Sejarah Pertempuran Medan Area adalah salah satu peristiwa penting dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Terjadi pada tahun 1945, pertempuran ini merupakan pertempuran penting antara pasukan Indonesia dengan pasukan Jepang yang berada di wilayah Medan, Sumatra Utara.
Penyebab pertempuran ini bersumber dari keinginan para pemuda Indonesia untuk merebut kembali Kota Medan yang masih dikuasai pasukan Jepang. Kronologis pertempuran ini mencakup serangkaian aksi sabotase, perlawanan gerilya, dan akhirnya berhasilnya pasukan Indonesia merebut kembali kota Medan.
Daftar ISI
Latar Belakang Penyebab Sejarah Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area mencerminkan perlawanan sengit rakyat Medan, Sumatra Utara terhadap pasukan Sekutu pada Oktober 1945 hingga April 1946. Tentu saja karena tindakan-tindakan Sekutu yang dinilai telah menghancurkan wilayah Sumatra Utara.
Pada tanggal 9 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memimpin pasukan Sekutu yang membawa Brigade 4 dari Divisi India ke-26 serta NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Kedatangan Kelly beserta anggota NICA secara diam-diam ditujukan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia di Medan.
Padahal, pada awalnya pemerintah Republik Indonesia di Sumatra Utara menyambut mereka dengan niat baik dan memberi izin untuk menempati beberapa hotel di Medan. Mulai dari Hotel de Boer, Grand Hotel, dan Hotel Astoria. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka sejarah Pertempuran Medan Area akan terjadi.
Pejabat Sumatra Utara yang tidak mengetahui tujuan Sekutu yang sebenarnya memberikan izin tersebut bermaksud untuk mengurus para tawanan perang Jepang. Tujuannya yang akan dibebaskan oleh tim Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI).
RAPWI mengunjungi kamp-kamp tawanan di Pulau Brayan, Saentis, Pematang Siantar, Berastagi, dan Rantau Prapat untuk membebaskan para tawanan tersebut dan mengirim mereka ke Medan sesuai persetujuan Gubernur M. Hassan.
Namun, tanpa diduga, para tawanan ini langsung dibentuk menjadi batalyon KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) dan sikap Sekutu mulai berubah drastis. Mereka menjadi angkuh dan sombong karena merasa menjadi pemenang Perang Dunia II.
Kronologi Sejarah Pertempuran Medan Area
Berdasarkan latar belakang penyebab di atas, Pertempuran Medan Area mulai berlangsung dengan kronologi lengkap berikut ini
1. Dimulainya Sejarah Pertempuran Medan Area
Sebelumnya, untuk mengantisipasi kedatangan NICA dan pasukan Sekutu, pemuda-pemuda Sumatra Utara telah membentuk Divisi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pada 13 September 1945 di Medan. Oleh karena itu, masyarakat Medan bisa mulai melancarkan aksi perang kepada Jepang.
Pada tanggal 13 Oktober 1945, insiden sejarah Pertempuran Medan Area pertama kali pecah di hotel di Jalan Bali, Medan. Konflik tersebut dipicu oleh seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana bendera merah-putih yang dikenakan oleh seorang pemuda.
Tak tinggal diam, para pemuda langsung menyerang dan merusak hotel tersebut, sehingga mengakibatkan 96 orang mengalami luka-luka, termasuk anggota NICA. Setelah tragedi tersebut, para pemuda TKR menyerang gedung pemerintahan yang telah dikuasai oleh Sekutu.
Tak butuh waktu lama, konflik di Medan meluas ke kota lain seperti Berastagi dan Pematang Siantar. Lantaran perlawanan mulai membesar, tentara Inggris mencoba melemahkan para pejuang dengan mengintimidasi mereka melalui pamflet agar menyerahkan senjata kepada Sekutu.
Tindakan serupa juga dilakukan oleh Brigadir Kelly kepada pemuda yang memberontak di Medan pada 18 Oktober 1945. Setelah itu, pasukan Sekutu dan NICA melakukan teror di Medan yang mana semakin memicu permusuhan sengit antara Sekutu dengan pemuda Sumatra Utara.
Lantaran konflik tersebut, petugas patroli Inggris yang ada di luar kota tidak merasa aman, karena keselamatannya tidak terjamin oleh pemerintah Republik Indonesia. Bertambahnya korban dari Inggris memperkuat posisi dan batas kekuasaannya sendiri, sehingga memicu berlanjutnya sejarah Pertempuran Medan Area.
2. Pertempuran Medan Area Makin Sengit
Pada tanggal 1 Desember 1945, pasukan Sekutu menempatkan papan besar yang menandai Batas Tetap Medan Area (Fixed Boundaries Medan Area) di berbagai titik kota Medan sebagai wilayah yang mereka kuasai. Inggris dan NICA juga membersihkan elemen-elemen Republik Indonesia di wilayah Medan.
Tindakan ini merupakan bentuk pelanggaran kedaulatan Indonesia yang mana menyulut reaksi para pemuda. Para pejuang melawan tindakan Sekutu dan NICA, sehingga menyebabkan wilayah tersebut tidak aman. Setiap upaya pengusiran terjawab dengan pengepungan dan pertempuran dengan pasukan bersenjata.
