Tujuan Hidup Menurut Islam yang Tertuang dalam Al-Qur’an

Aristoteles berkata tujuan hidup manusia adalah eudaimonia atau kebahagiaan. Dalam masyarakat jawa, tujuan hidup manusia yakni memayu hayuning urip dan seterusnya. Namun, bagaimana tujuan hidup menurut Islam? 

Ada salah satu filsuf yang terkenal yakni Nietzsche yang berkata, kalau ia tahu apa tujuan hidupnya, maka ia akan bertahan dalam keadaan yang bagaimana pun. Ya, kita harus tahu tujuan hidup untuk tetap bertahan. 

Namun, berbagai definisi yang ada tak heran menjadikan banyak dari kita tambah bingung dalam merumuskan tujuan hidup. Islam telah menyediakan semuanya, termasuk rumusan mengenai tujuan dari hidup di dunia itu sendiri. 

Apa Tujuan Hidup Menurut Islam? 

Memiliki tujuan di dalam hidup, adalah hal yang akan menjaga kita untuk terus bertahan dan melakukan sesuatu dengan baik. Terutama jika rumusan mengenai tujuannya memang tepat dan sesuai dengan agama Islam. 

Menurut Islam, berikut tujuan hidup yang benar: 

1. Beribadah

Tujuan hidup menurut Islam yang paling utama yakni beribadah kepada Allah SWT. Sebagai muslim, manusia wajib menjalankan semua perintah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. 

Manusia pun harus menjadikan rukun iman dan Islam untuk pedoman hidup. Ada ayat yang mendukung pernyataan ini: 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs Adz-Zariyat : 56).

Ini merupakan statement of purpose atau pernyataan tujuan kalau kita, semua manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah dan mengabdi kepada-Nya. 

Kita wajib beribadah apa pun jenisnya. Menurut para ulama, terdapat dua jenis ibadah. Pertama adalah ibadah mahdhah. Kedua adalah ibadah muamalah. 

Ibadah yang pertama yakni ibadah mahdhah merupakan bentuk ibadah yang sifatnya ta’abudi. Artinya mempunyai hubungan secara langsung dengan Allah. Contohnya adalah shalat, dzikir, puasa, puasa, dan haji. 

Banyak juga yang menyebutnya sebagai ibadah ritual. Kemudian, jenis ibadah lainnya adalah ibadah muamalah. Jika tadi berhubungan langsung dengan Allah, sekarang ibadah yang intinya hubungan antar manusia. 

Namun, masih tetap tujuannya adalah mengabdi kepada Allah. Jenis ini berupa amal kebajikan yang ada kaitannya dengan sesama manusia. Maksudnya adalah ibadah yang bersifat sosial.

Baca juga: 12 Macam Macam Sholat Sunnah yang Diajarkan Rasulullah SAW, Apa saja? 

2. Melaksanakan Peran sebagai Khalifah

Manusia merupakan khalifah di muka bumi. Setiap manusia, merupakan pemimpin untuk dirinya sendiri. Istilah khalifah artinya pemimpin yang bertanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan hidup dan lingkungan sekitarnya. 

Manusia adalah makhluk yang mendapatkan karunia akal. Maka, ia memiliki kewajiban mengelolanya. Manusia pun memiliki kewajiban agar terus berlaku baik. Boleh berlaku buruk, asal mau menanggung semuanya akibatnya di akhirat kelak. 

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 30: 


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: 

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Kata khalifah asalnya dari kata khalafa. Artinya mengganti ataupun melanjutkan. Saat manusia menjalani hidup sebagai khalifah, maka ia harus mengiringinya dengan fungsi sebagai abd

Sehingga saat menjalankan hidup di dunia, ia berperan sebagai khalifah sekaligus abd. Misalnya, saat kita punya jabatan dan tak meninggalkan fungsi seorang khalifah, nantinya kepemimpinan yang dilakukan tak akan bertentangan dengan nilai Ilahiah.

Baca juga: Hadits Memuliakan Tamu dan Adab Menerima Tamu dalam Islam, Yuk Amalkan!

3. Melanjutkan Ajaran-Ajaran Islam

Selain beribadah dan menjalani tugas sebagai khalifah di bumi, manusia wajib menuntut ilmu dan melanjutkannya ke generasi penerus agar ajaran-ajaran Islam tetap terjaga. 

Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam yang bukan hanya mengajarkan ibadah kepada Allah, melainkan menuntun manusia untuk berbuat baik. Bahkan, menunjukkan perilaku amar ma’ruf nahi mungkar.

Sesuai dengan yang disebut dalam firman Allah: 

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.“(QS Al Imran : 104).

4. Menjadi Hamba

Dalam hubungan dengan Allah, manusia adalah hamba. Ini juga menjadi salah satu tujuan hidup dalam Islam. 

Menurut pandangan Ja’far al-Shadiq, seseorang dianggap sebagai hamba jika sudah memenuhi tiga hal. Adapun ketiga hal yang patut dipenuhi untuk menjadi seorang hamba adalah: 

  • Menyadari bahwa semua yang ia miliki termasuk dirinya sendiri merupakan milik Allah dan berada di kekuasaan Allah. 
  • Menjadikan semua bentuk sikap dan aktivitas yang dilakukan hanya mengarah ke usaha memenuhi perintah Allah serta menjauhi semua larangannya. 
  • Ridho atas ketetapan Allah. 

Fungsi dan peran manusia menjadi hamba, erat kaitannya dengan ridha dari Allah. Jadi, semua bentuk aktivitas manusia, baik ritual ataupun sosial kemasyarakatan, pekerjaan, dan lainnya hanya berdasar pada ridha Allah. 

Jika fungsi dan peran ini sudah sesuai, maka itu adalah nilai penghambaan dari makhluk kepada Sang Pencipta. 

Merumuskan tujuan hidup sendiri bukan perkara mudah. Tapi, Islam sudah menyediakannya. Tujuan hidup menurut Islam merupakan sebaik-baiknya tujuan. Semoga kita termasuk orang yang bisa memahaminya dan menjalankannya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment