Perilaku Kolaboratif? Pengertian, Jenis, Manfaat dan Contohnya

Apakah istilah perilaku kolaboratif cukup familiar di telinga kamu? Termasuk dalam kategori soft skill, hal yang satu ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang di dunia kerja. Mengapa, bagaimana, dan seperti apa? Mari pahami lewat ulasan berikut!

Pengertian Perilaku Kolaboratif

Secara teknis, pengertian dari istilah tersebut adalah kemampuan seseorang untuk bekerja sama dengan pihak lain dalam mewujudkan tujuan yang sudah disepakati. Dalam kolaborasi sendiri membutuhkan komunikasi yang jujur dan transparan. Mengapa hal tersebut masuk dalam kategori soft skill – bukannya hard skill?

Soft skill merupakan keterampilan yang bersifat bawaan karena sudah melekat sejak akhir. Apakah itu berarti soft skill tidak bisa dipahami ataupun dilatih? Bisa, namun lebih sulit dan butuh waktu agak lama.

Jenis Keterampilan Kolaboratif

Jenis Keterampilan Kolaboratif
Ilustrasi Jenis Keterampilan Kolaboratif I Sumber Gambar: Universitas Medan Area

Ketika sudah memahami tentang pengertiannya, pembahasan berikutnya adalah mengenai jenis-jenis dari keterampilan kolaboratif. Ada 2 klasifikasi dari kemampuan kerja sama ini, yaitu:

Internal Collaboration (Kolaborasi Internal)

Ragam pertama adalah kolaborasi internal yang terjalin antar individu atau kelompok dalam satu perusahaan atau instansi. Internal collaboration sendiri terbagi menjadi beberapa macam, berikut di antaranya:

1. Team Collaboration (Kolaborasi Tim)

Kolaborasi tim adalah kerja sama antar individu dalam tim pada divisi yang sama. Biasanya dilakukan oleh dua karyawan yang memiliki kedekatan emosional.

2. Cross Departemental (Departemen Silang)

Berikutnya ada departemen silang atau kerja sama antar divisi dalam satu perusahaan. Contohnya departemen keuangan dengan departemen pemasaran.

External Collaboration (Kolaborasi Eksternal)

Berbeda dari kolaborasi internal, external collaboration terjalin antara individu atau kelompok dengan pihak luar. Bisa merupakan perseorangan maupun kelompok. Intinya merupakan perwakilan dari pihak yang menjalin kerja sama dengan kamu. Kolaborasi eksternal sendiri terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Community Collaboration (Kolaborasi Komunitas)

Perilaku kolaboratif yang terjalin dalam suatu komunitas, tepatnya antar individu dengan minat yang sama. Ranah ketertarikan yang mempertemukan para anggota hingga menjalin kolaborasi yang juga sangat luas.

2. Virtual Collaboration (Kolaborasi Virtual)

Kerja tim yang dapat terjalin menggunakan bantuan aplikasi atau teknologi pendukung lain. Sebab, kolaborasi ini menghubungkan antara dua individu atau kelompok dengan lokasi yang berjauhan satu dengan yang lain. 

Biasanya menggunakan Google Meet, Zoom dan semacamnya. Namun, bagi yang menggunakan aplikasi berbagi dokumen jarak jauh seperti cloud, sebutannya menjadi Cloud Collaboration. Sebab, sudah menggunakan jenis aplikasi dengan spesifikasi dan kebutuhan berbeda.

 3. Strategic Alliance (Aliansi Strategis)

Biasanya, kerja sama terjalin antara dua perusahaan dengan bidang yang sama atau memiliki keterkaitan dalam rantai perdagangan. Berbeda dengan jenis perilaku kolaboratif yang satu ini karena melibatkan dua perusahaan yang tidak saling berkaitan.

Kedua belah pihak membuat perjanjian untuk suatu proyek bersama untuk meloloskan dan mempopulerkan suatu produk atau layanan. Tujuan akhir yang sama serta peluang menjanjikan yang membuat keduanya mau menjalin kerja sama.

4. Network Collaboration (Kerja Sama Jaringan)

Jenis kolaborasi terakhir ini tidak bertujuan untuk mencapai target perusahaan, melainkan pribadi. Jadi, menjalin kerja sama dengan orang lain guna memenuhi keinginan ataupun standar pribadi.

Manfaat Perilaku Kolaboratif

Manfaat Perilaku Kolaboratif
(Ilustrasi Manfaat Perilaku Kolaboratif I Sumber Gambar: Pexels)

Mana di antara sekian banyak kemampuan kolaborasi yang hendak kamu praktikkan untuk bisnis? Memikirkan untuk menjalin kerja sama dengan orang lain sekilas memang tampak sulit. Namun, kamu tidak akan menundanya lagi bila mengetahui serangkaian manfaatnya sebagai berikut:

1. Penyelesaian Masalah Lebih Cepat

Perilaku kolaboratif menghasilkan buah pikiran dua orang bahkan lebih. Semakin banyak kepala yang memikirkan sesuatu, bukankah penyelesaiannya menjadi lebih cepat? Juga, lebih banyak perspektif yang digunakan dapat membantu memilih keputusan dengan risiko paling kecil.

2. Membantu Lebih Mengenal dan Mengeksplorasi Diri

Manfaat berikutnya adalah membantu untuk mengenal diri sendiri lebih baik. Bekerja sama dengan orang lain akan membuat kamu memahami kelebihan dan kekurangan diri. Selain itu, juga membantu dalam mengeksplorasi potensi diri menjadi lebih baik.

