Berniat menambah amalan baik dengan berpuasa? Nah, ada macam macam puasa sunnah yang bisa kita jalankan.
Puasa merupakan amalan yang sangat utama di mana umat muslim harus menahan diri mulai dari terbit fajar kedua hingga waktu buka puasa.
Puasa sunnah hukumnya tidak wajib. Akan tetapi, apabila dijalankan maka kita akan mendapatkan pahala. Selain itu, terdapat banyak puasa sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa apabila dijalankan.
Daftar ISI
Macam Macam Puasa Sunnah
Melaksanakan puasa sunnah dapat menjadi amalan yang melengkapi amalan wajib. Pasalnya, kita sering kali memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan ibadah wajib.
Selain itu, menjalankan puasa sunnah dapat meningkatkan derajat kita sebagai hamba Allah SWT. Amalan sunnah juga memungkinkan kita untuk mendapatkan cinta Allah.
Keutamaan menjalankan amalan sunnah dijelaskan dalam hadits berikut:
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
Artinya:
“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya” (HR. Bukhari No. 2506).
Selain mendatangkan pahala dan memiliki keutamaan sebagaimana disebutkan, menjalankan puasa sunnah juga dipercaya memberikan berbagai manfaat yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Berikut macam macam puasa sunnah yang dapat kita amalkan:
1. Puasa Senin Kamis
Puasa sunnah Senin-Kamis termasuk salah satu amalan yang paling sering dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.
Hari Senin dan Kamis merupakan waktu amal perbuatan manusia diperiksa, sehingga Rasulullah ingin berada dalam keadaan puasa pada kedua hari tersebut.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya:
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi No. 747).
Selain itu, pada riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah biasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.
Artinya:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai No. 2360 dan Ibnu Majah No. 1739).
Waktu pelaksanaan amalan yang termasuk macam macam puasa sunnah ini adalah pada hari Senin dan Kamis. Adapun bacaan niatnya adalah sebagai berikut:
- Niat puasa Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya:
“Saya niat puasa Senin, sunnah karena Allah ta’ala.”
- Niat puasa Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal khomiisi sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya:
“Saya niat puasa Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.”
2. Puasa Daud
Puasa Daud yaitu puasa sunnah yang dilaksanakan secara selang seling, sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa.
Seperti namanya, puasa sunnah ini dilaksanakan dengan meneladani puasa Nabi Daud yang mana merupakan puasa yang paling disukai Allah. Hal ini disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW:
أحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الليل، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُوْمُ يَوْمًا
Artinya:
“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiga nya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari No. 3420 dan Muslim No. 1159).
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Rasulullah berkata: “Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah sehari, yang demikian itu adalah puasa Nabi Allah Daud ‘alaihissalam yang merupakan puasa yang paling utama“. Aku katakan lagi: “Sungguh aku mampu yang lebih dari itu“. Maka Beliau bersabda: “Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu“. (HR. Bukhari No. 3418 dan Muslim No. 1159).
Adapun bacaan niat puasa Daud yaitu:
نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma daawuda sunnatan lillaahi ta’aalaa
Artinya:
“Saya niat puasa Daud, sunnah karena Allah Ta’ala.”
3. Puasa Tiga Hari Setiap Bulan
Macam macam puasa sunnah selanjutnya yaitu puasa tiga hari setiap bulan hijriyah. Puasa sunnah tiga hari juga termasuk amalan yang dilaksanakan oleh Rasulullah.
Adapun waktu pelaksanaan puasa sunnah ini bebas. Jadi, kita bisa menjalankan puasa pada awal, tengah, maupun akhir bulan menyesuaikan kondisi yang memungkinkan.
Meskipun waktu pelaksanaannya bebas, terdapat hari yang lebih diutamakan, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah atau yang disebut ayyamul bidh.
Diriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah bersabda padanya.
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Artinya:
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi No. 761 dan An Nasai No. 2424. Hasan).
Seperti halnya puasa lain, kita tetap harus membaca niat sebelum melaksanakan amalan puasa sunnah tiga hari. Bacaan niatnya adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامَ الْبَيْضِ سُنّةً للهِ تَعَالى
Nawaitu shauma ayyaamal bidh sunnatan lillaahi ta’ala.
