal yang bisa kita serupakan atau serupa dengan Allah SWT. Selain itu, tidak hanya Maha Penyayang dan Pemurah, Allah SWT juga Maha Melihat dan Mendengar. 

Inilah yang membuat kita sebagai hamba, sudah sepatutnya dan sepantasnya hanya berdoa kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu segala sesuatu yang ada di dalam hati dan pikiran makhluknya, meski tanpa diucapkan. 

Kekeliruan Anggapan Tuhan Ada di Mana-Mana

Kekeliruan Anggapan Tuhan Ada di Mana-Mana 

Selama ini, sebagai seorang muslim mungkin kita akan menjumpai banyak orang yang menganggap bahwa “Allah SWT ada dimana-mana”. Hal ini tentu harus kita luruskan karena tidak benar. 

Pertama, perlu kita pahami bahwa Allah SWT ada di atas ‘Asry. Allah SWT tidak berada di dunia atau alam ini seperti makhluk-Nya yang lain dan terpisah. 

Akan tetapi, karena Maha Mengetahui, Allah SWT tetap tahu apapun yang terjadi di langit ataupun bumi. Tidak ada satupun yang luput dari pengawasan-Nya. Hal ini dapat kita pahami dari QS Al A’rof, Thoha, Al Furqon, Hud, dan As Sajdah: 

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Artinya: 

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Al A’rof: 54).

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

Artinya: 

“(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thoha [20]: 4-5).

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا

Artinya: 

“Kemudian Allah bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (QS. Al Furqon [25]: 59).

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Artinya: 

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. As Sajdah [32]: 4).

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ

Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air.” (QS. Hud [11]: 7).

Selain beberapa surat tersebut dalam Al-Qur’an, masih banyak dalil yang juga menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam bahwa Allah SWT ada di atas Arsy. 

Perlu kita pahami juga bahwa siapapun yang yakin bahwa Allah SWT ada di mana-mana atau setiap tempat sesungguhnya ia termasuk Hululiyah. Hululiyah adalah sebuah aliran yang menganggap bahwa Allah menyatu dengan makhlukNya.

Untuk membantah aliran tersebut, maka dalil-dalil yang menyatakan Allah SWT berada di Arsy adalah kuncinya. Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya bahwa kita memahami hal ini. 

Kemudian jika ada yang merujuk pada QS Al Hadid, yang menyatakan bahwa Allah SWT ada dimana saja kita berada, maka hal ini pun ada penjelasannya. Berikut adalah bunyi dari QS Al Hadid.

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ

Artinya:

 “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. Al Hadid [57]: 4).

Jika kita telaah lebih lanjut dan mengacu pada Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sebenarnya arti ayat ini bukanlah membenarkan bahwa Allah SWT ada dimana saja dan menyatu dengan makhluk-Nya. 

Akan tetapi, maksudnya adalah Allah SWT bersama dengan makhluk-Nya dengan ilmu-Nya sesuai dengan keadaan makhluk tersebut. Jadi, maksud Allah SWT berada dimana-mana adalah ilmu-Nya. 

Hal ini pun diperkuat lagi dengan hadist dari Abu Sa’id Al Khudri, seperti berikut.

أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِى السَّمَاءِ يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً

Artinya:

“Tidakkah kalian beriman padaku dan aku beriman pada Rabb yang berada di atas sana. Berita langit datang padaku di kala pagi dan sore hari.” (HR. Ahmad [3/4,68,73], Bukhari [3344, 4351], Muslim [1064], Abu Daud [4764], An Nasa’i dalam Al Mujtaba [5/87] dan selainnya).

Jadi sudah jelas bahwa Allah SWT berada di atas sana atau Arsy. Tidak berada atau menyatu bersama makhluk-Nya. 

Itulah pembahasan mengenai konsep ketuhanan dalam Islam. Dari pembahasan ini dapat kita pahami bahwa Allah SWT adalah satu-satunya yang Maha Esa dan tidak ada yang bisa menandingi-Nya. 

Selain itu, Allah SWT berada diatas Arsy. Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita meyakini hal ini karena sesungguhnya Allah SWT Maha Penyayang, Maha Pemurah, dan Maha Mengetahui segala yang terjadi pada hambanya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment