Prasasti Pasir Awi, Cagar Budaya Peringkat Nasional 1864

Prasasti Pasir Awi termasuk salah satu aset budaya sisa dari peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang cukup unik. Peninggalan sejarah ini juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat nasional. Sehingga prasasti tersebut menjadi simbol peresmian atau penghormatan terhadap leluhur.

Bentuk dan isi prasasti cukup menarik jika Anda kaji. Sayangnya, sejarah prasasti ini masih tak banyak terungkap, padahal keberadaannya sudah diketahui sejak tahun 1864. Lantas, bagaimana wujud dan isi Pasir Awi? Yuk, cari tahu lewat ulasan berikut ini!

Jejak Sejarah Prasasti Pasir Awi

Jejak Sejarah Prasasti Pasir Awi
Jejak Sejarah Prasasti Pasir Awi | Sumber Gambar: Kemdikbud.go.id

Prasasti Pasir Awi adalah salah satu dari tujuh bukti peninggalan kerajaan tertua di barat Pulau Jawa, yakni Kerajaan Tarumanegara. Tentu saja, prasasti ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya peringkat nasional. Dari ke-6 peninggalan yang berada dekat sungai, prasasti satu ini terletak pada daerah perbukitan.

Lokasi tepatnya sebelah selatan bukit Pasir Awi, sekitar 559 mdpl melewati kawasan hutan di perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor. Keberadaannya sudah diketahui sejak tahun 1864 oleh arkeolog asal Belanda bernama N.W. Hoepermans.

Isi Prasasti Pasir Awi

Ukiran Prasasti Pasir Awi
Ukiran Prasasti Pasir Awi | Sumber Gambar: Kemdikbud.go.id

Pasir Awi berasal dari batu alam yang unik. Selain itu, terdapat pahatan sepasang telapak kaki yang mengarah ke utara dan timur. Pahatannya serupa peninggalan Kerajaan Tarumanegara lainnya, yakni Prasasti Ciaruteun dan Pasir Jambu, Kec. Cibungbulan dan Nanggung, Kab. Bogor.

Dari dugaan yang ada, tapak kaki tersebut adalah milik Sri Purnawarman, Raja dari Kerajaan Taruma atau Tarumanegara. Di mana beliau pernah membuat Kerajaan Tarumanegara berada pada puncak kejayaan di abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi. 

Tak hanya pahatan tapak kaki saja, terdapat pula aksara yang menggambarkan bentuk cabang dahan, ranting dedaunan, dan buah-buahan. Menurut piktograf bernama Rogier Diederik Marius Verbeek, ukiran prasasti tersebut menggambarkan angka tahun. Namun, sampai kini belum tahu pasti akan makna sebenarnya.

Lokasi

Lokasi Bukit Pasir Awi
Lokasi Bukit Pasir Awi | Sumber Gambar: fkpciteureup.blogspot.com

Lokasi peninggalan sejarah ini berada sebelah selatan bukit Pasir Awi, kurang lebih 559 meter di atas permukaan laut. Tepatnya berada di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letak koordinatnya adalah 0°10’37,29″ dan 6°32’27,57″.

Supaya bisa sampai tujuan, Anda perlu melewati Jalan Sukaraja Dayeuh, lalu jalan terus memasuki jalan bebatuan yang medannya cukup rawan hingga kendaraan pun sulit menjangkaunya. Setelah itu, akan Anda temui undak-undakan anak tangga yang curam. Kemudian, sampailah di lokasi tempat prasasti Pasir Awi.

Meskipun, akses lokasi ini tak mudah, cukup terjal, dan curam. Banyak bebatuan, pepohonan rindang serta semak belukar. Tak perlu khawatir, Anda bisa mendaki bukit sembari menikmati sensasi alam sekitar yang tak kalah indahnya sambil mengeksplorasi dan berpetualang layaknya traveler.

Jalur yang akan kamu lewati sangat sunyi, terlebih lagi tak ada fasilitas maupun petunjuk jalan ke arah lokasi peninggalan bersejarah itu. Oleh sebab itu, wisatawan jarang traveling mengunjungi aset budaya yang bersejarah ini. Padahal, prasasti tersebut sangat berharga dan punya nilai penting untuk menambah wawasan.

Mengenal Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara mampu bertahan di sekitar tahun 358 M sampai 669 M. Adapun tokoh yang andil dalam memimpin kerajaan, di antaranya adalah Jayasingawarman, Dharmayawarman, Purnawarman, Linggawarme, dan masih banyak lagi. 

Puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara ada pada masa kepemimpinan Purnawarman yang bergelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Prakarma Suryamaha Purusa Jagatpati. Beliau bahkan mencoba memperluas daerah kekuasaan dengan menaklukan raja kecil di Jawa Barat.

Seiring berjalannya waktu, Kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran yang cukup signifikan. Ini terjadi karena perpecahan di kalangan istana akibat serangan Sriwijaya. Sehingga terjadi cekcok internal antara Tarusnawa dengan Galuh. Sehingga, terpecah jadi dua kerajaan, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.  

Pecahan kerajaan Tarumanegara bisa bergabung kembali membentuk kerajaan Pajajaran. Sehingga, meninggalkan bukti sejarah warisan kebudayaan leluhur pada masa kerajaan Tarumanegara, yakni prasasti Pasir Awi, Ciaruteun, Kebon Kopi, Muara Cianten, Cidanghiyang, Tugu, dan Jambu.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, selain prasasti Pasir Awi ada beberapa peninggalan lain dari Kerajaan Tarumanegara. Berikut ini ulasan terkait 6 prasasti peninggalannya yang wajib kamu ketahui: 

1. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi I atau prasasti Tapak merupakan bukti adanya kerajaan Tarumanegara. Pada Abad ke-19, para penebang hutan menemukan prasasti tersebut di daerah Kampung Muara. Tepatnya ketika mereka akan membuka lahan dalam membudidayakan tanaman kopi.

Prasasti itu terbuat dari batu alam dan terdapat tulisan aksara Pallawa. Serta dalam bahasa Sansekerta dengan bentuk seloka dan diapit sepasang pahatan tapak kaki gajah.

2. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea berasal dari batu alam yang terdapat pada tepi pantai sungai Ciaruteun, Bogor. Pemimpin Museum Nasional berhasil menemukan prasasti ini sejak tahun 1863. Prasasti ini terdapat tulisan aksara Pallawa yang susunannya dalam bentuk seloka dan memakai bahasa Sansekerta.

Tentu saja, terdapat gambar sepasang tapak kaki seperti prasasti Pasir Awi. Ada pula gambar umbi, sulur-sulur dan laba-laba. Adapun isi pesannya berbunyi, “Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnavarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.”

3. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten atau prasasti Pasir Muara juga merupakan salah satu bukti peninggalan kerajaan Tarumanegara. Penemunya, yaitu N.W Houppermans sejak tahun 1864. 

Prasasti ini terletak di Pasir Muara daerah persawahan, tepi sungai Cisadane dekat dengan Muara Cianten. Adapun pesan dalam isi prasasti ini bahwa pada tahun 854 M, pemerintah negara telah dikembalikan ke Kerajaan Sunda. 

4. Prasasti Cidanghiyang

Prasasti Cidanghiyang merupakan satu-satunya prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terletak di Pandeglang. Pada tahun 1947, Tubagus Roesjan pertama kali menemukan prasasti ini di pinggir sungai Cidanghiang, Lebak, Kec. Munjul, Kab. Pandeglang.

Isi prasastinya mengenai keagungan Raja Purnawarman yang tertulis dengan aksara Pallawa. Serta menggunakan bahasa Sansekerta dalam susunan bentuk seloka metrum Anustubh.

5. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu ditemukan oleh Jonathan Riff pada tahun 1854 di perkebunan jambu, kampung Gintung, Desa Parakan Muncang, Bogor. Isinya terdiri atas dua baris kalimat aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta dalam susunan bentuk seloka metrum Sragdhara.

Isinya memuat keagungan dan kehebatan Raja Purnawarman dalam memimpin kerajaan. Selain itu, terdapat juga pahatan sepasang tapak kaki seperti prasasti Pasir Awi.

6. Prasasti Tugu

Pada tahun 1911, P.de Roo de la Faille menemukan prasasti Tugu di kampung Batutumbu, Tugu, Jakarta Selatan. Isi prasasti tersebut berupa penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman. Tujuannya untuk mencegah banjir dan becana kekeringan lahan pertanian.

Prasasti ini bentuknya batu bulat seperti telur dengan tingginya kurang lebih 1 meter. Terdapat tulisan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Serta memuat susunan lima baris membentuk metrum Anustubh dan pahatan tongkat trisula tegak memanjang sebagai pemisah awal dan akhir kalimat dalam seloka.

Tertarik Mengunjungi Situs Prasasti Pasir Awi?

Itulah ulasan mengenai isi prasasti Pasir Awi. Meski memiliki banyak sejarah yang belum bisa kita pastikan hingga sekarang, prasasti ini punya nilai penting dalam menambah wawasan pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan.

Sayangnya, karena lokasi yang cukup memprihatinkan, situs sejara ini kesulitan memikat wisatawan asing. Padahal ini bisa menjadi objek wisata yang asri. Asalkan mendapat perawatan yang baik. Sebagai cagar budaya peringkat nasional, sudah sepantasnya Pasir Awi mendapat perhatian lebih. 

Pemerintah seharusnya bisa lebih mengembangkannya. Langkah sederhana seperti memberi label informasi tentang prasasti, baik deskripsi maupun sejarahnya juga bisa membuat warisan budaya tersembunyi ini lebih hidup. Bagaimana, kamu tertarik untuk berkunjung?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page