Artinya:
“Saya niat puasa pada hari-hari putih, sunnah karena Allah ta’ala.”
4. Puasa Sya’ban
Puasa Sya’ban termasuk dalam macam macam puasa sunnah. Amalan ini juga termasuk puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Artinya:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari No. 1970 dan Muslim No. 1156).
Sementara hadits lain menyebutkan:
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “… Rasulullah SAW sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim).
Para ulama menjelaskan lebih lanjut bahwa maksud kedua dalil tersebut adalah Rasulullah melaksanakan puasa pada mayoritas hari bulan Sya’ban.
Adapun waktu pelaksanaan puasa sya’ban adalah bebas.
Melansir dari Rumaysho, Al Atsrom berpendapat bahwa hadits larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban bertentangan dengan hadits lainnya. Terlebih lagi, Rasulullah berpuasa pada mayoritas bulan Sya’ban.
Niat untuk puasa sya’ban bacaannya sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma sya’bana lilahi ta’ala.
Artinya:
“Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’âlâ.”
5. Puasa Arafah
Puasa sunnah Arrafah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah bagi umat muslim yang tidak sedang menjalankan ibadah haji.
Abu Qotadah Al Anshoriy berkata:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Artinya:
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Arafah? Beliau menjawab, “Puasa ‘Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, “Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim No. 1162).
Pelaksanaan puasa Arafah bisa kita selama berpuasa 9 hari di awal bulan Dzulhijjah. Akan tetapi, berhubung hukumnya sunnah, boleh melaksanakan semampunya saja.
Para ulama menganjurkan untuk mengutamakan puasa Arafah, sehingga sebaiknya kita tidak melewatkannya.
Berikut bacaan niat puasa Arafah:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aalaa
Artinya:
“Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.”
6. Puasa Asyura
Puasa sunnah Asyura yang satu ini dilaksanakan pada tanggal 10 bulan Muharram. Beberapa ulama berpendapat bahwa dianjurkan melaksanakan puasa secara berurutan pada hari kesembilan dan kesepuluh bulan Muharram.
Amalan sunnah ini memiliki keutamaan yang luar biasa, bahkan disebutkan sebagai puasa paling utama setelah puasa Ramadhan.
Hal tersebut berdasarkan pada sabda Rasulullah SAW:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya:
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim No. 1163).
Adapun bacaan niat puasa Asyura yaitu:
نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاء سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma fii yaumi asyura’ sunnatan lillaahi ta’aalaa
Artinya:
“Saya niat puasa Asyura, sunnah karena Allah Ta’ala.”
7. Puasa Awal Bulan Dzulhijjah
Puasa yang dilaksanakan pada awal bulan Dzulhijjah termasuk dalam macam macam puasa sunnah yang dilaksanakan oleh Rasulullah.
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Rasulullah mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
Artinya:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya[10], …” (HR. Abu Daud No. 2437).
Anjuran berpuasa pada awal bulan Dzulhijjah dikarenakan oleh keutamaan sepuluh hari pertama bulan ini, sebagai mana disebutkan dalam sabda Rasulullah:
« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
Artinya:
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud No. 2438, At Tirmidzi No. 757, Ibnu Majah No. 1727, dan Ahmad No. 1968).
Hadits tersebut berisi tentang anjuran memperbanyak amal shaleh pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Maka, amalan ini bisa meliputi berdzikir, membaca Al-Qur’an, berpuasa, ataupun amalan lainnya.
Adapun waktu pelaksanaan puasa Dzulhijjah yaitu mulai tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah. Maka, puasa ini juga mencakup puasa tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) dan puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah).
Cara pelaksanaannya sama seperti puasa pada umumnya, yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga waktu berbuka.
Untuk niat puasa Dzulhijjah terdiri dari tiga bacaan supaya mendapatkan keutamaan tiga macam macam puasa sunnah, yaitu:
- Niat puasa tanggal 1-7 Dzulhijjah:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta‘ala.