Pada 10 Desember 1945, NICA dan pasukan Inggris melancarkan operasi militer dengan pesawat tempurnya untuk mencoba menghancurkan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Trepes. Para pejuang Indonesia di Sumatra Utama membalas dan menyebabkan bentrokan di seluruh kota, sehingga serangan Sekutu gagal.
Selain itu, pemuda Indonesia juga menculik seorang perwira Inggris dan menghancurkan truk-truk Sekutu. Karena kejadian-kejadian tersebut, Jenderal T.E.D Kelly kembali mengancam pemuda untuk menyerahkan senjata, dengan ancaman tembak mati bagi yang tidak patuh.
Sejarah Pertempuran Medan Area yang sengit terus berlangsung hingga April 1946. Pada waktu tersebut, Inggris berusaha memaksa pemerintah Republik Indonesia di Medan untuk meninggalkan kota. Gubernur, Komandan Divisi TKR Makras, dan Walikota RI di Medan harus dipindahkan ke Pematang Siantar.
Kemudian, pada tanggal 10 Agustus 1946, tepatnya di Tebing Tinggi, para komandan pasukan membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Badan komando tersebut terbagi menjadi 4 sektor dan 4 subsektor, masing-masing dengan kekuatan 1 batalyon.
Markas komando ini berada di Sudi Mengerti (Trepes). Dalam bawah kepemimpinan baru ini, perlawanan di Medan Area terus berlanjut hingga berhasil berakhir sampai titik darah penghabisan.
3. Akhir Sejarah Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area resmi berakhir pada tanggal 15 Februari 1947 pukul 00.00 setelah perintah dari Komite Teknik Gencatan Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Setelah itu, Panitia Teknik Gencatan Senjata melakukan perundingan untuk menetapkan garis demarkasi definitif di Medan Area.
Pada tanggal 10 Maret 1947, perundingan tersebut menghasilkan penetapan garis demarkasi yang mengelilingi Kota Medan dan daerah koridor Medan Belawan. Garis demarkasi ini memiliki total panjang 8,5 kilometer yang mana memisahkan wilayah kekuasaan tentara Belanda dan Republik Indonesia.
Kemudian, pada 14 Maret 1947, pemasangan patok dan garis demarkasi dimulai, dengan konflik antara Belanda dan Indonesia terus berlanjut. Empat bulan setelah pertempuran berakhir, Belanda melancarkan Operatie Product yang juga dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I.
Akibat dari sejarah Pertempuran Medan Area, muncullah pembagian wilayah Medan oleh sejumlah garis demarkasi dan pemindahan pusat pemerintahan dari Provinsi Sumatra ke Pematang Siantar. Konflik ini memberikan dampak signifikan terhadap peta politik dan administratif kawasan tersebut.
Tokoh-tokoh dalam Sejarah Pertempuran Medan Area
Sejarah Pertempuran Medan Area melibatkan beberapa tokoh penting, seperti Brigjen T.E.D. Kelly sebagai pemimpin pasukan Sekutu. Selain itu, tokoh nasionalis Indonesia seperti Ahmad Tahir, Abdul Karim M.S., dan Dr. Ferdinand Lumbantobing juga turut berperan signifikan dalam konflik tersebut.
Sementara itu, kehadiran sosok-sosok seperti Mayor Jendral Suhardjo Hardjo Wadjojo mencerminkan keragaman dalam perlawanan rakyat. Peran mereka mencatat sejarah Pertempuran Medan Area, menciptakan narasi tentang keberanian dan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dampak Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area yang berkecamuk selama hampir dua tahun menyisakan luka mendalam. Para pejuang dengan gigih melawan serangan, menghasilkan bentrokan di seluruh kota.
Dalam rentang waktu dari 13 Oktober 1945 hingga April 1946, pertempuran ini menyebabkan banyak korban jiwa berjatuhan. Mulai dari tujuh pemuda Sumatra Utara dan tujuh anggota NICA teridentifikasi tewas, serta 96 orang NICA lainnya mengalami luka-luka.
Selain korban manusia, beberapa bagian Kota Medan juga mengalami kehancuran akibat pertempuran hebat antara pasukan Indonesia, Sekutu, dan NICA. Dampak tragis dari konflik ini mencerminkan ketegangan dan perjuangan sengit yang terjadi selama masa itu, meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah kota tersebut.
Baca Juga: 5 Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan, Apa Saja?
Sudah Tahu Sejarah Pertempuran Medan Area?
Kesimpulannya, sejarah Pertempuran Medan Area adalah luka yang mendalam dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia, yang mana mencerminkan perjuangan heroik para pejuang melawan penjajahan dan kekuatan asing. Dalam pertarungan sengit yang berlangsung selama hampir dua tahun, Medan mengalami kehancuran.
Namun, perlawanan ini juga menandai keberanian dan ketahanan bangsa, menginspirasi generasi masa kini. Sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan, Pertempuran Medan Area tetap menjadi pelajaran berharga tentang kegigihan dan tekad dalam menjaga nasionalisme.