3. Peningkatan Produktivitas di Tempat Kerja

Kerja sama yang baik antar individu, tim, divisi maupun dengan perusahaan akan membantu peningkatan produktivitas. Ide-ide kreatif dari banyak kepala efektif membantu produktivitas dalam eksekusi suatu rencana menjadi lebih cepat. 

4. Pondasi Perusahaan Menjadi Lebih Kuat

Kemampuan kolaborasi dengan pihak lain membantu suatu badan usaha dalam menguatkan pondasi bisnisnya. Tentu saja, pengerjaan yang bersifat individual dengan kerja sama melibatkan banyak orang akan memberi hasil yang berbeda, bukan?

Perilaku Kompetitif vs Perilaku Kolaboratif

Banyak sekali bukan manfaat yang ditawarkan oleh kemampuan kerja sama di atas? Namun sayangnya, dewasa ini lebih banyak individu atau karyawan yang menerapkan perilaku kompetitif yang bertolak belakang. Apa itu tindakan kompetitif?

Sesuai tajuk istilahnya, ‘kompetitif’ berasal dari kata ‘kompetisi’ alias persaingan. Perilaku kompetitif merupakan tindakan bersaing antar individu, tim, divisi, hingga perusahaan atau institusi. 

Tindakan yang ditampilkan menunjukkan persaingan dalam menonjolkan diri atau karakter yang lebih unggul dibandingkan yang lain. Meskipun bersaing merupakan hal yang bagus dan penting, namun ego tinggi dalam hal ini justru bisa menghambat kemajuan.

Contoh Perilaku Kolaboratif

Contoh Perilaku Kolaboratif
(Ilustrasi Contoh Perilaku Kolaboratif I Sumber: RNID)

Dalam kehidupan bersosial, kemampuan dalam bekerja sama lebih penting daripada sekadar menampilkan keunggulan sepihak. Terlebih, mempraktikkan perilaku tersebut tidak sulit – bisa melalui beberapa contoh sederhana berikut ini:

1. Berbagi Dokumen (Document Sharing)

Contoh tindakan kolaboratif yang pertama adalah dengan saling berbagi dokumen digital. Bisa menggunakan dokumen berbentuk Google Docs atau .pptx untuk kemudian saling dibagikan, diedit, dan dikerjakan bersama.

2. Manajemen Tugas (Task Management)

Berikutnya, kamu dapat menggunakan task management atau suatu aplikasi kontrol manajemen untuk memantau progres kerja sama. Setiap anggota dapat memperbarui pencapaian terakhir mereka sesuai dengan tugas yang telah dibagi sebelumnya.

3. Rapat dan Pembahasan (Meeting & Brainstorming)

Pertemuan berupa rapat dan diskusi untuk bertukar pikiran juga menjadi contoh perilaku kolaboratif yang bisa kamu lakukan bersama rekan. Ini sangat efektif dalam mengumpulkan setiap perspektif kemudian mendapatkan solusi terbaik atas suatu masalah.

4. Rapat Virtual (Video Conference)

Bila tidak dapat melakukan pertemuan secara langsung, kamu dapat melakukan rapat virtual. Manfaatkan aplikasi-aplikasi yang semakin menjamur seperti Zoom dan Google Meets. Pilihan ini menghemat dari segi biaya dan waktu ketika menjalin kerja sama dengan pihak lain dengan perbedaan jarak.

5. Latihan Bersama (Peer Training)

Contoh terakhir, yaitu peer training alias berlatih bersama. Kamu dapat saling mengajarkan dan bertukar wawasan dengan rekan. Khususnya jika ada hal-hal yang tidak diketahui atau kurang dikuasai.

Cara Meningkatkan Kemampuan Kolaborasi

Sederhana bukan sebenarnya perilaku kolaboratif yang bisa kamu praktikkan dalam aktivitas keseharian? Namun, meski tampak mudah, eksekusinya tidak sesederhana itu. Ada hal-hal yang perlu kamu lakukan dalam meningkatkan kemampuan bekerja sama, khususnya dalam tim yang melibatkan banyak kepala, yaitu:

  • Memiliki niat untuk menjalin kerja sama yang baik dengan pihak lain. Sebab, tanpa niat, kolaborasi akan sulit untuk terwujud.
  • Berpikiran terbuka (open minded) sehingga lebih mudah menerima kritik dan saran dari orang lain.
  • Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak lekas menyela bila tak sepaham.
  • Menjalin dan menjaga komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang berkolaborasi. Hal tersebut bermanfaat untuk menghindari kesalahpahaman.
  • Berani keluar dari zona nyaman dan mengeksplorasi hal-hal baru yang dapat membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.

Sudah Memahami Apa itu Perilaku Kolaboratif?

Melalui penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku kolaboratif merupakan suatu hal yang sejatinya sederhana. Mewujudkannya mudah, namun harus menekan ego dan berpikiran lebih terbuka. Tanpa hal tersebut, sulit menjalin kerja sama dengan orang lain.

Sebab, setiap orang memiliki pemikiran dan gaya kerja yang berbeda. Jika tidak bisa melakukan komunikasi, justru kolaborasi tidak akan berjalan maksimal. Bahkan berujung pada perselisihan. Karena itu, utamakan untuk memberikan ide transparan dan berkontribusi sebaik yang kamu bisa. Semoga bermanfaat!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page