Artinya:
“Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta‘ala.”
- Niat pada pada tanggal 8 Dzulhijjah (puasa Tarwiyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta‘ala.
Artinya:
“Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta‘ala.”
- Niat puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (puasa Arafah)
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta‘ala.
Artinya:
“Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta‘ala.”
8. Puasa Sunnah Syawal
Amalan yang termasuk macam macam puasa sunnah berikutnya adalah puasa syawal.
Waktu pelaksanaan puasa sunnah ini yaitu enam hari di bulan Syawal. Sementara, tata cara pelaksanaannya bisa secara berurutan maupun dengan berpuasa pada hari yang terpisah dengan jumlah yang sama.
Puasa Syawal merupakan amalan sunnah dengan keutamaan yang sayang untuk dilewatkan. Keutamaan puasa Syawal disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim No. 1164)
Adapun niat puasa Syawal yaitu:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَةِ سِتَةٍ مِنْ شَوَالٍ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma ghadin ‘an ada’i sunnati sittatin min syawwalin lillahi ta‘ala.
Artinya:
“Aku niat puasa sunah Syawal di esok hari karena Allah SWT.”
9. Puasa di Bulan-bulan Haram
Maksudnya bulan haram yaitu bulan-bulan yang mana kita dimaksudkan untuk melepas sesuatu yang haram dan mengamalkan ibadah.
Beberapa ulama berpendapat bahwa disunnahkan untuk berpuasa pada bulan-bulan haram. Adapun yang termasuk dalam bulan haram yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Dalil mengenai bulan haram yaitu diriwayatkan dari Abu Bakroh, Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Artinya:
“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 3197 dan Muslim no. 1679).
Dalam Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan shalih yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”
Adapun waktu pelaksanaan puasa pada bulan-bulan tersebut adalah bebas. Artinya, bisa dilakukan kapan saja. Pasalnya, tidak terdapat dalil mengenai hari khusus yang diutamakan.
Selain itu, pensyariatan anjuran puasa bulan haram pada hari tertentu berdasarkan hadits dhaif.
Sebagaimana pelaksanaan macam macam puasa sunnah lainnya, kita juga perlu membaca niat terlebih dahulu. Berikut bacaan niat puasa bulan-bulan haram
- Niat puasa sunnah Dzulqa’dah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ذُو ٱلْقَعْدَة لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa-i sunnati dzulqa’dah lillahi ta’ala.
Artinya:
“Aku berniat puasa sunnah Dzulqa’dah besok hari karena Allah Taala.”
- Niat puasa sunnah Rajab:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ رَجَبَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sunnati rojaba lillahi ta’ala.
Artinya:
“Aku berniat puasa Sunnah Rajab besok hari karena Allah Ta’ala.”
- Niat Puasa Bulan Muharram:
نَوَيْتُ صَوْمَ مُحَرَّمٍ سُنَّةً لِلهِ تَعَالى
Nawaitu shauma Muharramin sunnatan lillahi ta’ala
Artinya:
“Aku niat berpuasa di bulan Muharram sunnah karena Allah Ta’ala.”
10. Puasa Tarwiyah
Puasa sunnah yang satu ini telah disinggung dalam pembahasan puasa awal bulan Dzulhijjah. Puasa sunnah tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, yang mana disebut sebagai hari Tarwiyah.
Cara pelaksanaannya sama seperti puasa lain, yaitu didahului dengan niat kemudian dengan menahan diri dari hal-hal yang menghindarkan puasa.
Adapun niat puasa tarwiyah yaitu:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillahi ta‘ala.
Artinya:
“Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”
Melansir dari Rumaysho, hadits mengenai anjuran dan keutamaan puasa hari tarwiyah hukumnya tidak shahih. Bahkan ada ulama yang menyebut hadits terkait sebagai hadits lemah sehingga tidak boleh menjadi landasan.
Meski demikian, puasa sunnah tarwiyah boleh untuk kita laksanakan.
Itulah macam macam puasa sunnah lengkap dengan waktu pelaksanaannya. Semoga menjadi pengetahuan yang bermanfaat.